20 Menit Bersama Legenda Sepak Bola Ngada Heru Nerly
redaksi - Rabu, 01 September 2021 11:01BAJAWA (Floresku.com) - Kisah ini terjadi sekitar 6 tahun lalu. Ketika transit di Bandara International Juanda Surabaya saya berjumpa dengan salah satu legenda sepak bola Ngada, Heru Nerly. Saat itu dia hendak ke Makassar dan saya kembali ke Jakarta. Waktu transit hanya sekitar 20 menit. Saya pun memanfaatkannya untuk mengobrol dengannya.
"Ya, kapan-kapan bisa ketemu pesepak bola terkenal seperti ini?" begitu saya bergunam.
Saya pun membuka percakapan dengan memperkenalkan diri. Kebetulan nama panggilan kami sama . Menurut bahasa Ngada, kami dapat saling menyapa dengan istilah "Tamo". Namun berhubung usianya lebih tua, maka saya memanggil dia ‘ka'e tamo’.
Kemudian sambil berguyon dengan dalam bahasa Bajawa, saya berkata, “ wala kae tamo maen bola gaga la, makanya bisa tembus klub papan atas dan Timnas Indonesia. ”
Dia pun senyum-senyum saja dan menjawab saya katanya, "owale azi ma'e jodho e... itu semua berkat Tuhan dan leluhur serta kita yang berusaha keras untuk latihan."
Selanjutnya kami pun mengobrol banyak hal seputar sepak bola, mulai dari timnas, klub-klub, di mana dia pernah bermain, termasuk soa sepak bola Ngada.
Ketika saya bertanya apa motivasi awal hingga bisa memilih menjadi pemain bola profesional, dia menjawab begini: “Menjadi pemain profesional sebetulnya adalah impian setiap pemain sepak bola. Karena dengan menjadi pesepak bola profesional, seseorang bisa mendapat pendapatan tetap dari klub dan bonus dari pihak lain. Nah, saya termotivasi untuk menjadikan sepak bola sebagai pekerjaan supaya bisa memberi nafkah untuk keluarga di kampung.”
“Ketika dipanggil coach Beni Dolo untuk memperkuat timnas Indonesia, apa yang ada dalam pikiran Kae' Tamo, saat itu?” tanya saya lebih lanjut.
“Wala Azi... saya kaget dan bangga ngeri... hampir tidak percaya... ini impian semua pemain profesional di Indonesia. Ini kesempatan baik bagi saya untuk membawa nama Ngada-Flores dan NTT ke kancah sepak bola nasional. Semoga setelah saya yang lain menyusul,” jawabnya.
Masyarakat Ngada Flores NTT sangat kental dengan tradisi sepak bola. Kira-kira apa masukan untuk pengembangan sepak bola di Ngada secara khusus dan NTT umumnya? Saya bertanya lagi.
“Pertama, harus ada sponsor untuk pendanaan. Kedua, kita butuh manajemen dengan sumber daya manusia (SDM) yang mengerti bola dan punya jaringan dengan klub-klub di luar NTT. Ketiga, kita butuh ajang kompetisi berdasarkan kelas umur yang diselenggarakansecara rutin. Ini penting untuk mencari atau menyeleksi bibit pemain bola muda, sehingga kita dapat melakukan pembinaannya berkelanjutan. Keempat, kita butuh fasilitas penunjang yang memadai. Selain lapangan bola, kita butuh bola dalam jumlah yang cukup, jangan sampai satu tim hanya punya satu bola. Idealnya untuk satu pemain disediakan satu satu bola. Kelima, kita perlu memperhatikan faktor gizi,. Sebab mengosumsi makanan yang bergizi setelah latihan sangat penting agar bisa membangun kembali energi yang dikuras saat latihan.”
Kemudian, saya lalu bertanya lagi: Apa obsesi kaka nanti setelah pensiun dari sepak bola Profesional?
“Pulang kampung dan mendirikan sekolah sepak bola,” jawabnya singkat.
Ketika lagi asyik mengobrol, terdengar suara panggilan untuk boarding. Ka'e Tamo pun pamit, katanya: “Azi kita koma dulu e... nanti lanjut lagi. Sudah saatnya boarding naik pesawat... Molo e... azi sampe jumpa Lagi.”
Semenjak saat itu, saya pun tidak mendapat kesempatan lagi untuk mengobrol secara berduaan dengan legenda sepak bola Ngada itu.
Selamat jalan Ka'e Tamo. Terima kasih untuk kesempatan mengorbrol, walau hanya sebentar saja. Namun, dari pertemuan itu saya menjadi semakin mengagumi Ka'e Tamo. Saya akan terus mengenangmu. Beristirahat dalam damai Tuhan. (Heru Doloradho)