Ivan Nestorman Ajak Musisi Muda Indonesia Timur Tampilkan Identitas

redaksi - Kamis, 13 Juni 2024 10:36
Ivan Nestorman Ajak Musisi Muda Indonesia Timur Tampilkan IdentitasIvan Nestorman (sumber: Instragram.com)

ENDE (Floresku.com) -Musisi Neo Tradisi asal Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, Ivan Nestorman bicara soal kebangkitan musik Indonesia Timur saat ini.

Musisi kelahiran  18 Februari 1967 itu melihat musik dari Timur mulai diterima, bahkan sudah hadir di berbagai panggung nasional dan acara pemerintahan. 

Hal tersebut terungkap dalam wawancara RRI dengan Ivan Nestroman  di Progam Bincang Budaya, Sabtu (09/06).

Menurut Ivan ,  dalam  era digital saat ini membuat setiap orang  bisa mempromosikan bakat dan keterampilan  yang dimiliki.

"Itulah awal dari kebangkitan digital saat ini. YouTube ada di mana-mana, pengguna YouTube banyak. Dengan adanya media ini, orang bisa mem-broadcast diri mereka dari ruang tidur mereka. Dia buat musik bisa heboh di mana-mana," kata Ivan Nestorman

Ivan  mengatakan musisi muda Indonesia Timur yang dikenal nasional saat ini seperti Andmesh Kamaleng, Silet Open Up, Near, Alfred Gare, Lipooz,Luis Thomas Ire, dan lain-lain, jadi inspirasi untuk musisi di daerah.  Saat ini boleh berkarya bebas dengan genre apa pun. 

Namun, jangan lupa untuk memperkenalkan budaya asal lewat lirik, musik hingga visi dalam karya.

" Saya berpesan, untuk bahan pembelajaran boleh kita bawa hip hop, raggae, jazz, tapi selalu jangan lupa menggali lebih dalam musiks  kita sendiri. Karena itu DNA kita," ucap Ivan. 

"Sebab, kalau kita hanya menggali musik modern itu, kita hanya sampai pada tahap kreatif, tapi kita tidak sampai pada tahap mencari identitas,"

Menurut Ivan, identitas dalam karya adalah salah satu hal penting yang harus ada dalam karya musisi Timur. "Identitas ini kastanya lebih tinggi dari sekadar kreasi," ucap Ivan.

Ivan juga menyinggung keberpihakan pemerintah untuk melihat karya musik daerah sebagai sebuah peluang besar.

"Saya tidak tahu apakah dananya kurang atau keberpihakan terhadap itu kurang. Itu menyedihkan. Mereka tidak melihat kesenian itu sebagai komoditi yang kuat. Mungkin mindset-nya lebih jadi politisi," tutup Ivan. *(Sumber: rri.co.id).

Editor: redaksi

RELATED NEWS