Ketika Keluarga Angelo Berburu Kuliner di Pondok Batu Hijau Penggajawa, Ende
redaksi - Minggu, 13 Maret 2022 16:37SABTU, 12 Maret 2022, Michael Angelo Mali (44), biasa disapa Angelo, lepas dari rutinitas hariannya. Pria yang sehari-hari sibuk dengan kegiatan di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Nagekeo sembari bersawah dan berternak ayam itu, mengajak seluruh anggota keluarganya untuk berburu kuliner di luar rumah.
Kali ini lokasi yang diincar adalah Pondok Makan Batu Hijau Penggajawa, Kecamatan Nagapanda, Kabupaten Ende.
‘Sebenarnya, Sea Food bukan barang langka di kawasan Tonggurambang dan Marapokot. Namun, kata orang, menu Sea Food di Pondok Makan Batu Hijau Pinggajawa enak. Makanya, kami sekeluarga ingin mencobanya,” katanya kepada Floresku.com, Minggu, 13 Maret 2022.
Angelo menambahkan, kebetulan, kemarin (Sabtu, 12 Maret, red) adalah hari ulang tahun si bungsu, Amos. Sedangkan, kakaknya, Mano, berulang tahun pada tanggal 07 Maret lalu.
“Jadi, sekalian kami peringati dengan acara makan bersama sekeluarga,” ujar alumnus Universitas Borobudur, Jakarta itu.
Sabtu siang, sekitar pukul 10.30 Angelo sekeluarga, meluncur dari Kampung Tonggurambang, Mbay. Sekitar pukul 11.30 mereka tiba di Nangaroro.
Mereka menyempatkan diri singgah di Aekana, Nangaroro untuk berziarah, ‘memasang lilin dan berdoa’ di makam ayahanda dan kakek mereka, Martinus Wuda.
“Apalagi, mama Theresia juga ikut. Dia sudah lama tidak memasang lilin di makam suaminya. Jadi, sekalian berziarah ke makam Bapa,” kata Angelo.
Dari Aekana, Angelo sekeluarga melanjutkan perjalanan ke Penggajawa, Nangapanda.
Tapi, tiba di Nangamboa, rombongan keluarga Angelo bertambah dengan keluarga Donatus Laju dan Fransiska Nasa, kakak Angelo yang menetap di Malasera, kampung kelahiran Angelo.
Dengan begitu, jumlah rombongan keluarga Angelo yang berburu kuliner di Pondok Makan Batu Hijau, seluruhnya menjadi 13 orang.
Didirikan oleh Sely Nuril
Pondok Makan Batu Hijau terletak di Penggajawa, di pinggiran Trans Flores, sekitar 31 km arah barat Kota Ende.
Melansir Pos Kupang, Sabtu, 27 Januari 2018, di rumah makan tersebut tersedia aneka makanan laut yang bisa menjadi pilihan para petualangan kuliner.
Kepada Pos Kupang, pemilik Pondok Batu Hijau, Sely Nuril, mengatakan, sudah lama ia memperhatikan bahwa kerap kali para turis atau wisatawan asing maupun lokal singgah di daerah Penggajawa guna melihat keunikan batu berwarna di tempat tersebut.
Kala itu para wisatawan kesulitan untuk mendapatkan makanan bahkan minuman segar. Padahal mereka datang pada siang hari antara pukul 11 hingga 12 siang, yang memang waktunya untuk makan siang.
Melihat hal tersebut, ujar Sely, ia mencoba membuka rumah makan dengan pikiran sederhana saja, yakni memenuhi kebutuhan wisatawan akan makanan dan minuman, terutama di siang hari.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, hal sederhana yang dilakukan membawa hasil positif. Di luar perkiraan, banyaknya wisatawan yang singgah untuk menikmati makanan yang mereka sediakan.
“Tidak saja wisatawan asing, tapi juga wisatawan lokal. Bahan, para pengendara dan mereka yang melintasi jalan lintas Flores pun singgah untuk menikmati makan siang,” ujarnya.
Sely juga menuturkan bahwa dirinya berlatar belakang pendidikan kesehatan dan berprofesi sebagai bidan, namun ketika ada kebijakan dari pemerintah pusat yang menghentikan keberadaan bidan PTT, maka dirinya mengubah haluan dengan membuka rumah makan.
Menu andalan: Sea Food
Sebagaimana rumah makan pada umumnya, Pondok Makan Batu Hijau menyediakan aneka menu. Namun, yang menjadi menu andalan adalah Sea Food, terutama ikan laut.
