HOMILI: Minggu Adven 3A: Gaudete, Bersukacitalah Sebab Tuhan Sudah Dekat
redaksi - Sabtu, 13 Desember 2025 17:01
Pater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
(Minggu Adven 3A: Yes, 35:1-6a.10; Yak 5:7-10; Mat, 11:2-11)
HARI ini Gereja merayakan hari Minggu ketiga masa Adven yang disebut Minggu gaudete atau minggu sukacita. Lilin berwarna pink yang dinyalakan hari ini melambangkan sukacita di tengah masa penantian dan tobat.
Mengapa orang kristen mesti bersukacita di tengah masa penantian dan tobat?
Nabi Yesaya mengajak bangsa Israel untuk bersyukur dan bersukacita karena Allah telah memperhatikan penderitaan dan keluh kesah mereka. Dan, Allah sendiri akan datang untuk menyelamatkan mereka.
Orang-orang Israel akan melihat kehadiran Allah yang menyelamatkan melalui dua kenyataan ini, pertama, alam semesta dibarui. Buktinya, padang gurun dan padang belantara bersorak-sorai; bunga mawar berbunga lebat; kemuliaan Libanon, semarak Karmel dan Saron diberikan kepadanya.
Kedua, manusia dibarui. Buktinya mata orang buta dicelikkan, telinga orang tuli dibuka, kaki orang lumpuh dikuatkan dan ia akan melompat seperti anak rusa; mulut orang bisu bersorak-sorai, orang berkecil hati dan takut diteguhkan, dan orang Israel yang telah dibebaskan akan masuk kembali ke Sion dengan sorak sorai.
Injil hari ini menampilkan Yohanes Pembaptis sebagai utusan Allah untuk menyiapkan kedatangan Mesias. Yohanes adalah sosok manusia yang rendah hati dan tidak pernah mau menonjolkan dirinya.
Ia bangga menjadi utusan dan perintis jalan bagi kedatangan Mesias di dunia. Ia juga puas menjadi saksi yang menghantar banyak orang kepada Yesus untuk hidup dalam kasih dan percaya kepadaNya. Ia menyiapkan orang-orang untuk menerima Mesias.
Karena itu, ketika berada dalam penjara ia menyuruh murid-muridnya untuk bertanya kepada Yesus, “Engkaukah yang akan datang itu, ataukah kami harus menantikan yang lain?”, (Mat 11:3).
Yesus tidak secara langsung menjawab “ya” atau “tidak”. Ia mengajak mereka untuk meceritakan kepada Yohanes apa yang mereka dengar dan apa yang mereka lihat, “Orang buta melihat, orang lupuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan khabar baik”,(Mat 11,5) .
Di sini jelas bahwa Yesus adalah pemenuhan nubuat nabi Yesaya. Maka berbahagialah mereka yang menerima dan percaya kepadaNya. Sebaliknya, celakalah mereka yang menolakNya.
Bercermin pada pengalaman bangsa Israel di masa pembuangan Babilonia dan pengalaman orang Yahudi di masa Yohanes Pembaptis, maka kita hendaknya menjadikan masa adventus sebagai kesempatan emas untuk membangun dan meneguhkan harapan kita.
Umat Israel di tanah pembuangan hidup dari pengharapannya. Gereja pun hendaknya membangun pengharapan dan hidup dari padanya. Kita punya alasan untuk selalu berharap karena Allah setia pada janjiNya.
Sering kita dengar, lihat dan alami peristiwa-peristiwa alam yang mencemaskan seperti, letusan Gunung Lewotobi yang terus menerus tanpa akhir; hujan, badai dan banjir yang memakan korban material dan manusia di Sumatera Utara dan tempat lain; keadaan social, politik dan ekonomi yang tidak menentu.
Kita alami juga banyak tantangan, kesulitan, penyakit tak tersembuhkan, penderitaan, konflik dan kekerasan dalam masyarakat dan rumah tangga, pengkhianatan serta masalah hidup lain tanpa jalan keluar.
Tetapi, berhadapan dengan semuanya janganlah cepat putus asa. Kita hendaknya tetap berharap kepada Allah. Sebab Allah selalu setia pada janjiNya.
Kita berpegang pada nasehat St. Yakobus agar tidak bersungut-sungut dan saling mempersalahkan. Sebaliknya kita tetap bersabar dan meneguhkan hati karena kedatangan Tuhan sudah dekat.
Karena itu, merayakan adventus berarti kita mau teguhkan kembali harapan dan iman kita kepada Allah. Sebab Allah senantiasa setia melawati umatNya. Allah tidak pernah meninggalkan kita.
Inilah alasan agar kita tetap bersukacita dan berharap dalam situasi apa pun.
Semoga Tuhan memberkati ktia selalu!
Kewapante, Minggu, 14 Desember 2025. ***

