HOMILI Hari Minggu Palma, 13 April 2025
redaksi - Sabtu, 12 April 2025 15:02

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
BAPA, KE DALAM TANGAN-MU KUSERAHKAH NYAWA-KU
(Minggu Palma Tahun C: Yes 50:4-7; Filp 2:6-11; Luk 22:14-23.56. Luk 23:1-49)
HARI ini kita merayakan hari Minggu Palma. Kita membuka seluruh prosesi Pekan Suci. Kita awali perayaan hari ini dengan perarakan sambil menyanyikan lagu pujian “Hosanna, Putera Daud”, sambil melambai-lambaikan daun palma.
Dengan penuh sukacita kita mengenangkan Yesus yang masuk ke kota Yerusalem dan disambut sebagai Raja Damai.
Tetapi, suasana sukacita itu segera berubah menjadi dukacita. Bacaan-bacaan suci mengajak kita untuk merenungkan dan mengalami gelombang penderitaan Yesus, Putera Allah, yang taat kepada kehendak Allah Bapa.
Nabi Yesaya menampilkan Hamba Allah yang rela menyerahkan diri dan menderita untuk kebahagiaan orang lain. Dan, pada saat yang sama, Ia memberikan kekuatan, semangat dan keteguhan hati kepada mereka yang letih lesu dan berbeban berat, (bdk.Yes 50:4).
Hamba Allah sungguh yakin bahwa Allah sungguh setia kepadanya. Allah tidak pernah membiarkan dia berjuang sendiri. Allah selalu melindungi dan menolongnya dalam setiap perjuangan. Maka Hamba Allah it terus berjuang sampai akhir hidupnya.
Kisah Sengsara Yesus menurut Injil Lukas melukiskan bahwa Allah menggunakan kesengsaraan dan kematian Yesus sebagai jalan kepada kemuliaan. Kesengsaraan dan wafat Yesus tidak bisa dipikirkan terpisah dari keterlibatan Allah untuk menyelamatkan manusia.
Karena itu, Yesus, Hamba Allah, berserah penuh pada kehendak Allah sejak awal kelahiran hingga kematian-Nya. Ketika menghembuskan nafas terakhir, Yesus berkata, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”, (Luk 23:46).
Seluruh hidup Yesus difokuskan untuk taat kepada Bapa dan kehendak Bapa-Nya. Ketika berumur 12 tahun untuk pertama kali kita dengar kata-kata-Nya di kenisah Yerusalem kepada Maria dan Yusuf, setelah tiga hari mencari-Nya.
Yesus berkata, “Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam Rumah BapaKU”? (Luk 2, 49). Atau di tempat lain Ia berkata, “Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya (Bapa)” (Yoh 8,29).
Pada akhirnya, ketika hampir menghembuskan nafas terakhir Ia rela menyerahkan hidup-Nya dengan berkata, “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawa-Ku”.
Pesan terakhir Yesus ini disampaikan-Nya dengan suara nyaring. Hal ini tidak umum dalam hidup seorang manusia.
Tetapi, dengan kata-kata terakhir ini Yesus mau wartakan bahwa Ia datang dari Bapa dan akan kembali kepada Bapa. Kematian-Nya merupakan ungkapan ketaatan dan penyerahan Diri seutuhnya kepada kehendak Bapa.
Karena itu, Yesus ingin menegaskan bahwa tidak seorang pun mengambil dan merampas kehidupan-Nya. Dia sendirilah yang menyerahkannya dengan sukarela dan bebas.
Santo Paulus menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Hamba yang sejati, sebab sesungguhnya Ia menyerahkan diri kepada Bapa dan dengan rela melaksanakan kehendak Bapa, dengan merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkam sampai mati di salib, (Fil 2:8).
Perlu kita ingat bahwa penekanan utama bukanlah kematian, melainkan kehidupan Ilahi yang dimiliki Yesus. Kematian merupakan jalan kepada kemuliaan yang telah dimiliki-Nya bersama Bapa sebelum dunia diciptakan.
Sebagai orang Kristen, Sabda Yesus dan teladan kerendahan hati-Nya mengajarkan kita tentang penyerahan diri yang utuh kepada Kristus dan kepada sesama. Kita dipanggil untuk mengikuti Kristus dan meneladani hidup-Nya.
Sebagaimana Kristus taat kepada Bapa dan melaksanakan kehendak-Nya demi keselamatan seluruh umat manusia, kita pun hendaknya belajar untuk menyerahkan diri secara suka rela tanpa paksaan, untuk melayani sesama. Kita menimba kekuatan dari Yesus untuk menjadi pelayan sejati yang rela berkorban.
Meski demikian, kita pun bebas melakukan penyerahan diri. Panggilan kita bukanlah suatu paksaan, melainkan ajakan yang menuntut keputusan dan pilihan bebas: mau terima atau menolaknya.
Kita bebas dari segala macam paksaan dan bebas untuk serahkan diri. Kita bebas mengikuti Tuhan, bebas untuk melakukan hal-hal yang baik juga untuk hal-hal yang jahat.
Mari kita manfaatkan kebebasan kita dan belajar dari Yesus, Hamba Allah, untuk bertumbuh dalam kasih dan kerelaan berkorban untuk melayani Tuhan dan sesama.
Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu.
Kewapante, 13 April 2025. ***