Homili Pater Gregor Nule SVD, Minggu, 04 September 2022: Tuntunan Mengikuti Yesus Tidak Main-Main
redaksi - Sabtu, 03 September 2022 19:46(Hari Minggu Kitab Suci Nasional: Keb 9:13-18; Flm 9b.10.12.17; Luk 14:25-33)
Ilustrasi: Ada seorang gadis dari keluarga kaya di Amerika Serikat yang selalu merasa bingung bagaimana harus menghabiskan uang sakunnya setiap bulan. Ia sudah punya mobil dan pakaian mewah, dan sering buat pesta besar-besaran yang melibatkan banyak sahabatnya. Tetapi, ia hampir selalu merasa kesepian dan hatinya tidak tenang.
Pada suatu hari ia putuskan untuk jalan-jalan sebagai turis ke Afrika. Entah bagaimana dan apa yang terjadi, ia putuskan untuk menetap di Afrika dan bekerja di sebuah Panti Asuhan, yang menampung anak-anak yatim-piatu, miskin dan terlantar.
Orang tuanya terus-menerus meminta agar ia kembali. Tetapi, ia tetap pada niat dan keputusannya yakni menetap di Afrika dan bekerja di Panti Asuhan itu. Akhirnya ayahnya mengancam bahwa seluruh warisannya akan diberikan kepada orang lain jika ia berkeras kepala dan tidak mau pulang.
Tetapi, gadis itu menjawab, “Boleh saja. Aku sudah tidak butuhkannya lagi”. Karena sikap dan tindakan yang demikian maka hubungan dengan orang tuanya putus.
Suatu hari ia dikunjungi oleh seorang sahabat lama, anak hartawan lain. Sahabat itu bertanya, “Kau dapat apa di sini?”. Ia menunjuk anak-anak miskin di Panti itu dan arca Yesus Tersalib di dadanya, lalu berkata, “Saya sudah dapat ini”.
Refleksi:
Kata-kata Yesus dalam Injil hari ini sangat keras, tegas dan ekstrim ketika memperingatkan orang-orang yang berbondong-bondong datang kepada-Nya.
Yesus berkata, “Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudaranya laki-laki dan perempuan, bahkan dirinya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu. Barang siapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku ia tidak dapat menjadi muridKu”, (Luk 14:26-27).
Mungkin orang bertanya, mengapa Yesus menggunakan kata-kata yang keras dan bahkan kurang bersahabat di telinga kita, ketika berbicara tentang syarat-syarat mengikuti-Nya?
Alasannya jelas. Sebab panggilan Yesus menuntut jawaban tegas, mendesak dan tanpa syarat. Komitmen para murid bersifat mutlak, serius, dan tidak suam-suam kuku, atau tidak panas dan tidak dingin, atau mendatar saja. Yesus menuntut keputusan yang sungguh-sungguh. Yesus tidak pernah main-main.
Dan, yakinlah kata-kata Yesus yang sangat keras, tegas dan ekstrim di atas tentu membuat banyak orang akan berpikir dua sampai tiga kali sebelum memutuskan menjadi murid-Nya.
Lalu, bagaimana kita dapat memahami tuntutan Yesus yang begitu berat dan kata-kataNya yang tidak sedap di telinga dan perasaan kita?
Mungkin sikap dan tindakan gadis kaya dalam ilustrasi di atas bisa menginspirasi kita. Ia dengan sadar, tahu dan mau putuskan untuk menetap di Afrika dan bekerja di Panti Asuhan, dengan konsekuensi putus hubungan dengan orangtua dan kehilangan harta warisan.
Sedangkan, motivasi dasar pilihannya adalah Yesus sendiri dan anak-anak yatim-piatu miskin yang dia layani. Yesus dan anak-anak yatim-piatu miskin itu telah menjadi satu-satunya pilihan sekarang. Itulah sebabnya ketika ia menjawab pertanyaan sahabatnya, “Kau dapat apa di sin?” Ia menunjuk anak-anak miskin dan arca Yesus Tersalib di dadanya serta berkata,”saya sudah dapat ini!”
Karena itu, patutlah kita tegaskan bahwa makna tuntutan Yesus bagi para pengikut-Nya, termasuk kita si zaman ini, adalah keyakinan bahwa Yesuslah satu-satunya pilihan bagi manusia. Memilih Yesus berarti segala-galanya dan tidak ada sesuatu pun yang menyaingi-Nya.
Apabila seseorang rela meninggalkan keluarga dan segalanya demi Yesus maka ia akan bebas untuk mempersembahkan diri dan segalanya demi kemuliaan Allah dan kebaikan manusia. Ia semata-mata mau bekerja untuk Allah dan sesama. Itulah sebabnya Yesus tidak segan mengingatkan,“Barang siapa yang ingin membajak dan masih melihat kembali ke belakang ia tidak layak menjadi muridKu”, (Luk 9:62).
Selain itu, Yesus juga mau mengingatkan para murid-Nya pada segala zaman bahwa mengikuti Dia berarti mengasihi Dia lebih dari segala sesuatu, dan bahkan lebih dari orang-orang yang paling kita kasihi. Sebaliknya, jika kita tidak sungguh-sungguh mengasihi Yesus lebih dari harta dunia, keluarga dan segalanya maka kita tidak pantas menjadi murid-Nya.
Hari kita Gereja Indonesia merayakan Hari Minggu Kitab Suci untuk membuka Bulan Kitab Suci Nasional, dengan tema, “Allah, Sumber Hidup Baru”.
Maka saya ajak kita sekalian untuk memanfaatkan bulan September ini dengan membangun persahabatan dengan Allah dan Sabda-Nya, melalui membaca dan merenungkan Kitab Suci, serta membagi pengalaman iman di anta kita. Sebab jika kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, maka kita akan hidup, (bdk. Amos,5:6). Semoga!
Kewapante, Minggu, 04 September 2022