Demo Anarkis: Apa Kaitan Lokataru dan Delpedro?
redaksi - Rabu, 03 September 2025 07:36
JAKARTA (Floresku.com) - Penangkapan Delpedro Marhaen, Direktur Eksekutif Lokataru Foundation, membuat lembaga nirlaba yang berbasis di Jakarta ini tengah ramai diperbincangkan publik.
Kejadian tersebut menimbulkan pertanyaan luas terkait peran dan kegiatan organisasi dalam memperjuangkan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia.
Berdasarkan informasi resmi, Lokataru Foundation berdiri sejak 2017 atas inisiatif sejumlah aktivis HAM yang berfokus pada demokrasi, kebebasan sipil, dan keadilan sosial.
Visi lembaga ini adalah memperkuat solidaritas HAM di tingkat nasional dan internasional, sementara misinya mendorong akuntabilitas dan penegakan HAM melalui bukti, pendidikan publik, serta pemberdayaan masyarakat.
Delpedro Marhaen, yang kini menjadi sorotan, tercatat meraih gelar Sarjana Hukum pada 2022 dan Magister Hukum pada 2024, dengan fokus studi teori hukum dan filsafat hukum.
- Ikan Bakar Sumba: Sensasi Kuliner Laut yang Wajib Dicoba di Pulau Sumba
- Himpunan Penjahit Pasar Tingkat Maumere Dorong Pemberdayaan UMKM Lokal
- Bacaan Liturgis, Rabu, 03 September 2025
Saat ini ia juga menempuh Magister Ilmu Politik di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ), dengan fokus politik kewargaan dan transformasi demokrasi.
Delpedro telah berkiprah sebagai peneliti di Lokataru sejak 2019, dan sejak 2023 aktif pula di Center for Citizenship and Human Rights Studies (CCHRS).
Lokataru Foundation memiliki tiga fokus utama: penguatan ruang sipil, demokrasi ekonomi, dan pemajuan HAM. Lembaga ini menjalankan program-programnya melalui tiga pilar: riset, advokasi, dan pengembangan kapasitas.
Dalam riset, Lokataru meneliti isu kompleks yang berdampak pada kepentingan publik dan kelompok termajinalkan. Hasil riset kemudian dijadikan bahan advokasi, disosialisasikan ke publik, dan dibawa kepada pembuat kebijakan untuk mendorong kebijakan yang lebih adil.
Selain itu, Lokataru menghadirkan Lokademia, wadah pembelajaran alternatif bagi warga sipil untuk meningkatkan kapasitas terkait isu publik, HAM, dan demokrasi. Program ini menekankan pendekatan kolektif agar advokasi dapat lebih efektif.
Dengan penangkapan Delpedro Marhaen, perhatian publik kini tertuju pada kiprah Lokataru Foundation dalam memperjuangkan hak asasi manusia, sekaligus menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai kaitan lembaga ini dengan demonstrasi yang berujung anarkis.
Masyarakat menanti penjelasan resmi dari pihak berwenang terkait peran individu dan organisasi dalam insiden tersebut. (Sandra). ***