Puisi-Puisi Boy Waro
redaksi - Selasa, 24 September 2024 20:09Ibu
Di saat hening sepi menyapa di tengah gundah. Di saat semangat mulai pudar, putus asah mulai mencabik-cabik, niat kian menurun. Malam yang penuh hasrat membakar setiap cerita.
Di sudut kota tua itu aku menatap sosok yang sederhana, entah ke mana dan di mana arah yang pasti yang ia tujuh. Aku tak peduli dengan sosok tua itu.
Namun, aku tak puas dengan hadirnya itu, meskipun aku sudah tak peduli. Tetapi keberadaannya itu membuat penasaranku mulai memuncak.
Aku segera mendekati sosok wanita tua itu yang berbalut kain daerah yang kusam, aku belum sempat menyapanya wanita tua berpaling menatapku apa urusanmu hai anak muda?
Jauh dari hadapanku!
Bentaknya menakutkanku. Tetesan tangis darah mengalir di pelipisnya luka-luka lama mulai berdarah lagi. Aku tak sanggup menatapnya lagi.
Di tengah isak tangis bersimbah darah ia meratap dalam kata-kata. Kata yang tak sempat ku tulis, kata yang tak sempat ku ingat rasa yang menusuk mata tangis bersimbah darah tetasan darah merembes dan menetes di telapak tanganku aku tak sempat menyadarkan diri sosok tua itu sudah tak ada lagi.
Aku terbangun dari tidurku aku mengusap wajah ku tetapi itu hanya sekedar mimpi. Aku berpaling ke sudut kamar ku terpampang lukisan itu mirip dalam mimpiku ia adalah ibuku. ***