Film 'Women from Rote Island': Perjuangan Perempuan Rote Mencari Keadilan

redaksi - Selasa, 27 Februari 2024 18:27
Film 'Women from Rote Island': Perjuangan Perempuan Rote Mencari KeadilanPenulis bersama sutradara Jeremias Nyangoen dari Bintang Cahaya Sinema dan Langit Terang Sinema sebelum penayangan di biosko Pontianak, Kalimantan Barat. (sumber: Sisilia D.)

PONTIANAK (Floresku.com) - Apresiasi dan dedikasi tertinggi buat sutradara Jeremias Nyangoen dari Bintang Cahaya Sinema dan Langit Terang Sinema yang sudah mengangkat isu tentang masalah sosial, budaya patriarki, TKI Ilegal, diskriminasii dan kekerasan seksual kepada wanita-wanita NTT.

Women from Rote Island bercerita tentang sebuah keluarga di Rote, Nusa Tenggara Timur, yang sedang berduka. 

Orpa (Merlinda Dessy Adoe) menjadi ibu tunggal dari tiga anak perempuan ketika suaminya, Abram, meninggal dunia.

Orpa belum mau menguburkan jenazah Abram karena masih menantikan kepulangan anak perempuan sulungnya yang bernama Martha (Irma Novita Rihi). 

Martha merupakan seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja sebagai buruh perkebunan sawit di Malaysia.

Setelah melalui penantian panjang selama delapan hari, Martha akhirnya pulang. Namun, perawakannya berubah total. Martha terlihat depresi dan menyimpan banyak luka di tubuhnya.

Martha ternyata mengalami kekerasan seksual dari majikannya di Malaysia yang dipanggil Datuk. Alih-alih mendapatkan bantuan karena menjadi korban kekerasan, Martha justru malah menjadi korban kekerasan seksual lagi di kampung halamannya.

Orpa dan keluarganya menjadi korban diskriminasi dari keluarga besarnya dan masyarakat sekitar setelah melihat perubahan perilaku dari Martha.

Orpa (Merlinda Dessy Adoe) dalam film Women from Rote Island. (Bintang Cahaya Sinema via BIFF)

"Orpa-Martha" yang lain di NTT 
Women from Rote Island pun bercerita tentang perjuangan para perempuan dari Rote yang berusaha untuk mencari keadilan terhadap kasus kekerasan dan diskriminasi.

Masih banyak "Orpa-Martha" yang lain di NTT yang demi sesuap nasi rela menjadi TKI ilegal, mengalami pelecehan seksual sehingga berdampak meninggalkan masalah-masalah sosial, psikologis, kesejahteraan ekonomi bagi keluarga.

Film yang memanen Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) 2023 ini, sudah berkeliling festival film internasional. Beberapa di antaranya, Busan International Film Festival 2023, Asian Film Festival Barcelona 2023, hingga QCinema International Film Festival 2023 di Filipina.

Di Indonesia, film ini sudah putarkan di beberapa kota di antaranya di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Makassar Sulawesi Selatan, Jogyakarta, dan Malang, Jawa Timur.

Saat di Pontianak, Kalimantan Barat, Jeremias Nyangoen mengungkapkan penonton atau warga perlahan-lahan bertambah cerdas, meski butuh waktu untuk mulai menonton film nasional termasuk Woman from Rote Island. 

“Hanya saja, Pontianak masih dianggap kurang memiliki daya ekspresi seperti kota yang lain seperti Makassar, Jogyakarta, dan Malang,” ungkap Jeremias.

Melalui media ini kami mengajak, "Mari kita basodara orang NTT menyaksikan film ini sebagai sebuah refleksi dan permenungan atas isu-isu dan realitas yang terjadi dalam masyarakat kita dan berupaya memerangi serta mencari jalan meningkatkan tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat kita sehingga masalah-nasalah sosial ini semakin berkurang bahkan ditiadakan dari NTT tanah air Beta". *** (Sisilia Dhone)

 

 

Editor: redaksi

RELATED NEWS