Banjir Bandang Akhiri Riwayat Pasutri Muda, Beritanya Bikin Sesakkan Dada Kaum Kerabat dan Sahabat Kenalan

redaksi - Sabtu, 04 September 2021 18:18
Banjir Bandang Akhiri Riwayat Pasutri Muda, Beritanya Bikin Sesakkan Dada Kaum  Kerabat dan Sahabat KenalanMaria Goreti Dhiu (38) dan suaminya Mikael Jekot, korban banjir bandang di Desa Inerie (Jumat,3/9) tengah malam. (sumber: FB Timotius Otong)

INERIE (Floresku.com) – Kepergian abadi Maria Goreti Dhiu (38 tahun) dan suaminya Mikael Jekot yang masih hilang akibat banjir bandang yang menerjang Kampung Malapedho, Desa Inerie, Kecamatan Inerie, Jumat (3/9) tengah malam,  menimbulkan kisah pilu yang menyesakkan dada, tidak hanya bagi  kalangan keluarganya, dan warga sekampungnya  saja, melainkan  juga di kalangan para sahabat kenalannya.

Sebagaimana dilberitakan oleh media ini, hingga Sabtu (4/9) sore, korban meninggal dunia ada dua orang, dan satu orang yaitu Mikael Jekot, masih belum diketahui keberadaannya.

Kepada media, Ketua BPD Desa Inerie, Barnadus Mau, di lokasi kejadian, Sabtu (4/9/2021) mengatakan, selain Maria Goreti Dhiu yang sedang hami 7 bulan, korban meninggal lainnya adalah seorang anak kecil berusia 4 tahun, yakni Milka Tuna. Milka Tuna adalah putri dari US  yang masih kerabat dekat dari almarhumah Maria Goreti Dhiu. 

Proses evakuasi jenazah Maria Goreti Dhiu, korban banjir bandang di Desa Inerie (Sumber: Potongan video.WA)

Bernardus menuturkan menjelang kejadian dirinya sempat meminjam senter ke rumah Mikael Jekot guna melihat air di kali. Usai mengembalikan senter dia kembali ke rumah, namun baru beberapa saat terdengar suara gemuruh seperti kendaraan tronton yang sedang lewat.

“Saya kaget dan keluar rumah langsung menuju rumah  Milka karena saya tahu hanya Milka dan neneknya. Orangtuanya sedang ikut acara 40 malam keluarga yang meninggal,” ungkapnya.

Milka sempat satu jam dibantu dan masih bernapas, tapi beberapa saat kemudian nyawanya tidak tertolong. Sedangkan korban ibu hamil yang meninggal dunia tinggal berdua dengan suaminya, sedangkan satu orang anak sedang belajar di rumah tetangga dan anak laki-lakinya sedang berada di Borong, Manggarai Timur.

Bernadus kemudian mengatakan, banjir bandang menerjang lima rumah yang didiami oleh 24 warga.

“Sungguh sedih kejadian ini. Sungguh tak disangka kejadian ini. Kita doakan  saudara Mikael Jekot segera ditemukan,” katanya.

Selain merusak rumah kediaman warga, banjir bandang juga merusak  jaringan air bersih dan memutus akses jalan karena Bog Duiker di Malapedho usak berat sehingga akses ke Desa Inerie dan desa-desa sekitar putus total.

Disebutkan, desa-desa yang mengalami kesulitan air bersih yaitu desa Inerie, Warupele, Kelitei dan Pomasule, Desa Sebowuli.

Camat Inerie, Ignasius Dheho di sela- sela proses pencarian korban hilang yakni suami Maria Goreti Dhiu yakni Mikael Jekot menjelaskan bahwa kondisi saat ini jalur jalan Aimere-Inerie putus total dan sedang diupayakan membuka jalur alternatif. Hal utama yang penting adalah perbaikan jaringan air minum di wilayah tersebut.

Bantuan darurat seperti generator, beras dan pakaian sudah diterima pihaknya dan siap disalurkan. Posko penanganan bencana juga telah dibangun untuk koordinasi dan penerimaan bantuan sosial lainnya.

Hujan sore hingga tengah malam

Melalui aplikasi WhasApp, Alosius Beo menyampaikan kepada media ini bahwa  banjir bandang memang mengagetkan warga di sekita lokasi kejadian karena Jumat (3/9) pagi hujan turun, tapi tidak terlalu deras. 

“Hujan memang sudah  dimulai dari Jumat dini hari tapi  tidak tidak terlalu lebat. Jumat (3/9) siang sampai sore sekitar jam empatan tidak hujan hanya mendung. Mulai sekitar jam 4 sore sampai jam7 malam mulai hujan lebat sekali dan sekitar jam 10 malam liwat sampai jam 11.00 malam itu adalah puncaknya,” tulis Alosius Beo yang adalah warga Aimere.

Pensinan guru yang pernah tinggal cukup lama di sekitar tempat kejadian mengatakan bahwa sebelum kejadian ada peristiwa yang oleh warga lokal disebut ‘lasungebu’. Lasungebu itu  jatuhnya di tiga lokasi, yaitu belakang KampungJere, di belakang Kampung Watu dan satu lagi di tempat yang saya tidak ketahui namanya. Semua  air  dari tiga tempat itu bermuara ke Waesugi. Air mengalir sangat deras tidak tetatur dan menyapu semuanya,”

Alosius Beo menjelaskan, sesunguhnya ia sendiri tidak tidak tinggal di tempat itu. 

“Saya dulu memang pernah bertugas sebagai Kepsek SMP  di daerah ini. Sekarang rumah saya jauh di Aimere sana.  Namun, mendengar kabar sosal bencana ini saya pun datang ke sini. Sekarang saya ada di lokasi kejadian dan sedang sibuk menyiapkan makanan bagi para petugas dan relawan yang mencari korban dan membersihkan lumpur banjir bandang,” ungkapnya.

Merasa sangat terpukul

Musibah yang menimpa keluarga Mikae Jekot dan Maria Goreti Dhiu membuat warga sekitar dan para sahabat kenalannya merasa sangat terpukul. 

Timotius Otong, warga Kota Borong mengatakan ia mengenal dekat dengan kedua korban (Maria Goreti Dhiu dan Mikael Jekot,red). 

“Ibu Goreti adalah teman kelas saya waktu di SMA Pancasila Borong dulu. Sedangkan suamiya, Mikael Jekot adalah tetangga rumah. Jadi, berita soal bencana di Inerie itu sungguh membuat saya terpukul,” kata Timotius Otong kepada media ini melalui saluran telepon.

Beberapa hari teakhir, anak sulung teman Mikael dan Goreti ada di rumah nenekanya di Borong. Hari Jumat (3/9) pagi, dia minta izin ke neneknya untuk pulang ke Kampung Inerie. Tapi, neneknya tidak mengizinkannya, dan meminta dia supaya menundanya   hingga ke hari Minggu (5/9). 

“Beruntung sekali, anak itu diijikan pulang hari Jumat pagi. Kalau tidak,  mungkin dia juga ikut jadi korban. Ya, semoga teman Mikael dapat ditemukan segera,” tutup Timotius. (Tim floresku.com).

BACA JUGA: Dua Warga Ngada Meninggal dan Satu Orang Hilang Akibat Banjir Bandang di Desa Inerie

 

Editor: Redaksi

RELATED NEWS