BRI Tingkatkan Ketahanan Pangan Nasional Lewat Kredit Pertanian Skala Besar
Justina Nur Landhiani - Kamis, 05 Desember 2024 10:12JAKARTA– PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menunjukkan komitmennya dalam berperan aktif mendukung ketahanan pangan nasional. Hingga akhir September 2024, BRI (bank only) telah berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp199,83 triliun kepada sektor pertanian, kehutanan dan pertanian. Langkah ini sejalan dengan visi BRI sebagai mitra strategis pemerintah dalam memperkuat sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. "Kami memahami bahwa sektor pertanian bukan hanya tulang punggung perekonomian nasional, tetapi juga kunci dalam memastikan ketahanan pangan bagi masyarakat. Oleh karena itu, kami terus memperluas akses pembiayaan kepada para pelaku di sektor ini, termasuk petani, UMKM, dan pelaku agribisnis lainnya," ujar Sunarso.
Kredit yang disalurkan BRI mencakup berbagai subsektor pertanian, mulai dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hingga peternakan dan perikanan. Pendekatan yang diambil BRI tidak hanya fokus pada penyaluran dana, tetapi juga mencakup pemberdayaan petani melalui program pendampingan, pelatihan, dan digitalisasi sektor pertanian.
- Diberdayakan BRI, Figur Inspiratif Lokal Gerakkan UMKM Ponorogo
- Hadapi Tantangan Perubahan Pasar, Ini Strategi BRI Perkuat Inovasi Dalam Transformasi Digital Perbankan!
- Unggul di Dimensi Data dan Kolaborasi, Transformasi Digital BRI Berbuah Prestasi di Digital Banking Awards 2024
Sunarso mengungkapkan bahwa BRI akan terus berkomitmen dalam mendukung ketahanan pangan, karena melalui ketahanan pangan Indonesia dapat keluar dari perangkap pendapatan menengah (middle income trap).
“Berdasarkan kajian Bappenas, Indonesia diperkirakan akan keluar dari jebakan kelas pendapatan menengah pada tahun 2041 jika asumsi rata-rata pertumbuhan ekonomi minimal 6% terpenuhi,” kata Sunarso.
Untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah, menurut Sunarso, pendapatan per kapita Indonesia harus berada di atas US$4.465 (sumber: World Bank). Terkait hal tersebut, Sunarso mengungkapkan dalam kajian BRI bahwa faktor yang paling menentukan pertumbuhan ekonomi 6% adalah investasi pada human capital atau nilai ekonomi dari pengalaman dan keterampilan pekerja. Pembentukan human capital juga perlu didorong oleh tiga faktor.
Pertama, Indonesia harus fokus dalam memaksimalkan kebutuhan nutrisi dan pangan. “Maka menjadi penting, kita fokus untuk memiliki strategi yang khusus, spesifik, dan visioner untuk masalah ketahanan pangan,” ujar Sunarso.
Kedua, negara punya tugas untuk menyejahterakan rakyat dan ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Sunarso mengatakan bahwa cara terbaik untuk mensejahterakan rakyat adalah dengan memberikan mereka pekerjaan. “Jadi semua orang pada usia produktif memang harus bekerja. Kalau begitu, pemerataan kesempatan kerja itu menjadi penting,” jelasnya.
Ketiga, adalah pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Untuk mendapatkan pemerataan kesempatan kerja dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, dimana di dalamnya juga ada unsur pemerataan serta partisipasi masyarakat untuk ikut tumbuh dan berkembang.
- DENDAM PERSIDA JUNIOR TERBALAS TUNTAS
- GOL MENIT AKHIR SELAMATKAN AMS SUMPUT
- CETAK KARAKTER SISWA, SDN WARUGUNUNG 1 GELAR LOMBA BARIS BERBARIS
“Investasi yang penting adalah human capital, dan kalau mau memperbaiki human capital, perbaiki dulu nutrisi dan pangan. Dan kemudian kita tunggu, untuk pemerataan butuh inklusivitas pertumbuhan,” ujar Sunarso.
Tulisan ini telah tayang di kabarsiger.com oleh Redaksi pada 05 Des 2024