Di Tengah Pandemi, Petani Jahe Asal Reok Barat Ini Raup Penghasilan Hingga Belasan Juta Rupiah

redaksi - Rabu, 08 September 2021 13:04
Di Tengah Pandemi, Petani Jahe Asal Reok Barat Ini Raup Penghasilan Hingga Belasan Juta RupiahDelano, petani jahe dan Ketua Asosiasi Petani Mandiri Manggarai-Flores asal Sambi, Desa Sambi-Reok Barat, Manggarai (sumber: Istimewa)

REOK BARAT (Floresku.com) - Tanaman rempah sejenis jahe sepertinya tidak asing lagi didengar dalam kehidupan sehari-hari. Sejak masa kolonial, tanaman jahe ini sudah sering dipakai sebagai bahan obat-obatan herbal dan jamu. Meski demikian, dalam perjalanan waktu, budidaya rempah jenis jàhe di kalangan masyarakat petani mulai kendor karena harga dan permintaan pasar yang kurang stabil.

Demikian ungkap Delano, Ketua Asosiasi Petani Mandiri Manggarai-Flores asal Sambi, Desa Sambi-Reok Barat kepada jurnalis media ini pada Rabu, 08 September 2021.

Dikatakan Delano lebih lanjut, kemunculan virus corona (Covid-19) saat ini sebetulnya menjadi semangat tersendiri bagi sebagian petani untuk terus berkarya, termasuk budidaya tanaman rempa jenis jahe. Bagaimana tidak? Dalam hubungannya dengan Covid-19, tanaman jahe menjadi tanaman primadona karena dipercaya memiliki khasiat dalam meningkatkan imunitas tubuh.

"Yah, untuk saat ini permintaan tanaman rempah jenis jahe mulai meningkat karena tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa tanaman ini juga setidaknya mampu menangkal virus corona karena memiliki khasiat tersendiri yakni meningkatkan imunitas tubuh," ungkap Delano.

Melihat hal tersebut, lanjut Delano,  dirinya berusaha untuk mengembangkan tanaman rempah jenis jahe ini.

"Sejak musim tanam tahun 2019, tahap awal budidaya tanaman jahe ini dimulai dengan sekala kecil. Dan saya sempat panen juga. Jumlah akumulasinya mencapai 675 kg. Dan kalau diuangkan mencapai Rp 13.500.000 Pak. Namun, pada musim tanam berikutnya, ada penambahan lahan budidaya lagi menjadi 1/2 hektar dan juga budidaya menggunakan media polybag (manfatkan karung bekas) kurang lebih seribu polybag. Dan itu masih dalam proses," terang Delano.

"Pada musim tanam tahun ini, renacananya ada penambahan lahan budidaya lagi dengan luas lahan mencapai 3/4 hektar," imbuh Alumni Sarjana Pertanian/Agronomi Unipa Maumere itu.

Delano, petani jahe dan Ketua Asosiasi Petani Mandiri Manggarai-Flores asal Sambi, Desa Sambi-Reok Barat (sumber: Ist)

Lebih jauh, Ketua asosiasi petani mandiri Manggarai-Flores itu juga mendorong petani-petani muda untuk 'tidak tinggal 'diam dan terus bergerak mengingat sebagaian besar wilayah Manggarai memiliki potensi untuk budidaya tanaman jahe maupun tanaman rempah lainnya.

"Pada prinsipnya, kita tidak boleh mengedepankan 'gengsi' bila kita ingin berusaha untuk melakukan hal-hal yang produktif," tandas Delano.

Pada porsi lain, Delano juga mengingatkan kalangan muda agar memiliki 'inovasi' tersendiri dengan berupaya mengembangkan keterampilan berwirausaha dari tanaman rempah jenis jahe, seperti kopi jahe, susu jahe, roti aroma jahe dan jenis lainnya dan juga teknologi lain, seperti pengolahan hasil pertanian jahe dan obat herbal. "Komuditas jahe tentunya akan menjadi salah satu hal yang bisa membantu beban ekonomi jika mampu dikembangkan dengan baik," seru Delano.

Ketua Asosiasi Petani Mandiri itu juga menyampaikan harapannya agar pemerintah daerah bisa memberikan perhatiannya kepada para petani rempah jenis jahe, seperti halnya juga dengan memberikan edukasi dan pemberdayaan bagi orang muda, khususnya pada kegiatan di sektor pertanian.

"Yakinlah bahwa hal ini juga mampu meningkatkan semangat kerja kalangan muda sehingga dengan sendirinya angka pengangguran di daerah bisa berkurang, khususnya juga di masa pandemi virus corona ini," tutup Delano. (Jivansi)

Editor: Redaksi

RELATED NEWS