150 Ribu Orang Hadiri Aksi Anti-Imigrasi di London, Puluhan Polisi Terluka
redaksi - Senin, 15 September 2025 21:26
LONDON (Floresku.com)— Sekitar 150.000 orang memadati pusat Kota London pada Sabtu (13/9) dalam sebuah demonstrasi besar anti-imigrasi yang dipimpin tokoh sayap kanan kontroversial Inggris, Tommy Robinson, atau Stephen Yaxley-Lennon.
Kepolisian Metropolitan London memperkirakan jumlah massa yang hadir berkisar 110.000 hingga 150.000 orang, jauh melampaui aksi tandingan "Stand Up to Racism" yang hanya diikuti sekitar 5.000 peserta.
Unjuk rasa berlangsung ricuh di sejumlah titik. Polisi mencatat 25 penangkapan dengan tuduhan mulai dari penyerangan hingga penghasutan kekerasan. Sebanyak 26 petugas kepolisian dilaporkan cedera, empat di antaranya serius.
“Banyak peserta datang untuk menyalurkan aspirasi, tetapi ada pula yang jelas berniat melakukan kekerasan,” ujar Asisten Komisaris Matt Twist.
- Polres Nagekeo Salurkan Beras untuk Warga Terdampak Banjir Bandang Mauponggo
- Bacaan Liturgis, Selasa, 16 September 2025: Hai Anak Muda, Aku Berkata kepadamu, Bangkitlah!
- Pembalap Malaysia Rajai Etape 4 Tour de EnTeTe di Pulau Sumba
Kericuhan terjadi ketika demonstran berusaha menembus barikade dan mendekati kelompok penentang. Massa membawa bendera Inggris, Amerika Serikat, dan Israel, serta mengenakan topi MAGA pendukung Donald Trump.
Sebagian di antaranya meneriakkan slogan keras menentang Perdana Menteri Keir Starmer serta mengusung poster bertuliskan “send them home.”
Dalam orasinya, Robinson menyebut aksi tersebut sebagai “awal dari revolusi kultural” dan mengklaim mewakili suara mayoritas yang selama ini terabaikan. T
okoh sayap kanan dari Eropa, termasuk politisi Prancis Eric Zemmour dan Petr Bystron dari Partai AfD Jerman, turut hadir. Bahkan, miliarder Amerika Elon Musk menyampaikan pesan lewat sambungan video, menuding kelompok kiri sebagai ancaman.
Aksi ini digelar setahun setelah kerusuhan anti-imigrasi melanda sejumlah kota di Inggris, yang disebut-sebut dipicu unggahan provokatif Robinson.
Isu imigrasi kini menjadi perhatian utama publik Inggris, mengalahkan persoalan ekonomi. Tahun ini, lebih dari 28.000 migran dilaporkan tiba menyeberangi Selat Inggris dengan perahu kecil.
Sementara itu, pemerintah Starmer menghadapi kritik tajam atas kebijakan yang dianggap membatasi kebebasan berekspresi, termasuk penetapan kelompok pro-Palestina sebagai organisasi teroris dan sejumlah penangkapan aktivis.
Gelombang demonstrasi ini mencerminkan semakin tajamnya perpecahan sosial dan politik di Inggris, dengan imigrasi sebagai titik sentral perdebatan. (Sandra -AFP). ***