Desa Wisata Pemana: Surga Bahari dan Warisan Budaya Orang Buton di Laut Flores

redaksi - Minggu, 16 November 2025 16:31
Desa Wisata Pemana: Surga Bahari dan Warisan Budaya Orang Buton di Laut FloresPanorama Pemana dari udara. (sumber: Dok. Pokdarwis Anunto)

PEMANA (Floresku.com) - Di ufuk timur Kabupaten Sikka, berdirilah sebuah pulau kecil yang menyimpan keindahan dan cerita panjang perjalanan manusia: Desa Wisata Pemana. 

Terletak di Kecamatan Alok, desa kepulauan ini ibarat permata yang terapung di birunya Laut Flores—dikelilingi air jernih dari utara, selatan, dan timur, serta hanya berbatasan darat dengan Desa Gunung Sari di sisi barat. 

Keindahan alamnya membuat siapa pun terpesona, namun Pemana bukan hanya indah; ia juga kaya sejarah, tradisi, dan daya hidup masyarakatnya.

Sejarah dan Identitas Pulau Pemana

Nama Pemana sendiri berasal dari kisah lisan masyarakat Nele-Pulau Besar. Dahulu pulau ini disebut Pulau Mana, dari kata mana yang berarti menang, setelah masyarakat Nele berhasil membujuk dua saudara pertama penghuni pulau agar tetap tinggal. 

Penyebutan Pulau Mana yang lama-kelamaan disingkat menjadi P. Mana, akhirnya berubah menjadi Pemana seperti yang dikenal kini.

Pada awalnya Pemana merupakan bagian dari wilayah adat Kangae. Namun karena posisinya yang terpisah dan akses yang hanya bergantung pada perahu motor, pelayanan publik menjadi tidak efisien. 

Ketika cuaca buruk, kebutuhan masyarakat sering terhambat. Situasi ini mendorong aspirasi warga untuk berdiri sebagai desa otonom.

 Akhirnya pada tahun 1966, Pemana resmi memisahkan diri dan ditetapkan sebagai desa mandiri, dipimpin oleh La Paesa sebagai kepala desa pertama.

Seiring pertumbuhan penduduk, Pemana kembali mengalami pemekaran tahun 1999 menjadi tiga desa: Pemana, Gunung Sari, dan Samparong. 

Kini Desa Pemana membawahi empat dusun—Mole, Buton, Mawar, dan Melati—dengan total penduduk 3.546 jiwa yang mayoritas merupakan masyarakat keturunan Buton yang menjaga erat adat dan identitasnya.

Pulau Kambing (Anano): Keajaiban Bahari Tanpa Penghuni

Dari seluruh potensi wisata, Pulau Kambing (Anano) adalah primadona. Pulau kecil tak berpenghuni ini menjanjikan lanskap pasir putih yang luas dan air sebening kristal. Nama “Pulau Kambing” muncul karena dulu menjadi lokasi penggembalaan kambing. 

Namun masyarakat Buton menyebutnya Anano, berarti “anaknya”—karena bentuk dan letaknya yang berhadapan langsung dengan pulau utama seperti anak yang berpangku pada induknya.

Anano menawarkan pengalaman berkemah di tepi pantai, snorkeling di perairan kaya terumbu karang, hingga menikmati matahari terbenam yang sangat dramatis. 

Fasilitas wisata seperti lopo-lopo, spot swafoto, hingga patung bawah laut hasil kreasi masyarakat dan Pokdarwis “Anunto” menambah daya tarik pulau ini sebagai destinasi wisata kelas premium.

Joa-Joa Kaurangka: Jejak Leluhur dalam Ritual Tahunan

Keindahan Pemana tidak hanya tersimpan di lautnya. Tradisi Joa-Joa Kaurangka adalah napas budaya yang memperkaya pengalaman wisatawan. 

Ritual adat yang dilakukan setiap memasuki musim tanam ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur di Kaurangka—perkampungan pertama masyarakat Pemana sebelum pindah ke lokasi sekarang.

Dalam ritus ini, masyarakat membawa makanan khas dan benih tanaman untuk diberkati. Doa dipanjatkan bagi keberhasilan panen, lalu seluruh warga berkumpul menikmati hidangan bersama dalam suasana persaudaraan yang hangat. 

Tradisi ini menjadi bukti kuatnya hubungan masyarakat Pemana dengan alam, tanah leluhur, dan nilai-nilai kolektif yang masih dijaga turun-temurun.

Wisata Kuliner: Soami dan Cita Rasa Buton

Sebagai desa yang dihuni mayoritas masyarakat Buton, Pemana kaya dengan kuliner khas. Yang paling terkenal adalah Soami, makanan pokok pengganti nasi yang dibuat dari ubi kayu parut yang dikeringkan lalu dimasak menggunakan alat khusus dari anyaman daun kelapa. 

Teksturnya ringan, rasanya sederhana namun nikmat, dan biasanya disajikan bersama ikan bakar, ikan goreng, atau hidangan laut lainnya. 

Selain Soami, ada juga Tombole, Paka, dan Susuru yang mencerminkan kekayaan kuliner tradisional yang layak dikenalkan kepada wisatawan.

Penggerak Wisata: Pokdarwis Anunto

Pengelolaan wisata Pemana dilakukan oleh Pokdarwis Anunto, yang aktif membangun kesadaran wisata, mengelola festival Pemana Bahari, hingga membuat patung bawah laut untuk mendukung aktivitas diving. 

Dengan dukungan fasilitas desa yang lengkap—dari kantor desa, sekolah, masjid, taman baca, hingga homestay—Pemana semakin siap menyambut wisatawan.

Desa Wisata Pemana adalah perpaduan sempurna antara surga bahari, kekayaan budaya, dan keramahan masyarakat. Siapa pun yang datang akan menemukan sebuah pulau kecil yang justru menghadirkan pengalaman besar—ketenangan, keindahan, dan kedalaman cerita yang sulit dilupakan. (Silvia). ***

RELATED NEWS