Benvenuto Nella Terra di Abramo (Secuil dari Kunjungan Paus Fransiskus di Irak)

Redaksi - Sabtu, 06 Maret 2021 00:44
Benvenuto Nella Terra di Abramo  (Secuil dari Kunjungan Paus Fransiskus di Irak)P Kons Beo SVD (sumber: 2021/03/1615000049459.jpeg)

Oleh: P. Kons Beo, SVD*

(disadur dari Vatican News)

Benvenuto nella terra di Abramo” (Selamat datang di Tanah Abraham). Itulah ungkapan hati terdalam dari Kardinal Louis Raphael Sako, Patriak Katolik Kaldea dari Babilonia menyambut kedatangan Paus Fransiskus, pada Jumat, 5 Maret 2021. Rasa terharu, bangga, penuh sukacita serta ucapan limpah terima kasih atas “visita coraggiosa” (kunjungan penuh keberanian) dari Paus Fransiskus. Sang Patriak kelahiran 4 Juli 1948, dan pernah  belajar di Universitas Kepausan Urbaniana – Roma itu, yakin bahwa kunjungan Paus Fransiskus akan sungguh mempererat dan meneguhkan relasi persaudaraan antara umat kristen dan saudara-saudari muslim.

Dijelaskan oleh Kardinal Sako, bahwa jemaat Kristen sungguh adalah kelompok minoritas yang hidup (una minoranza viva). Komunitas yang tetap teguh kendati diterpa serba tantangan dan kesulitan. Itulah komunitas kecil yang bertahan walau ditinggalkan oleh sekitar 120 ribu orang kristen  di seluruh  dataran Ninive dan Mosul akibat kekejaman dan kekerasan oleh teroris ISIS.

Namun, Patriak Sako tetap punya harapan bahwa kunjungan Paus penuh persaudaraan ini membawa kekuatan (semangat) untuk mengatasi segala kesulitan. Kedatangan Paus Fransiskus itu, kata Kardinal Sako, “ci rassicura che non siamo dimendicati” (yakinkan kami bahwa kami tidak dilupakan). Kehadiran Paus mendorong warga dan umat kristen  untuk kembali membangun negeri, menghargai hak-hak setiap warga atas dasar saling penghargaan penuh persaudaraan dalam kemajemukan dan perbedaannya.

Pada kesempatan sebelumnya, Ignazio Youssef III Younan, Patriak Katolik Siro dari Anthiokia, ucapkan rasa terima kasih atas kedatangan Paus Fransiskus yang disebutnya sebagai “messaggero di pace e fraternità”  (pembawa berita perdamaian dan persaudaraan). Kekerasan dan kekejaman memang telah menjadi sejarah hidup dan kesaksian iman. Ada 48 orang kristen, termasuk anak-anak dan orang dewasa, perempuan dan laki-laki. Di antara para korban itu ada dua imam muda yang meneguhkan iman saudara-saudari dalam Yesus. “Mereka telah mencampurkan darah mereka sendiri dengan Darah Anak Domba, yakni Yesus Penyelamat. 

Ada permohonan umat melalui sang Patriak Ignazio, sekiranya Paus Fransiskus memperkenankan dipercepatnya proses beatifikasi dari para martir di tanah Abraham itu. Ignazio pun merindukan kata-kata dan seruan dari Paus agar mereka didorong hidup dalam keberakaran iman sambil mencontohi hidup para saudara martir. 

Mari kita renungkan kebenaran ini: “Sanguis martyrum semen christianorum”, darah para martir adalah benih kekristenan. Keyakinan ini tentu tak hanya berlaku pada sejarah kekristenan di abad-abad awal. Ia akan tetap berlangsung sepanjang sejarah Gereja. Dalam kekuatan Salib Kristus yang menderita. Demi  mencapai damai dan kemenangan di dalam iman, harapan dan KASIH.

Verbo Dei Amorem Spiranti…

*P.Kons Beo SVD, putra Ende, bekarya di Roma, Italia

 

RELATED NEWS