Are Redo, Pemimpin Sanggar Wonga Runu Itu Telah Pergi

redaksi - Rabu, 21 Juli 2021 23:08
Are Redo, Pemimpin Sanggar Wonga Runu Itu Telah PergiAre Redo, Pemimpin Sanggar Wonga Runu (sumber: Screenshoot youtube)

JAKARTA (Floresku.com) – Dalam sebuah grup WA keluarga sore ini, Rabu (21 Juli 2021), pukul 18.23, tersiar kabar  kepergian seorang seniman dari Tanah Ngada.

Nama lengkapnya, Arnold Redo  atau lebih akrab disapa Are Redo. Usianya sekitar 72 tahun. Saya memanggilnya Om Are.  Bagi saya,  dia seorang penari ja’i yang indah, teliti dalam mengenakan pakaian adat Ngada serta fasih dalam memahami syair-syair adat.

Alm. Arnold Redo  (72) pemimpin sanggar Wonga Runu (WA /Emanuel)

Dia seorang seniman. Tidak heran kalau Om Are suka terlibat dalam musik-musik liturgi, terutama yang bernuasa khas Ngada. Dan yang paling penting dia adalah pemimpin sanggar Wonga Runu.

Asalnya adalah dari Kampung Bogenga, Desa Susu, Bajawa, kendati grup suling yang dipimpinnya berada di di Desa Naru, Kecamatan Bajawa.

Dua tahun lalu, saya mengunjungi kampung Naru dan berkesempatan menyaksikan latihan kelompok ini.   Sebuah sanggar sederhana yang beranggotakan warga desa yang sederhana. Namun, semangat mereka luar biasa. “Mereka sangat disiplin dan berbakat,” ujar  Om Are saat itu.

Tak heran,  kalau bicara musik suling di Kabupaten Ngada, Wonga Runu adalah andalannya. Mereka sempat ikut memeriahkan sejumlah acara di luar Ngada seperti Kupang, Ende dan Labuhan Bajo.

Tentu saja,  kalau ada penjemputan atau acara-acara penting di Bajawa, Ibu Kota Kabupaten Ngada, Wonga Runu pimpinan Are Redo menjadi salah satu  menu utama yang selalu  tampil ke depan. Dan pasti akan mengundang decak kagum bagi mereka yang baru pertama mendengar harmoni musik dalam tiupan suling bambu.

Karena latihan yang tekun dan bakat yang kental pada 36 orang anggota yang dipimpin Om Are, Wonga Runu selalu tampil optimal dalam berbagai kesempatan.

Pada pertenggahan Juli 2019 misalnya, Wonga Runu ikut memeriahkan acara tinju profesional piala Presiden di Labuan Bajo. Mereka membawakan tarian dan seni budaya khas Bajawa, tentu saja musik suling bambu.

"Kami merasa bangga karena Polres Ngada memfasilitasi kami untuk ikut pentas seni di Labuan Bajo. Kami ada 36 orang akan kesana hari ini," ungkap Om Are saat itu.

Om Are mengakui bangga bisa tampil pada  acara-acara di luar Bajawa.
Perwakilan dari Pemda Ngada Bagian Kesra, Marius Roja, pun mengakui bahwa  Pemda sangat mendukung Sanggar Wonga Runu untuk bisa partisipasi di sejumlah tempat, termasuk Labuan Bajo.

Marius mengaku mendapatkan surat dari Pertina dan meminta Sanggar Wonga Runu diutus ke Labuan Bajo.
"Kita sering bantu untuk biaya akomodasi sesuai proposal yang masuk dari Sanggar Wonga Runu," ujarnya.

Menurut pengakuan seorang keponakannha, Aleks Bhute akhir-akhir ini karena.karena Covid 19, Om Are menyepi dari kegiatan musik suling. "Om jadi.makin sering ke kebun dan saya sering menjumpai Om sendirian di sana.," ujar Aleks.

Semoga kepergian Om Are tetap meninggalkan semangat pada orang Ngada untuk selalu menggali dan bangga pada musik-musik lokal mereka. Khususnya, semoga Wonga Runu tetap memberikan harumnya yang semerbak bagi para pencinta suling bambu di manapun berada. Requiscat in Pace Om Are. (Abraham R.M)

Editor: MAR

RELATED NEWS