Dinasti ke-22 Kerajaan Larantuka, Don Andreas Martinus DVG, Bicara 'Semana Santa'

redaksi - Selasa, 14 Maret 2023 13:23
Dinasti ke-22 Kerajaan Larantuka, Don Andreas Martinus DVG,  Bicara 'Semana Santa'Don Andreas Martinus Diaz Viera de Godinho (Don DVG) (sumber: Elen K.)

LARANTUKA (Floresku.com)--Citra kota Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur di Pulau Flores tak terlepas dari jejak historis kerajaan Katolik Larantuka dengan tradisi Semana Santa yang usianya lebih dari lima abad.

Kota di ujung timur Pulau Flores, tepatnya berada di bawah kemegahan Gunung Ile Mandiri terkesan indah saat dipandang dengan mata telanjang dari Pulau Adonara atau pun Pulau Solor.

Diakui sebagai kota kerajaan Katolik pertama dan terbesar seantero Nusantara, Larantuka menyimpan kisah tentang seorang putera bernama, Padu Ile Pook Wolo, Raja Larantuka pertama.

Cikal bakal singkat tentang Padu Ile Pook Wolo diceritakan kembali oleh Don Andreas Martinus Diaz Viera de Godinho - biasa disapa Don DVG-, dinasti atau garis keturunan raja ke-22 di ruang tamu rumahnya, Sabtu 11 Maret 2023.

Ruangan tamu dihiasi sejumlah atribut rohani Katolik dan bingkai foto bersama tokoh-tokoh penting, paling menonjol gambar dirinya saat bersalaman dengan Presiden Joko Widodo tahun 2018.

Don DVG bertemu Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan Larantuka sebagai kota kerajaan katolik terbesar di Indonesia. Ia meyakini nilai-nilai kekatolikan dan kerajaan  tetap langgeng berkat bantuan Tuan Deo (Tuhan) serta Bunda Maria.

"Saya bilangke Pak Jokowi bahwa yang kerajaan Katolik terbesar di Nusantara adalah di Kerajaan Larantuka. Sampai sekarang kerajaan tetap eksis dan berdiri untuk mempertahankan iman umat Katolik," ungkapnya.

Raja berusia 75 tahun itu menerangkan, Kerajaan Larantuka yang didirikan dinasti pertama sejak awal abad ke-14, bukan karena campur tangan bangsa penjajah yang datang mencari rempah-rempah.

"Kerajaan Larantuka tidak diangkat oleh Belanda atau siapapun, dia sudah ada sebelum mereka masuk ke sini," katanya, Jumat 10 Maret 2023.

Penyebaran agama Katolik, kata Don DVG, berawal ketika penjajah Portugis pertama kali menjejakan kaki di Flores Timur, bersamaan dengan sejumpah Padri atau misionaris Dominikan.

Kedatangan misionaris pada abad ke-16 disambut sang Raja Larantuka. Sejak saat itu, raja punya peranan penting yang diakui sebagai pemegang kendali iman umat dibantu para anggota konferia dalam ibadat rohani, termasuk devosi Semana Santa yang melegenda hingga saat ini.

"Raja Larantuka pada saat itu secara otoritas mewajibkan seluruh umat harus berdoa Rosario setiap hari pukul 18.00 Wita," katanya.

Sebagai orang nomor satu Kerajaan Larantuka, Don DVG bertugas memimpin 12 suku Semana dan bertanggung jawab dalam menjalankan devosi prosesi Jumat Agung, mengenang kisah sengsara Yesus Kristus.

Dalam masa pra paskah selama tujuh minggu, ke-13 suku termasuk suku Raja Ama Koten DVG wajib menjalankan mengaji Semana, kemudian konferia melakukan lamentasi saat pekan suci di gereja.

"Pada hari Rabu Trewa, konferia melaksanakan lamentasi, kemudian Kamis Putih perjamuan kudus, Jumat prosesi, Sabtu juga melaksanakan lamentasi sampai Minggu aleluya," katanya.

Setelah tiga tahun absen akibat Covid-19, Don DVG merasakan aura kerinduan dari jutaan umat. Ia menilai jumlah peziarah kemungkinan membeludak lebih banyak dari pengalaman sebelumnya.

Devosi mengenang kisah sengsara Yesus Kristus dan penghormatan kepada Bunda Maria sudah mulai dipersiapkan bersama Keuskupan Larantuka dan Pemerintah Daerah Flores Timur.

"Tradisi religi semuanya dalam tanggung jawab raja, kemudian bersama pihak gereja melaksanakan prosesi," ucap Don DVG.

Ia berharap agar semua peziarah yang kemungkinan besar membanjiri Kota Reinha Rosari seutuhnya menjalankan devosi sebagai jati dirinya orang Katolik. (Elen K.) *** 

Editor: redaksi

RELATED NEWS