Bible Corner: "Qui Amat Animam Suam, Perdet Eam"

redaksi - Sabtu, 20 Maret 2021 19:01
Bible Corner: "Qui Amat Animam Suam, Perdet  Eam"kons beo (sumber: 2021/03/1615638470224.jpeg)

Oleh: P. Kons Beo, SVD

Minggu, 21 Maret 2021
(Pekan Prapaskah V - St Noel Pinot, St Serapion).

Bacaan I Yeremia 31:31-34
Mazmur 51:3-4.12-13.14-15; Ulangan 12a
Bacaan II Ibrani 5:7-9
Injil Yohanes 12:20-33

Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya (Yoh 12:25)

CARI aman. Sikap ini sering tak terhindarkan. Termasuk pula dengan kecenderungan hati untuk cari gampang. Karenanya, amankan diri dari hal-hal yang berat, yang menantang, dan yang menjadi tanggungjawab sering menjadi satu alur kebiasaan. 'Rawat diri' agar tidak dihadang oleh rupa-rupa kerepotan ini itu sering jadi pilihan.

SEBALIKNYA, manjakan diri adalah bagian dari arus menikmati hidup. Di situ rasa nyaman diciptakan. Segala selera coba dilayani sejadinya. Manusia memang sanggup menciptakan rasa nyaman bagi dirinya. Bisa dialami dalam irama hidup atau pun dalam kedisiplinan yang diatur ketat, dan dalam perbagai perelasian.

BAHKAN rasa nyaman bisa dicari dalam suasana, kedudukan dan segala atribut yang terpintal pada aura agamis! Katakan saja bahwa Tuhan, dan segala yang dihubungkan dengaNya, bisa 'dipakai' demi selera hidup dan demi amankan segala kepentingan.

CARI nyaman, cinta diri, cari gampang, cinta nyawa, sering digerakkan oleh gambaran betapa kerasnya hidup ini. Hidup ini penuh tantangan. Penuh risikonya. Hidup hadirkan ketakpastian dengan segala kecemasan di baliknya. Ada ketakutan untuk menantang risiko-risiko kehidupan. Ada keengganan untuk bertarung dalam pilihan-pilihan hidup yang berat dan mendebarkan serta 'makan ongkos.' Sebaliknya?

DALAM Yesus, sang Guru, terdapat visi hidup: kehilangan nyawa! Ya, yang disebutNya tidak mencintai nyawa! Dalam alur praktis dapat diartikan sebagai daya dorong: jalani dan hadapi hidup ini dengan gagah berani; bertarunglah untuk hadapi saat-saat terberat dalam hidup; teguh hati dalam situasi batas, sulit dan penuh risiko.

VISI hidup tidak mencintai nyawa tentu dihubungkan secara telak pada apa yang disebut sacrifice (pengorbanan). Lawan dari gerak dan selera cari aman atau cari gampang adalah pengorbanan. Kemuliaan kristiani ada pada sikap penuh pengorbanan. Demi apapun yang benar, baik,  indah di mata sesama dan Tuhan, pengorbanan mesti menjadi bahasa dan tindak serta sikap yang tak terhindarkan!

TENTU lintasan pengorbanan kristiani itu terarah pada: demi kehidupan sesama. Kata Yesus, 'adanya kesediaan jatuh ke tanah dan mati bagai biji gandum agar lebih banyak menghasilkan buah.' Banyak hal yang mesti dilepaskan sebagai risiko demi kehidupan sesama, demi nilai-nilai, dan demi kebaikan bersama.

SEPANTASNYA kita elakan diri dari visi hidup   teologi maut itu. Di situ ada pembiusan jiwa. Demi berani mati yang sia-sia akibat takut hadapi kenyataan hidup. Dalam teologi maut itu terdapat seruan untuk terjun bebas demi mati konyol  sambil membinasakan hidup orang lain. Semuanya demi sebuah 'jalan mulus' egosentrik menuju akhirat yang ilutif.

Lukisan Sapardi Djoko Damono sarat makna: 'mencintai dengan sederhana, namun agung dan mulia. Bahkan biarpun dengan kata-kata yang tak sempat terucapkan. Mencintai bagai kayu kepada api yang membuatnya jadi abu; awan kepada hujan yang menjadikannya TIADA'.

DI ATAS salib, IA tetap tegar mencintai. Dalam kesendirianNya, dalam sakit dan derita, serta dalam kegelapan yang menyergapNya. Semua karena CINTA. Agar kita semua jadi pemenang, dicahayai dan menjadi HIDUP...

Verbo Dei Amorem Spiranti

Selamat Hari Minggu.
Tuhan memberkati.
Amin

RELATED NEWS