Renungan Katolik: Senin, 08 Maret 2021

Redaksi - Senin, 08 Maret 2021 00:47
Renungan Katolik: Senin, 08 Maret 2021P Kons Beo (sumber: 2021/03/1615132183974.jpeg)

Oleh: P. Kons Beo, SVD

(Pekan Prapaskah III - St Yohanes de Deo, St Yulianus dr Toledo)

Bacaan I 2Raja-Raja 5:1-15
Mazmur 42:2.3; 43:3.4
Lukas 4:24-30

"Et replelèti sunt omnes in synagòga ira, haec audièntens"
Luk 4:28
(Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu).

SUNGGUH sedih! Di kampungNya sendiri, Ia bahkan nyaris celaka. Yesus hendak dilempar dari tebing gunung (Luk 4:29). Sebelumnya, Yesus sudah diusir dari Nazaret. Kota di mana Ia berasal dan dibesarkan. Yesus gagal jadi keharuman Nazaret. Ia bukanlah Putera terbaik. Untuk disambut gegap gempita. Penuh sorak-sorai.

ITU karena Ia bicara lurus dan jelas. Ia mendobrak segala kebanggaan semu. Ia ingatkan umat di rumah ibadat akan rancangan dan sikap Allah yang tak terbatas. Itulah kuasa yang tak bisa dikurung dalam segala takaran manusiawi. Yang diyakini Nazaret atau kaum Yahudi umumnya sebagai 'hal luaran', justru menjadi tanda kebesaran Kasih di hadapan Yahwe.

JANDA di Sarfat di tanah Sidon itulah yang dikunjungi oleh Elia. Atas perintah Tuhan. Bukan pada salah seorang janda dari seluruh Israel. Lagi pula, di jaman Nabi Elisa, hanya Naaman, orang Siria itu, yang ditahirkan dari sakit kusta. Tak seorang orang kusta pun di Israel yang disembuhkan. Maka, apa sebenarnya yang mau dibanggakan oleh Israel?

SEPATUTNYA mesti dibangun kepastian dan keyakinan diri yang mantap. Sebab teramat sering hidup ini diyakini kokoh dan tak tergoncangkan. Namun pada kenyataannya, hidup ini dibentengi oleh 'tembok-tembok yang rapuh.' Dengan dasarnya yang mudah pecah. Ada percaya diri yang keterlaluan. Namun, pada kenyataannya, amatlah jauh dari kekuatan diri yang sebenarnya.

KITA bisa rasa diri segalanya. Tetapi Tuhan lebih menyapa yang kosong, kecil dan sederhana. Kita bisa saja merasa saleh dan tanpa cacat, tetapi Tuhan lebih menjatuhkan pilihan pada  yang laknat dan yang amburadul. Kita bisa saja telah melewati semua syarat teruji, tetapi ternyata Tuhan itu sama sekali tak bersyarat. Orang Nazaret boleh saja bercitarasa elitis Israel. Tetapi Tuhan lebih memandang pada yang di Sarfat di tanah Sidon dan yang dari Siria itu.

MASA Prapaskah adalah  momentum kita membongkar segala mitos dan keyakinan bikinan kita sendiri. Dan kita lalu kembali pada Allah yang sungguh mengasihi. Dalam kedaulatanNya yang tak berhingga. Kita perlu meruntuhkan tiang-tiang  pancangan kita sendiri. Untuk hanya memandang tiang dan Dia yang tersalib. Yang menyelamatkan. Semuanya. Dan tanpa syarat.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.
Amin.

RELATED NEWS