Banjir Bandang Terjang Tiga Desa di Perbatasan Kabupaten Nagekeo dan Ende, NTT
redaksi - Senin, 29 Maret 2021 22:39
ENDE ( Flores.com) – Curah hujan yang tinggi di wilayah perbatasan Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Ende akhir pekan kemarin, mengakibatkan terjadinya banjir bandang di bantaran kali sepanjang lebih dari 20 km, mulai dari daerah hulu sungai di desa Tenda Ondo dan Desa Ondorea, hingga ke daerah hilir di Nangamoba, Desa Nata Ute, pada Minggu (28/3).
Bantaran sungai tersebut berfungsi sebagai tapal batas antara Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Ende yang berada di wilayah Flores bagian tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Banjir bandang setinggi lebih dari lima meter itu menyebabkan sungai meluap dan menerjang sejumlah perkampungan, kandang ternak dan kebun warga yang terletak di sepanjang daerah aliran sungai. Titik-titik luapan banjir bandang terjadi di Dowo Koja Dewa, Dowo Sanga Toi, Dowo Mada Sela, Dowo Rera Wete, Dowo Ndudi, hingga di muara sungai di Nangamboa.
Selain menyebabkan sejumlah rumah rusak parah, banjir bandang juga memporak prandakan puluhan kebun warga, dan merusakan tanaman seperti kakao, singkong dan pisang. Selain itu, banjir bandang menghanyutkan puluhan ekor hewan piaraan seperti kerbau, sapi, babi, kambing, dan ayam.
Antonius Bhia salah satu warga korban banjir di Nangamboa 2, Desa Nataute, kepada Flores. com mengatakan bahwa, ia bersama istri dan anak – anaknya yang sedang istrahat di rumah, tiba – tiba dikejutkan oleh teriakan warga yang mendesak agar segera meninggalkan rumah karena air sudah mendekati rumah.
Menurut Bhia, para tetangga segera bergotong royong untuk menyelamatkan rumahnya dengan cara mengikatnya dengan tali lalu mengaitkanya pohon kelapa yang ada di dekat rumah.
“Namun, seluruh perabot rumah tangga seperti lemari pakaian, perlatan elektrnoik, peralatan dapur, dan kandang ayam bersama ayam-ayam piaraannya hanyut dibawa banjir,” ujarnya dengan suara memelas.
Kepala Desa Nataute, Timotius Negha, ketika ditemui Flores.com di Nangamboa, menginformasikan bahwa banjir bandang yang terjadi di wilayah perbatasan Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Ende, pada hari Minggu (28/3) sangat dasyat sehingga mengakibatkan rusaknya sejumlah rumah warga dan tanaman pertanian.
“Jumlah hewan peliharaan pun hanyut terbawa banjir, bisa mencapai puluhan ekor,” ujarnya.
Timotius Negha memperkirakan kerugian yang dialami warga di tiga desa tersebut di bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Timotius Negha, bersama Kepala Desa Tenda Ondo, Petrus Ta, dan Kepala Desa Ondorea Barat Rudolfus Ndate bersepakat untuk segera mendata semua warga yang terdampak banjir guna disampaikan ke pemerintah Kabupaten Nagekeo maupun ke pemerintah Kabupaten Ende.
‘Warga yang rumahnya diternjang banjir bandang terpaksa dievakuasi sementara di rumah – rumah sanak-familinya. Namun, warga kehilangan harta bendanya perlu mendapat bantuan. Pihak desa akan membantu sebisa mungkin.Bantuan selebihnya kami harapkan bisa datang dari pemerintahan kabupaten,“jelas Timotius Negha.
Sementara itu, Kepala Desa Ondorea Rudolfus Ndate mengatakan bencana banjir bandang selalu terjadi setiap ada musim hujan.
sejak tahun 2015, lanjtunya, para kepala desa di wilayah perbatasan Ende – Nagekeo, telah mengusulkan kepada pemerintah daerah dan pemerintah proninsi melaui Dinas terkait untuk membangun tanggul penahan banjir atau bronjongisasi di beberapa titik pemukiman warga, seperti di kampung Koporombo, Desa Tenda Ondo, kampung Bhondukado, kampung Malasera, kampung Ndudi Barat dan Nangamboa 2 Desa Nataute serta kampung Ndudi Timur dan Nangamboa 1 desa Ondorea Barat.
Menurut Rudolfus Ndate pembanguna tanggul penahan banjir di wilayah perbatasan sudah sangat mendesak. “Untuk Desa Ondorea Barat, pembangunan tanggul sangat mendesak terutama untuk menyelamatkan bangunan sekolah dan kapela di desa yang terletak dekat aliran sungai di Kampung Nangaboa 1,”ujarnya.
Rudolfus Ndate kemudian mengimbau agar warga yang tinggal di wilayah bantaran sungai di sepanjang perbatasan kabupaten Enden dan Nagekeo untuk selalu waspada selama musim hujan.
“Kalau hujan turun di luar batas kewajaran, warga harus mengungsi dahulu ke rumah tentaggan atau kerabat yang letaknya jauh dari daerah aliran sungai,” ujarnya. (Bob Sina)