Cekungan So’a Akan Dikembangkan Jadi ‘Site Museum’ atau Cagar Alam Geologi Internasional
redaksi - Kamis, 27 Juli 2023 14:00JAKARTA (Floresku.com) - Kelimpahan dan keanekaragaman fosil vertebrata, artefak, fosil manusia purba serta keindahan bentang alam merupakan warisan tak ternilai yang dimiliki oleh Cekungan So'a di Flores Tengah.
Daya tarik tersebut merupakan modal utama dan peluang besar bagi cekungan So'a untuk dikembangkan sebagai suatu kawasan Cagar Alam Geologi atau Site Museum.
Untuk menampung dan mengumpulkan artefak-artefak purbakala yang berasal dari Pulau Flores yang menyimpan potensi luar biasa di bidang geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dengan memanfaatkan bangunan atau ruang yang ada milik Pemerintah Daerah untuk membangun Site Museum.
Dalam pembangunan Site Museum, Badan Geologi akan membantu menyusun isi dan membuat desain ruang sesuai kaidah-kaidah permuseuman dan memberikan penguatan kapasitas dalam manajemen pengelolaan museum yang berbasis kelembagaan masyarakat.
"Bupati Ngada Andreas Paru, menyetujui rencana Badan Geologi untuk melakukan Site museum di lokasi penemuan fosil tersebut. Site Museum diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan di daerah-daerah terpencil terutama daerah yang memiliki potensi geologi," jelas Hermansyah sebagaimana dikutip www.teknologi.bisnis.com, Selasa, 25 Juli 2023.
Sudah ada dua Cagar Alam Geologi
Saat ini sudah dua kawasan cagar alam geologi di Indonesia tercatat dalam daftar jaringan internasional UNESCO (Global Geopark Network/GGN) yakni Pegunungan Karst Gunung Sewu dan Gunung Batur. Melihat potensinya, Cekungan So'a memiliki kesempatan untuk dikembangkan seperti kedua kawasan tersebut.
"Setelah (Geopark) karst Gunung Sewu dan Gunung Batur, kita akan kembangkan Cekungan So'a sebagai geopark bertaraf internasional," terang Ego Syahrial selaku Kepala Badan Geologi KESDM di Gedung Sekretariat Jenderal ESDM sebagaiana dirilis www.esdm.go.id belum lama ini.
Kondisi geologi dan jenis daya tarik Cekungan So'a apabila dicermati mirip dengan Sangiran (Jawa Tengah) dan Olduvai Gorge (Tanzania) dimana keduanya telah menyandang predikat sebagai "World Heritage". Dengan kata lain, Cekungan So'a adalah "Sangiran-nya" Indonesia Timur sehingga diperlukan perencanaan yang matang, perhatian dan dukungan dari berbagai pihak dalam rangka menuju kawasan konservasi dunia.
"Karena keberagamannya, disini (Cekungan So'a) disebut juga dengan "Sangiran" Indonesia Timur, sehingga sangat cocok dijadikan sebagai kawasan konservasi dunia," lanjut Ego Syahrial.
Menurut hasil penanggalan geologi bahwa fosil manusia purba yang ditemukan di Mata Menge diperkirakan berumur sekitar 700 ribu tahun.
Fosil manusia ini merupakan fosil manusia pertama yang ditemukan di Cekungan So'a dan merupakan fosil manusia purba tertua di daratan Flores. Para ahli paleoanthropologi menduga bahwa manusia Mata Menge merupakan nenek moyang dari manusia kerdil "hobbit" yang ditemukan di Gua Liang Bua, Manggarai.
"Mata Menge dapat menjadi prioritas awal pengembangan Cekungan So'a. Tidak jauh dari situs juga terdapat pemandian air panas Mengeruda yang menjadi nilai tambah tersendiri," lanjut Ego.
Sebagai kawasan konservasi, Cekungan So'a dapat menambah daftar tujuan wisata utama di Pulau Flores. Selain menyuguhkan wisata alam, kawasan So'a juga dapat menjadi lahan wisata pendidikan.
Geosite-geosite yang tersebar dapat pula berfungsi sebagai laboratorium alam untuk kepentingan pendidikan maupun penelitian.
Konsep eco-museum dapat diterapkan pada kawasan ini dan site museum dapat dibangun di beberapa lokasi sebagai sarana penyediaan informasi bagi masyarakat mengenai sumberdaya dan sejarah alam Cekungan So'a.
Dalam segi keterjangkauan, daerah So'a sangat strategis karena sudah tersedia fasilitas lapangan udara.
Posisinya yang terletak dibagian tengah pulau, kawasan So'a ini dapat berfungsi sebagai kota transit bagi para wisatawan yang ingin menjelajah keindahan alam Flores. (MAR). ***