Cinta Jokowi untuk Flores Terpatri di Labuhan Bajo

Anov - Senin, 08 Februari 2021 18:36
Cinta Jokowi untuk Flores Terpatri di Labuhan BajoPreiden Jokowi di Labuhan Bajo (sumber: 2021/02/1612708545231.jpeg)

Entah sejak kapan Presiden Joko Widodo mengenal flores. Yang pasti, setahun setelah pelantikannya sebagai presiden untuk periode pertama (2014-2019),  Jokowi  pertama kali menjejakan kakinya di Labuhan Bajo, ujung barat Nusa Bunga. Tepatnya pada 29 Desember 2015.

Dari Labuhan Bajo, presiden berangkat menuju Raja Empat, Papua dan membuka tahun baru 2016  di ujung timur Nusantara itu. Presiden sangat  mengagumi dan memuji keindahan dua destinasi wisata, Labuhan Bajo dan Raja Empat, setinggi langit.  

Bila disimak, kunjungan ke Labuhan Bajo digerakkan oleh sebuah rencana besar presiden,  tidak  sekadar pesiar atau blusukan spontan.

Sebelum ke lokasi, presiden sudah menetapkan Labuhan Bajo sebagai salah satu dari 10 destinasi yang mesti dikembangkan sebagai wisata premium. Itu terbaca pada amanat presiden melalui Surat Sekretariat Kabinet Nomor B 652/Seskab/Maritim/2015 pada 6 November 2015.
Selain Labuhan Bajo, ada Danau Toba (Sumut), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Mandalika (NTB), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Pulau Morotai (Maluku Utara), Kepulauan Seribu (Jakarta), Tanjung Lesung (Banten) dan Borobudur (Jateng).

Namun, dari jumlah kunjungan, Labuhan Bajo tergolong istimewa, relatif lebih sering dari destinasi yang lain. Sebuah pertanda destinasi ini  termasuk istimewa di mata dan hati presiden.

Menarik Wisman

Gebrakan awal saat kunjungan pertama kali ini adalah memerintahkan peluasan bandara di Labuhan Bajo. Keputusan yang tepat karena bandara adalah infrastruktur urutan pertama untuk menarik wisata manca negara.

Untuk pengembangan Labuhan Bajo yang lebih serius dan terencana, Jokowi membentuk Badan Otoritas Pariwisata Labuhan Bajo melalui Peraturan Presiden No 32/2018 tertanggal 5 April 2018.

Sejak itu, hati dan pikiran Jokowi untuk Labuhan Bajo mengalir kencang. Tak terbendung. Genderang penataan infrastruktur mulai ditabuh dengan anggaran triliunan rupiah. Pelabuhan  untuk pariwisata dibuat terpisah dari pelabuhan barang. Hotel dibangun. Beberapa titik pandang yang elok seperti Bukit Waringin diperindah.  Jalan-jalan kota dipercantik.

Untuk mengecek semua perencanaan itu berjalan, menjelang berakhirnya masa pemerintahaan periode pertama, 11 Juli 2019, Jokowi kembali turun ke lokasi. Dia ingin memastikan penataan destinasi tersebut tidak meleset dari yang direncanakan.

Kali ini, Presiden juga meninjau Pulau Rinca di Taman Nasional Komodo yang menjadi satu kawasan terintegrasi. Menjadikan Labuhan bajo sebagai destinasi, tidak boleh mengabaikan pengembangan konservasi habitat Komodo. Karena di pulau Rinca dan Pulau Komodo, binatang purba itu menyambung hidup dan beralih generasi.  

“Kita ingin melihat secara makronya untuk kawansan Labuhan Bajo dan sekitarnya. Artinya, Labuhan Bajo ada Pulau Komodo, ada Pulau Rinca, kemudian ada lautnya sehingga pembenahan kawasan harus terintegrasi,” tegas Jokowi.

Kembali Ke Labuhan

Tidak  berhenti di situ. Pada periode kedua kepemimpinannya yang dimulai pada Oktober 2019,  perhatian dan aksi Jokowi untuk Labuhan Bajo kian menggebu. Pada Januari 2020 Jokowi sudah kembali lagi mengunjungi Labuhan Bajo.

Kali ini, selama empat   hari Jokowi  berkantor di sana, yakni  mulai tangga 19 hingga 22 Januari 2020.  Jokowi memastikan  lagi pembangunan Puncak Waringin, salah satu titik pandang terindah.  

Dari Waringin, pengunjung bisa melihat kesibukan pelabuhan dan keindahan pulau-pulau kecil. Di puncak ini akan dibangun pusat kreatif sehingga para wisatawan bias membeli berbagai souvenir.

Cinta Jokowi untuk Labuhan Bajo kian membara. Kali ini, Presiden menggelar rapat kerja dan muncul konsep Labuhan Baju menjadi destinasi super premium.

“Kita memang ingin agar segmen pasar wisatawan yang hadir di sini adalah yang pengeluarannya leih besar dari wisatawan kebanyakan. Dan oleh sebab itu kita perlu sekali melakukan integrasi baik yang berkaitan dengan kerapian, kebersihan, kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan,” ujarnya.

Sambil menikmati senja dari kapal pinisi,  lagi-lagi presiden mengungkapan angan-angannya tentang wajah kota wisata itu ke depan. “Designnya nanti lihat seperti apa, sehingga wajah muka ke arah laut semua. Akan berubah dari ujung sana sampai hotel baru. Semua nanti akan berubah total, ada plaza, ada city walk, ada amplitheaternya, dan itu menjadi ruang publik bagi wisatwan menikmati pagi hari di sini, di Labhuab Bajo.”

Ada lima lokasi  yang juga  menjadi perhatian utama Jokowi,  yakni Bukit Pramuka, Kampung Air, pelabuhan peti kemas dan demrga penumpang , Kawasan Marina dan Kampung Ujung. Semuanya mesti ditata untuk menyiapkan Labuhan Bajo menjadi tempat penyelenggaraan G-20 dan Asean Summit pada 2023.

Untuk memastikan semua rencana dan persiapan itu, sekali lagi, pada 1 Oktober 2020, presiden kembali berangkat menuju Labuhan Bajo. Betapa besar kerinduan Jokowi melihat dan menikmati wajah baru kawasan ini. Namun, belum selesai.

Hingga kini, proses pembangunan masih terus berjalan. Yang pasti, akan tiba saatnya Labuhan Bajo akan berubah rupa, akan indah pada waktunya. Dan, sejarah akan mencatat Jokowilah yang menata keindahan itu. Cintanya untuk Flores terpatri di sana. (RUM)

RELATED NEWS