Cendekiawan Nasional Asal Toto, Nagekeo-Flores, DR. Daniel Dhakidae Telah Berpulang, RIP
redaksi - Selasa, 06 April 2021 11:14
JAKARTA (Floresku.com) - Kabar duka kembali menyelimuti Indonesia. Salah satu cendekiawan Tanah Air, DR. Daniel Dhakidae dikabarkan meninggal dunia pada Selasa (6/4/2021) pagi ini.
Begitu kabar duka yang diterima floresku.com beberapa waktu lalu. Daniel Dhakidae meninggal dunia di Rumah Sakit MMC Kuningan, Jakarta pada pukul 07.24 WIB.
Ia dikabarkan meninggal dunia setelah mengalami serangan jantung pada Selasa dini hari sekitar pukul 03.00 WIB hingga kemudian dilarikan ke rumah sakit.
"Sudah dilakukan upaya maksimal, namun Tuhan berkehendak lain," tulis dalam pesan duka tersebut.
Jenazah Daniel Dhakidae akan disemayamkan di rumah duka RS Gatot Subroto Jakarta.
Meninggalnya salah satu cendekiawan Indonesia itu juga disampaikan oleh sejumlah tokoh di Twitter. Salah satunya oleh penulis sekaligus aktivis HAM, Andreas Harsono di Twitternya @andreasharsono.
Selain keluarga dan kerabat, kepulangan abadi Daniel Dhakidae menorehkan duka yang mendalam bagi Kompas Gramedia Group dan Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
Direktur Pusat Studi Media dan Demokrasi Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Wijayanto menyebutkan, kepergian Daniel merupakan kehilangan besar bagi kalangan akademisi. "Kehilangan besar dalam studi media dan demokrasi," kata Wijayanto kepada Kompas.com, Selasa (6/4/2021).
Menurut Wijayanto, Daniel Dhakidae merupakan sosok multidimensi.Selain menjadi Kepala Litbang Kompas, Daniel Dhakidae juga turut membesarkan Prisma yang dikenal sebagai jurnal pemikiran sosial dan ekonomi yang dikelola LP3ES.
Dia menjadi redaktur di Prisma sejak 1976, hingga kemudian dipercaya sebagai Pemimpin Redaksi dan Pemimpin Umum. "Kehilangan besar untuk Prisma, LP3ES, karena beliau adalah pemred selama berpuluh tahun," kata Wijayanto.
Di kalangan akademisi, Daniel juga dikenal sebagai sosok yang concern terhadap isu kekuasaan. Salah satu bukunya yang kerap menjadi rujukan dalam studi kekuasaan adalah Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru (2003) yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama.
Kemudian, disertasinya yang berjudul "The State, the Rise of Capital, and the Fall of Political Journalism, Political Economy of Indonesian News Industry" di Cornell University meraih penghargaan The Lauriston Sharp Prize dari Southeast Asian Program Cornell University.
"Karya disertasi beliau di Cornell University adalah salah satu magnum opus dalam bidang ini," ucap Wijayanto, yang merupakan Doktor dalam bidang Media dan Politik dari Universitas Leiden. Setelah purna jabatan sebagai kepala litbang, Daniel dipercaya menjadi Ketua Dewan Ombudsman Kompas.
Riwayat Hidup Singkat
Daniel lahir di Toto-Wolowae, Nagekeo Flores pada 22 Agustus 1945. Semasa muda, Daniel belajar di Seminari Sto. Yohanes Berkhmans Todabelu, Mataloko. Kemudian, dia masuk Seminari Tinggi St Petrus Ritapiret, Flores dan dan uliha filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi di Ledalero, Flores selama dua setengah tahun. Daniel lantas masuk Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada dengan mengambil spesialisasi ilmu Administrasi Negara dan tamat pada 1975.
Karier profesionalnya kemudian dimulai saat bekerja sebagai redaktur majalah Prisma milik Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) pada 1976.
Kemudian, ia melanjutkan sutid dan meraih gelar PhD (1991) di bidang pemerintahan dari Department of Government, Cornell University, Ithaca, New York, Amerika Serikat, dengan disertasi bertajuk “The State, the Rise of Capital, and the Fall of Political Journalism, Political Economy of Indonesian News Industry.”
Disertasi tersebut mendapat penghargaan the Lauriston Sharp Prize dari Southeast Asian Program Cornell University, karena telah “memberikan sumbangan luar biasa bagi perkembangan ilmu.” Meraih gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara dari Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (1975) dan Master of Arts bidang Ilmu Politik dari Cornell University (1987).
Selain menjadi Kepala Penelitian Pengembangan (Litbang) Kompas sejak 1994 sampai 2006, juga berkiprah sebagai redaktur majalah Prisma (1976); Ketua Dewan Redaksi Prisma (1979-1984); dan Wakil Direktur Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan, Ekonomi dan Sosial (LP3ES, 1982-1984).
Ia juga tercatat sebagai salah seorang pendiri Yayasan Tifa dan pernah duduk di Dewan Pengarah yayasan ini kemudian “menghidupkan” kembali jurnal pemikiran sosial ekonomi Prisma dan duduk sebagai Pemimpin Redaksi (sejak 2009) merangkap Pemimpin Umum (sejak 2011).
Ia banyak melakukan ceramah ilmiah di dalam dan di luar negeri, dan menulis sejumlah buku di anatara Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru (2003) dan bersama Vedi Renandi Hadiz menyunting buku bertajuk Social Science and Power in Indonesia (2005). (MAP)