Gawat, Elang Flores Sudah di Ambang Kepunahan

redaksi - Kamis, 13 Mei 2021 17:42
Gawat, Elang Flores Sudah di Ambang KepunahanElang Flores (https://jenis.net/burung-elang-yang-ada-di-indonesia) (sumber: null)

ELANG Flores (Spizaetus floris) merupakan salah satu jenis raptor (burung pemangsa) endemik yang dipunyai Indonesia dari keluarga Accipitridae dan Genus Nisaetus. Orang barat mengenalnya dengan nama Flores Hawk-Eagle. Jenis burung elang ini memiliki tubuh berukuran sedang, yaitu sekitar 55 hingga 75 cm.

Elang Flores sebelumnya dianggap sebagai ras elang brontok tetapi Gjershaug et al (2004) menunjukkan bahwa perbedaan morfologis yang signifikan antara bentuk ini denga elang brontok. Jarak genetik antara kedua taksa ini ditemukan hanya 1 persen (Gamauf et al. 2005).

 Elang Flores ini ditempatkan di genus Nisaetus mengikuti rekomendasi Helbig et al. (2005) yang didukung oleh studi molekuler Lerner dan Mindell (2005), berdasarkan pada urutan molekul dua gen mitokondria dan satu intron nuklir.

Elang Flores menyukai hutan tropis dataran rendah dan submontana lembab hingga ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut.

Tentu saja, sebagaimana namanya, burung pemangsa ini hidup di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Namun, sebetulnya wilayah persebaran tidak hanya di Pulau Flores, melainkan di Pulau Rinca,  bahkan di Pulau Sumbawa, dan  Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat

Pada dekade 1970,  ketika penulis masih di Sekolah Dasar Madasela,  Ute-Toto di daerah tengah Pulau FLores, Elang Flores terlihat nyaris saban hari.  Dalam bahasa Ute, kami menyebutnya ‘Cata Merhe’  (Elang Besar) untuk yang berbulu merah tua, dan ‘Cata Pawu’  (Elang Abu-abu) untuk yang berwana putih bercampur abu-abu.  

Meski berbeda warna bulu pada punggung,  sayap dan ekornya,  namun  bulu halus yang ada di bagian kepala,  dada mereka selalu berwarna putih cerah.  Ada juga yang  tubuh bagian atasnya berwarna cokelat-kehitaman. Terkadang mahkotanya terdapat garis-garis berwarna cokelat.  Dada dan perutnya umumnya berwarna putih berpalang cokelat kemerahan tipis. Ekornya berwarna cokelat dengan enam garis gelap, sedangkan kakinya berwarna putih.

Elang Flores adalah musuh besar bagi  ayam, anak babi, anak kambing dan anak anjing yang berkeliaan di  lapangan di tengah kampung.  Mereka biasa hinggap di atas dahan pohon  kayu besar lagi tinggi, dan sesekali terbang melayang di langit nan tinggi untuk memantau atau mengincar calon mangsa. Setelah memastikan korban yang lengah,  elang perkasa itu akan meluncur  ke tanah  secepat kilat hingga menimbulkan bunyi huisst,  menerkam si mangsa dengan kukunya yang tajam,  lalu terbang melambung naik menuju dahan pohon yang tinggi.  Hebatnya, sekali meluncur ke tanah sudah hampir pasti ada korban yang terbawa pulang.

“Kalau begitu, ayam-ayam hanya bisa berkotek keras,  dan kami warga kampung hanya bisa mengelus dada, sambil mengidentifikasi ayam, atau hewan mana yang jadi korban.”

Setelah lebih dari empat dekade berlalu, menurut penuturan orang-orang di kampung, elang yang ‘kejam’ dan gagah perkasa itu sudah sangat jarang terlihat. 

Kesaksian itu bisa dimaklumi. Karena menurut data Badan Konservasi,   populasi Elang Flores di seluruh wilayah pesebarannya hanya berkisar antara 100-240 individu dewasa saja. 

Makanya, Badan Konservasi Dunia IUCN [International Union for Conservation of Nature] menetap statusnya Kritis [Critically Endangered/CR] atau satu langkah menuju kepunahan di alam karena jumlahnya yang cenderung menurun. 

Pemerintah melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi menetapkan Elang Flores sebagai jenis dilindungi. 

Memang, upaya konservasi Elang Flores sudah sangat mendesak. Jika tidak,  burung perkasa Flores itu, akan tinggal sebagai  cerita kenangan. Ia menjadi warisan alam yang tak pernah sampai ke generasi Flores masa datang. (MAP)

RELATED NEWS