Direktur GSRI Sebastian Salang Ungkap Dampak Potensial Kebijakan Trump bagi Ekonomi Indonesia

redaksi - Minggu, 13 April 2025 15:54
Direktur GSRI Sebastian Salang Ungkap  Dampak Potensial Kebijakan Trump bagi Ekonomi IndonesiaDirektur Eksekutif Global Strategi Riset Indonesia (GSRI) (sumber: Dokpri)

JAKARTA (Floresku.com) - Direktur Eksekutif  Global Strategi Riset Indonesia (GSRI)  Sebastianus Salang mengungkap hasil riset terbaru  terkait dampak kebijakan Presiden Donald Trump terhadap ekonomi Indonesia  dalam konteks perdagangan dan industri. 

Menurut Sebas kebijakan  Trump telah mengguncang perekonomian global dan memicu reaksi dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Sebas  mengatakan, berdasarkan riset adalah beberapa dampak yang teridentifikasi:

1. Perdagangan dan Ekspor: Kebijakan Trump, yang berfokus pada "America First", berpotensi mengurangi daya saing produk Indonesia di pasar Amerika Serikat. Hal ini disebabkan oleh beban pajak yang lebih tinggi pada produk yang diekspor ke AS, yang dapat mengurangi daya tarik produk Indonesia di pasar tersebut.

2. Kondisi Ekonomi Internal: Sebelum kebijakan Trump, ekonomi Indonesia sudah menghadapi tantangan, seperti pelemahan nilai tukar rupiah dan penurunan daya beli masyarakat.

 Kebijakan baru ini dapat memperburuk situasi tersebut, terutama bagi sektor manufaktur yang bergantung pada bahan baku impor.

3. Gelombang PHK: Terdapat kekhawatiran bahwa jika Indonesia tidak merespons dengan tepat, akan ada peningkatan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor-sektor yang terpengaruh oleh kebijakan perdagangan ini. 

Hal ini disebabkan oleh potensi penurunan permintaan untuk produk Indonesia di pasar internasional.

4. Respon Pemerintah: Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Prabowo, berencana untuk melakukan negosiasi dengan AS dan membuka pasar baru untuk mengurangi ketergantungan pada pasar Amerika. Namun, langkah konkret dari pemerintah dalam merespons kebijakan ini masih dinantikan.

Secara keseluruhan, kebijakan baru Trump menuntut perhatian serius dari pemerintah Indonesia untuk mengelola dampak negatif yang mungkin timbul, terutama dalam menjaga daya saing produk Indonesia di pasar global dan melindungi lapangan kerja dalam negeri.

Kondisi ekspor dan impor Indonesia saat ini menunjukkan beberapa tren yang signifikan seperti :

1. Impor:
  - Nilai impor Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan mencapai sekitar 233,66 miliar USD, yang setara dengan 3.832 triliun rupiah jika dihitung dengan kurs 16.400 IDR/USD.
 - Dalam lima tahun terakhir, tren impor Indonesia cenderung meningkat, meskipun ada penurunan pada tahun 2023.
  - Negara pengimpor terbesar ke Indonesia adalah China, yang menyuplai sekitar 31% dari total impor, diikuti oleh Singapura (9%) dan Jepang (6%).

2. Ekspor:
  - Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 268,36 miliar USD, yang setara dengan 4.401 triliun rupiah.
  - Meskipun ada tren peningkatan dalam ekspor selama beberapa tahun terakhir, terjadi penurunan pada tahun 2023 dan diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2024.
  - Tujuan ekspor utama Indonesia adalah China (27% dari total ekspor), diikuti oleh Amerika Serikat dan India (masing-masing 11% dan 9%).

3. Neraca Perdagangan:
  - Indonesia mengalami surplus perdagangan, dengan nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor. Namun, penerimaan pajak dari ekspor diperkirakan akan menurun drastis dari 17,5 triliun rupiah pada tahun 2024 menjadi 4,47 triliun rupiah pada tahun 2025.

4. Kondisi Ekonomi:
  - Secara keseluruhan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini menghadapi tantangan, termasuk pelemahan nilai rupiah dan daya beli masyarakat yang menurun.

Dari data ini, terlihat bahwa meskipun Indonesia memiliki surplus dalam neraca perdagangan, tantangan dalam pengelolaan ekspor dan impor serta kondisi ekonomi domestik tetap menjadi perhatian utama.

Langkah konkret yang diharapkan dari pemerintah Indonesia dalam merespons kebijakan perdagangan internasional, khususnya terkait dengan kebijakan baru yang diusulkan oleh Amerika Serikat, meliputi beberapa poin penting:

1. Negosiasi dengan Amerika Serikat: Pemerintah Indonesia, melalui pernyataan Menteri Prabowo, menyatakan akan segera mengirim Menko Perekonomian untuk bernegosiasi dengan pihak Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa pemerintah berupaya untuk menjalin komunikasi dan mencari solusi yang saling menguntungkan.

2. Membuka Pasar Baru: Prabowo menekankan pentingnya untuk tidak hanya bergantung pada pasar Amerika, tetapi juga untuk mulai membuka peluang pasar baru di negara lain. Ini mencerminkan kebutuhan untuk diversifikasi pasar ekspor Indonesia, yang sebelumnya telah menurun dari 173 negara menjadi hanya 92 negara.

3. Perhatian terhadap Daya Saing: Pemerintah diharapkan untuk lebih memperhatikan daya saing produk Indonesia di pasar internasional, terutama dalam konteks kebijakan pajak dan tarif yang mungkin mengurangi daya saing produk ekspor ke Amerika Serikat.

4. Meningkatkan Manajemen Sumber Daya: Ada kebutuhan untuk mengelola sumber daya alam Indonesia dengan lebih baik, terutama dalam sektor migas dan pangan, untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan kapasitas ekspor.

5. Tindakan Nyata dan Konkret: Masyarakat dan pengamat ekonomi menunggu langkah-langkah konkret dari pemerintah yang dapat diukur, seperti kebijakan yang jelas untuk mendukung ekspor dan mengurangi impor barang yang sebenarnya dapat diproduksi di dalam negeri.

Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu Indonesia untuk beradaptasi dengan perubahan dalam kebijakan perdagangan internasional dan meningkatkan posisi ekonominya di pasar global. (Silvia). ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS