HOMILI: Minggu, 29 September 2024

redaksi - Sabtu, 28 September 2024 09:06
HOMILI: Minggu, 29 September 2024Pater Gregor Nule (sumber: Dokpri)

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD

TUHAN TIDAK PILIH MUKA KETIKA MEMILIH UTUSAN DAN TIDAK PILIH KASIH KETIKA MENCURAHKAN BERKATNYA.
 
(Minggu Biasa XXVIB: Bil 11:25-29; Yak 5: 1-6;  Mrk 9: 39-41.45.47-48)

Kita mengimani Allah yang siap menerima dan mendengarkan siapa saja yang datang kepadaNya. Tuhan juga  percaya kepada siapa saja yang mengimani-Nya. 

Itulah sebabnya Allah memberikan karunia kenabian untuk bernubuat dan berbicara atas nama Allah kepada siapa pun, karena Allah tidak membeda-bedakan manusia. 
 

Ketika Eldad dan Medad yang tidak ikut dalam perkemahan mendapatkan karunia Roh Allah, maka Yosua bin Nun protes dan minta Musa agar mencegah mereka. 

Tetapi Musa menolak keinginan abdinya itu, (bdk. Bil 11: 28-29). Bagi Musa anugerah Roh Allah kepada Eldad dan Medad adalah  sungguh sesuai dengan kehendak Allah sendiri. 

Sebab tugas kenabian bukanlah monopoli kelompok tertentu yang mendapat panggilan dan perutusan khusus, seperti, para nabi, imam dan orang-orang pilihan khusus, melainkan menjadi tugas, panggilan dan perutusan semua orang beriman. 

Pemahaman yang keliru juga dimiliki oleh para murid Yesus. Yohanes, salah seorang murid yang paling dekat dengan Yesus, mengira bahwa Yesus adalah milik eksklusif para murid. Maka ia melapor kepada Yesus bahwa mereka telah mencegah seseorang yang mengusir setan atas nama Yesus. 

Tetapi, Yesus mencela tindakan mereka itu dan berkata, “Janganlah  kamu cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.

Barang siapa tidak melawan kita ia ada di pihak kita”, (Mrk 9:39-40). 
Di sini, Yesus ingin membersihkan hati para murid dari sikap tertutup yang menganggap diri dan kelompoknya sendiri sebagai yang paling baik dan paling benar, lalu mulai meremehkan dan mendiskriminasi yang lain. Sikap eksklusif dan tertutup ini mudah melahirkan iri hati, cemburu, kebencian dan pelbagai kejahatan lainnya. 

Allah bebas memberikan karunia dan berkat-Nya kepada siapa pun yang dikehdaki-Nya. Allah yang kita imani adalah Allah yang inklusif, terbuka dan merangkul semua orang tanpa pilih kasih. 

Allah mencintai semua orang tanpa kecuali, meskipun dalam hidup sehari-hari kita saksikan nasib orang yang berbeda-beda, ada orang yang hidupnya menderita dan serba susah,  tetapi sebaliknya ada yang baik-baik saja, sejahtera dan mapan. Ini tidak berarti bahwa Allah itu tidak adil, karena yang kelihatan dalam hidup manusia selalu berubah-ubah dan tidak bisa menjadi tolok ukur yang mutlak untuk menentukan kebaikan dan keadilan Allah. 

Tidak kalah pentingnya pesan lain dari Firman Allah hari ini berkaitan dengan bahaya penyesatan. Yesus mengingatkan agar setiap manusia, khususnya pengikut Kristus, insyaf akan bahaya kesesatan yang diakibatkan oleh pikiran yang sesat. 

Pikiran menggerakkan orang untuk mengambil sikap dan perbuatan tertentu. Orang yang berpikiran baik dan benar akan mengambil sikap yang baik dan benar serta bertindak secara baik dan benar pula. Sebaliknya, orang yang berpikiran sesat akan bersikap dan bertindak secara sesat pula. 

Itulah sebabnya ketika menghadapi persoalan Yohanes yang mencegah orang yang bukan murid Yesus mengusir setan,  Yesus melihat bahaya pikiran sesat dan berbicara serius tentang masalah penyesatan.  

Yesus menghukum secara keras tindakan menyesatkan dengan berkata, “Barangsiapa menyesatkan anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya dan ia dibuang ke dalam laut” (Mrk 8:42). Di sini Yesus ingatkan para rasul agar tidak menyesatkan orang-orang kecil dan sederhana yang ingin menjadi muridNya, mau datang kepada Yesus, mengimani dan mengikutiNya. 

Yesus juga berbicara tentang kesesatan yang ditimbulkan oleh anggota tubuh sendiri. Jika salah satu anggota tubuh seperti tangan, kaki dan mata menyesatkan dan membuat seseorang jatuh ke dalam dosa maka sebaiknya dipotong dan dicungkil saja, karena lebih baik masuk ke dalam kehidupan dengan anggota tubuh yang tidak utuh, daripada dengan dua tangan, dua kaki dan dua mata  masuk ke dalam neraka dan api yang tak terpadamkan, (bdk. Mrk 9:43). 

Di sini Yesus tidak berbicara tentang memotong tangan dan kaki, atau mencungkil mata, melainkan Ia menyadarkan kita tentang tindakan menghindari dan membinasakan bahaya kesesatan yang terjadi di tengah umat Allah. 

Jika salah seorang anggota umat Allah coba menyesatkan yang lain dengan pikiran dan ajaran-ajarannya, maka ia mesti segera dicegah dan dihindarkan. 

Umat Allah hendaknya berusaha saling membantu untuk  meneguhkan iman dan mendekatkan orang lain kepada Allah dan Gereja-Nya,  dan bukannya berusaha meracuni hati mereka dengan pikiran-pikiran sesat dan cerita-cerita bohong. 

Anggota umat Allah yang suka menyebarluaskan pikiran sesat dan berita-berita bohong yang memecahbelah mungkin tidak jauh berbeda dari sifat setan atau roh jahat yang suka meracuni hati manusia dan menyesatkan orang-orang beriman. 

Sikap dan perbuatan itulah yang ditantang oleh Yesus dan dibenci oleh siapa pun yang berkehendak baik. 

Mari kita berdoa agar Roh Allah membebaskan kita dari pikiran sesat dan kecenderungan yang merusak dan merugikan  umat Allah sehingga dari saat ke saat kita semakin bertumbuh menjadi  Gereja yang satu, Katolik dan apostolik demi kebaikan umat manusia dan kemuliaan Allah. Amen.
P. Gregorius Nule, SVD
Napan,  29 September 2024. ***
 

Editor: redaksi

RELATED NEWS