HOMILI, Minggu III C Adven: Bersukacital Sebab Tuhan Sudah Dekat
redaksi - Sabtu, 14 Desember 2024 14:11BERSUKACITALAH SEBAB TUHAN SUDAH DEKAT
(Minggu IIIC Adven: Zef 3:14-18a; Fil 4:4-7; Luk 3:10-18)
Hari Minggu Adven III lazim dikenal dengan nama Minggu Gaudete, yang berarti bersukacitalah.
Ada macam-macam alasan untuk bergembira dan bersukacita dalam hidup sehari-hari, seperti sukacita seorang ibu yang sebentar lagi akan melahirkan anaknya.
Atau, sukacita seorang petani menjelang saat panen tiba. Atau, seorang mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya dan tidak lama lagi akan diwisuda dan mulai mencari kerja. Dan lain-lain.
Hari ini kita diundang untuk bersukacita menyambut Yesus yang segera akan lahir. Kita bersukacita karena Natal kian dekat. Yesus Kristus, Khabar Sukacita kita dan wajah kerahiman ilahi, hampir tiba.
Yesus lahir di tengah kita bukan sebagai hakim yang mengancam dan menghukum, melainkan sebagai penyelamat dan pemandu jalan kepada kebahagiaan yang paripurna (bdk. Zef 3:14-15).
Dengan kata lain, kita bersukacita karena ketika Mesias datang hukuman, malapetaka, dan penderitaan kita akan disingkirkan, dan Dia akan membarui kita dalam kasih-Nya.
Karena itu, masa adven adalah momen khusus untuk berdoa, bertobat dan beramal sebagai jalan kepada sukacita sejati.
Tetapi, kadang-kadang ada orang yang mengacaukan suasana dan nuansa adventus dengan memperdengarkan musik dan lagu-lagu natal pada saat yang tidak tepat.
Sekarang di toko-toko dan bahkan di rumah-rumah kita sudah mendengarkan lagu-lagu natal seolah-olah pesta natal sudah tiba. Dan, ingatlah, natal hanya akan menjadi peristiwa sukacita agung jika kita menghayati masa adventus dengan sungguh-sungguh.
Injil hari ini menampilkan Yohanes Pembaptis yang mewartakan khabar penuh harapan dan sukacita. Bahwa semua orang akan selamat, sebab mereka semua dicintai Tuhan.
Tetapi, hanya ada satu jalan untuk menperoleh keselamatan yaitu membiarkan diri dibaptis dan berusaha mengubah hati sendiri. Untuk mencapai tujuan itu, para pendengar Yohanes menanyakan manakah jalan lurus untuk menyambut sang Juruselamat yang sudah dekat.
Mereka berkata, “Apakah yang harus kami lakukan?” (Luk 3:10). Yohanes memberikan tiga jawaban berbeda kepada ketiga kelompok itu.
Pertama, Yohanes menjawab kepada orang banyak, “Barang siapa mempunyai dua helai baju hendaknya ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan hendaknya dia berbuat demikian juga”. (bdk, Luk 3:11).
Yohanes minta mereka untuk berbagi dengan yang miskin, dan dengan demikian, semakin memperkecil jurang antara kaya dan miskin.
Yohanes mengajak mereka untuk bertobat, artinya berusaha lupakan diri sendiri, tidak hanya ingat kepentingan sendiri serta membuka hati untuk berbela rasa dan berbagi dengan mereka yang miskin dan tidak punya.
Kelompok kedua yakni para pemungut pajak. Mereka dicap pengkhianat bangsa karena bekerja untuk penjajah Roma. Mereka juga datang kepada Yohanes dan bertanya, “Guru, apakah yang harus kami perbuat?”, (Luk 3:12)
Yohanes menjawab, “Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan bagimu”, (Luk 3:13). Yohanes minta mereka supaya tidak boleh memeras para wajib pajak. Mereka tidak boleh main kotor, tetapi mesti jujur dan transparan sebagai jalan lurus untuk bertemu dengan Tuhan.
Dan kelompok ketiga adalah para prajurit yang adalah orang-orang kafir. Mereka juga tertarik dengan ajaran Yohanes dan bertanya tentang apa yang harus mereka lakukan untuk menyambut sang Juruselamat yang sudah dekat, (Luk 3:14).
Yohanes ingatkan mereka agar tidak merampas hak orang lain dan tidak berusaha memeras dengan kekuatan senjata atau kuasa yang mereka miliki. Mereka hendaknya puas dengan gaji yang diterima.
Yohanes minta supaya setiap orang bersikap adil terhadap sesama sebagai persiapan untuk menyambut Tuhan yang datang.
Seandainya saat ini kita bertanya kepada Yohanes Pembaptis, apa yang harus saya lakukan sebagai imam, suster, biarawan/wati, orang tua, anak, guru, murid, siswa/i, PNS, pengusaha, petani, nelayan, penjual ikan, penjual sayur. tukang, dokter, perawat, petugas medis, pegawai swasta, dan lain-lain.
Mungkin jawaban Yohanes Pembaptis tidak jauh berbeda dengan jawaban kepada para pendengarnya dulu. Yohanes tentu meminta kita untuk melakukan sesuatu yang nyata sebagai ungkapan persiapan dan pertobatan kita.
Mungkin kita diminta untuk laksanakan tugas harian dengan penuh penuh sukacita dan tanggung jawab, tidak terpaksa dan selalu menggerutu, rela berkorban, mau berjuang untuk kebaikan banyak orang.
Mungkin kita diminta untuk memperhatikan orang-orang miskin dan berkekurangan,para korban perdagangan orang dan erupsi Lewotobi, membagikan apa yang kita terima dari Allah kepada saudara/i kita yang membutuhkan. Kita diminta untuk tidak ingat diri, tetapi hidup dalam kasih yang tulus seorang kepada yang lain.
Mungkin kita diminta bertindak adil dan bersikap jujur dalam kata dan perbuatan, jauhkan kemunafikan dan ktidakjujuran. Kita juga diminta memperbaiki relasi dengan sesama dalam keluarga, komunitas biara, tempat kerja dan di dalam lingkungan masyarakat.
Kita diminta untuk tidak hanya omong tentang pertobatan, doa, cinta, solidaritas, bela rasa, menolong orang miskin, sakit, para lansia, melainkan terutama melakukan tindakan nyata.
Semua tuntutan ini berguna untuk menyiapkan hati yang bersih dan disposisi bathin yang siap untuk menyambut Tuhan yang datang. Amen.
Kewapante, 15 Desember 2024. ***