Namun pihaknya juga menyediakan masakan ayam apabila ada yang memesannya.
Selain makanan, Pondok Makan Batu Hijau juga aneka minuman dingin dan hangat serta kelapa muda.
Menurt Sely, harga yang ditawarkan di rumah makan tersebut dipastikan tidak akan menguras kantong.
“Hanya berkisar antara Rp 35 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung menu dan jenis serta ukuran ikan yang dipesan,” ujarnya kala itu.
“Untuk dapat menikmati sedapnya makanan dan aneka kuliner yang ditawarkan di Pondok Makan Batu Hijau Nangapanda, maka pengunjung bisa datang mulai pukul 10 Wita hingga pukul 21.00 Wita,” kata Sely menambahkan.
Jadi tempat wisata
Sely menuturkan, lokasi tempat mereka membuka usaha pada awalnya hanyalah semak belukar. Namun, pihaknya mencoba menatanya secara bertahap sehingga menjadi tempat cukup menarik untuk melepas lelah sembari menikmati pemandangan alam yang cukup memukau seperti hamparan batu berwarna Penggajawa, birunya air laur, rimbunnya pohon kelapa serta panorama Pulau Ende dan Tanjung Embo di bagian barat, yang menjorok ke tengah lautan. Dar tempat ini pengungjung dapat menikmati sunrise dan sunset yang mempesona.
“Dengan demikian bagi pengunjung yang hendak datang ke rumah makan tersebut tidak saja hanya sekadar mengisi perut atau melepas dahaga saat haus, namun juga bisa refreshing karena banyaknya objek wisata yang ada di sekitar rumah makan tersebut,” ujarnya.
Warga bisa dengan bebas masuk ke dalam kompleks rumah makan untuk menikmati objek wisata alam maupun permainan yang ada.
“Iya, tidak apa-apa kami tidak menjual objek wisata dan permainan yang ada di dalamnya. Siapa saja boleh masuk karena kami berpikir bahwa setelah mereka menikmati berbagai objek yang ada tentu mereka juga akan haus ya, setidaknya membeli minuman,” kata Sely.
Kesan Angelo sekeluarga
Berburu kuliner di Pondok Makan Batu Hijau Penggajawa memang tidak mengecewakan. Seluruh anggota keluarga Angelola mengaku menu makan yang disediakan cukup enak.
‘Makananya cukup enak, karena bahan baku ikan yang dimasak adalah ikan-ikan laut yang cukup segar,” ujar Paula Herin, istri Angelo.
“Menunya cukup beragam. Ada Nasi Goreng Sea Food, Nasi Goreng Teri, Ikan Bakar, Ikan Asam Manis, sayur Cah Kangkung, dan banyak lagi. Penataannya pun menu cukup apik. Dan, dari sisi kebersihan, juga cukup terjaga karena waktu makan tak ada lalat yang berterbangan,” sambung Fransiska Uja, kakar ipar Angelo.
Leoni, salah satu keponakan Angelo mengatakan ‘minuman yang kami pesan seperti Jus Alpokat, Ice Lemon Tea dan Es Kelapa Muda, lumayan enak.
“Sayangnya Es Kelapa Mudanya rasanya tak ada bedanya dengan Es Kelapa Muda di kebanyakan rumah makan di Jakarta. Makanya, kalau boleh saran, Es Kelapa Muda sebaiknya adalah buah kelapa muda yang baru dipetik dari pohonnya. Apalagi di sekitar rumah makan ada banyak pohon kealapa,” kata mahasiswa Unika Atma Jaya Jakarta itu.
Sementara itu, Ingrid, keponakan Angelo yang lain, mengaku cukup puas dengan pelayanan di Pondok Makan Batu Hijau.
“Sebetulnya rumah makan yang sediakan Sea Food di sekitar Nangapanda ada beberapa. Tapi, Pondok Makan Batu Hijau adalah yang paling bagus. Karena lokasinya di pinggir pantai, persis di pinggir jalur Trans Flores. Selain itu, di situ disediakan juga rumah pengingapan,” katanya.
“Yang menarik, di Pondol Makan Batu Hijau juga tersedia beberapa wahana permainan seperti ayunan dan spot foto yang bisa digunakan secara gratis,” ujar Ingrid.
“Hanya saja, harga menu makanan dan minuman yang disediakan di rumah makan ini cukup mahal,” tutup almunus Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Saint Mary, Jakarta itu. (Silvia) ***