Antisipasi Kekeringan, BPBD Nagekeo Identifikasi 24 Titik Sumber Air Bawah Tanah

redaksi - Minggu, 09 Juni 2024 15:31
Antisipasi Kekeringan, BPBD Nagekeo Identifikasi 24 Titik Sumber Air Bawah Tanah Kepala Pelaksana BPBD Nagekeo Agustinus Pone  (sumber: Istimewa)

MBAY (Floresku.com) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nagekeo, NTT mengidentifikasi sumber air bawah tanah menggunakan metode geolistrik untuk mengantisipasi kekurangan air akibat dampak kekeringan di musim kemarau tahun ini.

Hal ini disampaikan Kepala Pelaksana BPBD Nagekeo Agustinus Pone yang dihubungi Antara dari Labuan Bajo, Sabtu, (8/6).

"Sebagai langkah pertama untuk menyambut program TNI Manunggal Air Bersih kami melakukan identifikasi lokasi dan pemetaan air bawah tanah dengan menggunakan geolistrik di 24 titik," kata dia.

Pone mengatakan terdapat  puluhan titik air bawah tanah itu tersebar di empat kecamatan yakni di Aesesa, Nangaroro, Boawae, dan Wolowae.

"Kami sudah melakukan pemetaan kurang lebih di delapan lokasi dan diikuti dengan musyawarah desa, untuk pertama untuk tidak melakukan penolakan terhadap program ini, kedua surat pernyataan terkait lokasi tersebut menjadi titik pengeboran supaya tidak mendapatkan masalah pengklaiman saat pengerjaan nanti," katanya.

Lebih lanjut, kata dia, pemerintah daerah juga memanfaatkan sumber mata air dekat pemukiman warga di Kecamatan Boawae bagi warga dua desa.

"Sumber mata air yang tidak didayagunakan diharapkan dengan program ini air dapat dimanfaatkan dengan mendekatkan air kepada masyarakat untuk bisa dimanfaatkan oleh warga dua desa dengan jumlah warga kurang lebih 3,5 ribu jiwa," katanya.

Ia menjelaskan program mengantisipasi dampak musim kemarau tersebut merujuk pada informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa terdapat nota kesepahaman antara BNPB bersama TNI untuk pelaksanaan program TNI Manunggal Air Bersih di Kabupaten Nagekeo.

Masalah sepanjang tahun

Sejatinya, masalah kekurangan air bersih di Nagekeo tidak hanyaterjadi  pada musim kemarau. 

Sepanjang tahun, warga di beberapa wilayah Nagekeo selalu mengalami kekuaragan pasokan air bersih sehingga mereka harus membeli air dijual oleh para pedagang air bersih.

“Seminnggu sekali kami kami harus memesan satu tangki air fiberglass berisi 1,2 liter air bersih dengan harga Rp40 ribu per fiber,” ujar Paskalis seorang warga di Desa Tonggurambang, Kecamatan Aesesa.

Pantauan Floresku.com, di wilayah Desa Tonggurambang dan Desa Marapokot terdapat belasan pick up  yang dilengkapi tangki air fiberglass beurkuran 1..100 hingga 1.300 liter.

Sepanjang hari, belasan mobil pick up itu bolak baik masuk keluar kampung. 

Mereka menyedot air  bersi di beberapa sumur di kwasan Nila, lalu menjualnya kepada warga di kampung-kampung di wialayah Desa Tonggurambang dan Desa Marapokot,.

Sejumlah warga Kampung Puta Desa Tonggurambang mempertanyakan pihak petugas yang memasang meteran air dan berjanji akan mengalirkan air paling sedikir dua kali seminggu.

“Tapi, sejak meteran dipasang beberapa tahun lalu air jarang masuk. Anehnya, walau air tidak masuk dan warga tida mau bayar bulanan, mereka ancam cabut meteran,” ujar  seoran ibu yang enngan disebutkan namanya.

Yang lebih mengherankan dekat kampung Puta terdapat bak penampungan air berukuran besar yang baru saja dibangun Dinas PUPR. ‘

Tapi, bak tersebut seperti tidak berdampak apa-apa bagi warga di sini,” ungkap warga yang mengaku bernama Kons. (Silvia). ***.

 

 

Editor: redaksi

RELATED NEWS