Banjir Bandang Terjang Desa Tenda dan Desa Nata Ute, Beberapa Ruas Jalan Raya Terputus

redaksi - Jumat, 09 Juni 2023 11:26
Banjir Bandang Terjang  Desa Tenda dan Desa Nata Ute,  Beberapa Ruas Jalan Raya TerputusStefanus Guru, Ketua RT 02 Dusun Kojaiu, Desan Tenda Ondo (kiri) dan jalan terputus di Kampung Ndangakapa akibat banjir bandang, Kamis, 8 Juni 2023. (sumber: Bob Sina)

MALASERA (Floresku.com) – Aliran sungai yang melintasi wilaya Desa Tenda Ondo, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, dan Desa Nata Ute, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo meluap dan merusak infrastruktur jalan yang menghubungkan sejumlah kampung di wilayah tersebut.

Marcelinus Sina dari Kampung Malasera mengatakan, sungai yang berjarak belasan meter dari kampungnya meluap hebat. 

Banjir bandang di sugngai dekat Kampung Malasera, Desa Nata Ute, Kamis (8/6). (Foto: Bob Sina).

Banjir hebat itu dipastikan merusak rabat beton yang sengaja dibangun di sungai karena belum ada jembatan yang menghubungan Kampung Malasera dengan wilayah Desa Tenda Ondo. 

Padahal, jalan raya, satu-satunya akses menuju Kota Nangaroro sebagai  pusat Kecamatan, pasar dan pusat paroki berada di wilayah Desa Tenda Ondo dan Desa Ondo Rea Barat.

Sementara itu, Stefanus Guru, Ketua RT.02, Dusun Kojaiu, Desa Tenda Ondo mengatakan bahwa banjir juga  merusak ruas jalan yang menghubungkan Desa Tenda Ondo dan Desa Ondo Rea Barat. 

Kondisi tersebut membuat warga Dusun Kojaiu, dan beberapa dusun lainnya tak bisa mengakses Pasar Nangapanda dan Pasar Nangaroro. 

Kesulitan mengakses pasar akan membuat kehidupan warga semakin sulit.  Karena perekonomian  warga di Desa Tenda Ondo bergantung sepenuhnya pada  penjualan berbagai komoditi seperti Kakao, Vanili, Kemiri, Kopi dan Kelapa.

Oleh karena itu Stef Guru meminta pemerintah daerah Kabupaten Ende segera turun tangan untuk memperbaiki jalan yang  terputus itu supaya roda perekonomian warga setempat kembali berputar.

Menghalangi aktivitas belajar paras siswa SD

Banjir tidak saja mengganggu aktivitas ekonomi warga di kedua desa tersebut, tetapi juga mengganggu aktivitas belajar para siswa di SDK Malasera. 

Pasalnya, sekolah tersebut berada di Kampung Malasera, Desa Nata Ute. Sebagian besar  ari siswanya berasal dari beberapa kampung yang berada di seberang sungai. Setiap hari mereka harus melintasi sungai beberapa kali sebelum mencapai sekolah.

Pada musim hujan dimana banjir sering terjadi, hanya para siswa dari Kampung Ndangakapa, Dusun Kojaiu yang dapat mengakses sekolah, karena di antara Kampung Ndangakapa dan Kampung Malasera telah dibangun jembatan gantung. 

Banjir melenkapi derita warga

Banjir bandang seperti yang terjadi Kamis (8/6)  melengkapi derita warga di kedua desa tersebut. 

Sebab, selama 10 tahun terakhir, satu-satunya jalan raya yang menghubungkan kampung--kampung di kedua desa tersebut dengan pasar, pusat paroki, dan kota kabpaten, baik Kota Ende dan Kota Mbay,  rusak berat. 

Di ruas jalan sepanjang 4 km, dari Kampung Ndangakapa hingga Kampung Nangamboa, terdapat banyak lubang dan genangan air seperti kubangan kerbau.  Di beberapa tempat juga rawan longsor.

Ironisnya, Bupati, Wakil Bupati, anggota DPR dari kedua kabupaten sudah pernah melintasi jalan yang rusak tersebut, tetapi sampai saat ini tidak ada tanda-tanda segera diperbaiki. (Bob Sina).***

Editor: redaksi

RELATED NEWS