1,3 Juta Anak NTT Belum Bisa Berbahasa Indonesia

Redaksi - Kamis, 25 Februari 2021 05:09
1,3 Juta Anak NTT Belum Bisa Berbahasa IndonesiaAnak-anak NTT (sumber: 2021/02/1614179352684.jpeg)

Kupang: Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT) menyebutkan, sekitar 1,3 juta anak berusia sekolah belum bisa berbahasa Indonesia. Hal itu karena mereka selalu menggunakan bahasa ibu dalam berkomunikasi setiap hari.

"Mereka menggunakan bahasa ibu dalam komunikasi setiap hari sehingga saat masuk sekolah dasar belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik," kata Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi NTT, Benyamin Lola di acara temu inovasi NTT bertema 'Penggunaan Bahasa Ibu dalam Pembelajaran Kelas Awal Isu dan Peluang' di Kota Kupang, Rabu (24/2).

Kegiatan secara virtual yang dilaksanakan Kantor Bahasa Provinsi NTT bersama Inovasi (Inovasi Untuk Anak Indonesia) tersebut untuk merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional tahun 2021. Diskusi  diikuti lebih 700 peserta terdiri para guru dan kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di NTT serta pegiat literasi, Direktur Program Inovasi Mark Heyward, dan Manager Program Inovasi NTT Hironimus Sugi.

Menurut Benyamin, penggunaan bahasa ibu dalam pembelajaran kelas awal sangatlah penting guna mendorong siswa mulai belajar dengan sukses di sekolah. Dia mengatakan, Provinsi NTT memiliki 73 bahasa daerah yang dijadikan sebagai bahasa ibu oleh 1,3 juta anak di NTT.

"Mereka menggunakan bahasa ibu dalam komunikasi setiap hari sehingga saat masuk ke sekolah dasar mereka belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan lancar," kata Benyamin.

Dia menambahkan, dengan kosa kata yang terbatas bahkan sangat asing sama sekali terhadap bahasa Indonesia menyulitkan para siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia di sekolah. Sementara dalam sistem pendidikan nasional bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan belajar di sekolah.

Banyaknya siswa menggunakan bahasa ibu dalam komunikasi sehingga berdampak pada capaian hasil belajar siswa. "Anak datang ke sekolah tetapi belum tentu berhasil belajar karena terkendala bahasa yang digunakan di sekolah," kata Benyamin. (Sumber:Antara)

RELATED NEWS