Begini 'Wajah Flobamora' di Mata Para Penjelajah Abad 16 M dan 17 M
redaksi - Selasa, 01 Oktober 2024 13:13JAKARTA (Floresku.com) - Saat ini, berkat ‘googlemaps’ kita dapat dengan mudah menjelajah setiap sudut wilayah dunia, termasuk wilayah ‘Flores-Sumba-Timor dan Alor serta sejumlah pulau kecil’ yang akrab disebut ‘Flobamora’.
Bahkan, kita dapat mengetahui jarak antara suatu daerah ke daerah yang lain secara akurat.
Tetapi, tidak demikian halnya dengan mereka yang hidup pada lima abad lalu. Bagi mereka ‘bumi Flobamora’ saja sudah merupakan sebuah wialaya yang misterius, sebuah ‘dunia’ maha luas yang tidak mudah dijangkau setiap sudutnya.
Berikut sekilas sejarah ‘wajah Flobalora’ yang pernah direkam sejarah ‘perpetaan’ dunia.
Warisan Francisco Rodrigues (1513)
Faktanya, Indonesia Timur, dari Jawa hingga kepulauan Timor, khususnya wilayah ‘Flobamora’ pertama kali dikenali oleh keahlian kartografi seorang nahkoda muda Portugis, Francisco Rodrigues, seorang anggota terkemuka pelayaran pertama Portugis ke Maluku, pada tahun 1511-1512.
Rodrigues dan rekan-rekannya tidak berlayar melewati dekat Timor dan pulau-pulau di sekitarnya, tetapi dalam buku pelayarannya yang terkenal ia ‘berhasil’ menggambar representasi pertama Timor, Flores, dan Solor, sebuah pulau yang sangat kecil lalu Flores Timur dan Adonara.
Perihal Pulau Timor, ia membuat sketsa dengan hati-hati dan diberi keterangan yang jelas, "Ini adalah pulau Timor tempat kayu cendana berasal."
Para ahli sejarah mengatakan, “ Kita sekarang tahu bahwa peta Asia Tenggara karya Francisco Rodrigues ini dimungkinkan karena ia bekerja dengan peta maritim timur, mungkin peta pelayaran Cina yang digunakan oleh pedagang lokal.”
Gambar peta ini pernah dimasukkan ke dalam katalog pameran “The First Portguese Maps and Steches’ of Southeast Asia and the Philippines 1511-1515” yang diadakan di Museum Metropolitan, Manila, dari 15 Oktober hingga 30 November 2002, lalu.
Pameran tersebut menampilkan 50 peta dan sketsa sejarah Portugis di Asia Tenggara dan Filipina.
Atlas Miller atau Atlas Lopo-Homem-Reineis (1519)
‘Peta Flobamora’ juga tergambar dalam rupa yang tidak realistis dalam Atlas Miller atau Atlas Lopo-Homem-Reineis (sudut kanan bawah).
Atlas ini dibuat di Portugal pada tahun 1519 atas perintah Raja Manuel I (1469-1521) Raja Portugal, mungkin sebagai hadiah untuk Raja Prancis Francis I (1494-1547).
Karya ini muncul dari kolaborasi berbagai seniman dan akademisi. Kartografer Lopo Homem serta Pedro dan Jorge Reinel mencantumkan data geografis yang teliti.
Ilustrasi peta yang sangat berharga ini dikerjakan oleh iluminator berbakat Antonio de Holanda. Karya ini berisi enam lembar vellum dengan total 10 peta yang dihias dengan penuh semangat dalam berbagai format.
Secara keseluruhan, produksi peta yang dianggap paling penting dan signifikan yang dibuat di Eropa memakan waktu sekitar tiga tahun, dari tahun 1519 hingga 1522.
Ini merupakan upaya terakhir Portugal untuk merangkum kisah pelayaran Ferdinand Magellan (4 Februari 1480 – 27 April 1521) mengelilingi dunia untuk pertama kalinya.
Dengan ikonografi dan misteri yang tersirat di balik ilustrasinya, peta ini tentu saja merupakan teka-teki yang menunggu untuk dipecahkan.
Ada ahli yang berpendapat bahwa Atlas Miller adalah sintesis penemuan Portugis dan pandangan Ptolemeus.
Pasalnya, karya tersebut menampilkan empat benua – satu benua masih belum dikenal pada saat itu – dan menggabungkan informasi yang dikumpulkan dari penemuan Portugis dengan pandangan Ptolemeus tentang dunia.
Dari sudut pandang ikonografi, Atlas Miller merupakan karya yang benar-benar menakjubkan yang dihias oleh tangan seorang seniman Flemish, António de Holanda.
Sementara peralatan ikonografi dibuat oleh António de Holanda, detail kartografinya merupakan karya Pedro Reinel, putranya Jorge Reinel, dan Lopo Homem.
‘Flobamora’ dalam Peta Asia Terindah Tahun 1635
Peta Asia karya Willem Blaeu merupakan salah satu peta benua terindah yang diterbitkan pada abad ke-17.
Peta ini menampilkan sepuluh pasang tokoh yang mewakili berbagai budaya Asia dan menyoroti sembilan kota, yang memperlihatkan peluang perdagangan yang menguntungkan bagi orang Eropa.
Peta Blaeu, yang dipengaruhi oleh peta Perusahaan Hindia Timur Belanda, sangat mutakhir pada masanya.
Tampak pada sudut kanan bawah gambar kepulauan ‘Flobamora’ dalam rupa yang masih tidak akurat.
Meski garis pantai masih belum cukup jelas dan tidak akurat, tetapi representasi ini bertahan hingga pertengahan abad ke-18.
Atlas François Valentyn (tahun 1724-1726)
Peta antik ‘Flobamora’ dengan garis pantai yang tidak cukup akurat pernah dibuat oleh François Valentyn atau Valentijn (17 April 1666 – 6 Agustus 1727) .
Valentyn sendiri adalah seorang pendeta Calvinis Belanda yang bekerja di Amboina dari tahun 1684 hingga tahun 1694, dan dari tahun 1705 hingga tahun 1713, serta sering bepergian ke wilayah VOC lainnya.
Ia adalah juga seorang seniman naturalis, dan penulis yang karyanya ‘Oud en Nieuw Oost-Indiën’ ("Hindia Timur Lama dan Baru") menggambarkan sejarah Perusahaan Hindia Timur Belanda, VOC.
Ia juga membuat catatan tentang geografi, etnografi, dan sejarah alam di wilayah VOC; separuhnya tentang Maluku.
Disebutkan, 'Oud en Nieuw Oost-Indiën' adalah sebuah karya besar yang terdiri dari lima bagian yang diterbitkan dalam delapan volume dan berisi 1.200 ilustrasi ukiran dan beberapa peta Hindia Belanda yang paling akurat saat itu.
Valentyn mungkin menggambar peta ‘Flobamora’ ini berdasarkan arsip peta dan rahasia dagang geografis VOC, yang selalu mereka jaga dengan ketat agar tidak diketahui oleh para pesaing bisnis dan usaha dagangnya. (map/dari berbagai sumber). ***