Fenomena Aphelion dan Puncak 'Musim Dingin' di NTT

redaksi - Senin, 19 Juli 2021 10:18
Fenomena Aphelion dan Puncak 'Musim Dingin' di NTTKota Bajawa, Flores, salah satu daerah di NTT yang suhu udaranya sangat dingin selama Juli-September (sumber: Istimewa)

BAJAWA (Floresku.com) - Suhu udara dingin sedang  menerpa sejumlah wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan, di beberapa daerah yang terletak di dataran tinggi dan lembah, suhu udara pada pagi hari mencapai titik sangat rendah, bekisar 12-14 derajat Celsius.  

Pada Senin (19/7) pagi, suhu udara di Kota Bajawa,  ibu kota Kabupaten Ngada, Flores turun hingga ke titik 12 derajat Celsius.

Berdasarkan pengalaman, warga  Bajawa Flores menyatakan bahwa peristiwa alam ini biasanya terjadi pada bulan Juli hingga September.

Masyarakat awam mengatakan bahwa ini adalah puncak musim kemarau yang ditandai dengan suhu udara yang sangat dingin. Masyarakat Flores sering mengatakan bahwa "bulan-bulan ini adalah puncak musim dingin". 

"Udara dingin ngeri e, " itu ungkapan  yang sering terdengar di kalangan masyarakat Flores selama bulan-bulan tersebut.

Fenomena Aphelion

Masyarakat awam memang tidak mmengetahui mengapa suhu udara dingin itu terjadi. Namun, sejatinya peristiwa alam tersebut adalah akibat dari perubahan yang terjadi di sistem Tata Surya. 

Perihal ini Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan, saat ini posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi (aphelion). Kondisi tersebut memang tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan, namun dapat menimbulkan perubahan suhu udara menjadi lebih dingin dari  biasanya. Fenomena astronomis yang disebut sebagai fenomena aphelion ini terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli.

“Pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau. Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia,” kata dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan, fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli - September). 

“Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia, ” katanya.

Penjelasan senada disampaikan pula oleh Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional  (LAPAN) Thomas Djamaluddin.Menurut dia orbit bumi tidak sepenuhnya lingkaran sempurna tapi bentuk elips. 

“Jarak terdekat bumi ke matahari yang terjadi pada 02 Januari 2021 adalah 147.093.163 kilometer (km). Dan pada tanggal 06 Juli 2021 bumi berada sejauh 152.100.527 km dari matahari,” katanya sebagaimana dilansir detik.com, Jumat 16 Juli 2021.

LAPAN juga menjelaskan, cuaca dingin yang muncul belakangan dikarenakan tutupan awan yang sedikit sehingga tidak ada panas dari permukaan bumi (yang diserap dari cahaya matahari dan dilepaskan pada malam hari) yang dipantulkan kembali ke permukaan bumi oleh awan.

Posisi bumi yang berada pada titik terjauh dari juga tak mempengaruhi panas yang diterima bumi. Pasalnya panas dari matahari terdistribusi ke seluruh bumi, dengan distribusi paling signifikan mempengaruhi disebabkan oleh pola angin.

Saat posisi matahari di Utara, maka tekanan udara di belahan Utara lebih rendah dibanding belahan Selatan yang mengalami musim dingin. 

Demikian penjelasan, mengapa  pada Juli hingga September, suhu udara menjadi lebih dingin, daripada suhu pada bulan-bulan yang  lainnya. (Hendrikus Markus Dhema Dolaradho/HMD)

Editor: Redaksi

RELATED NEWS