Gerakan LSI, Lembaga Pendidikan Katolik Luncurkan Modul Pendidikan Laudato Si
redaksi - Sabtu, 13 September 2025 12:15
BOGOR (Floresk.com) – Krisis yang mengancam bumi dan kehidupan manusia harus diantisipasi dengan berbagai cara yang melibatkan semua pihak.
Salah satu yang cukup mendasar adalah perlunya karakter dan pola hidup peduli bumi, manusia dan segala ciptaanNya yang harus dimulai sejak dini.
Untuk itu, pada Perayaan Nasional 10 Tahun Ensiklik Laudato Si, Gerakan Laudato Si’ Indonesia (GLSI) bekerja sama dengan lembaga-lembaga Pendidikan Katolik melalui Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK), meluncurkan Modul Pendidikan Laudato Si’.
Modul Pendidikan Laudato Si’ diluncurkan pada Minggu, 7 September, 2025 di Sentul City, Bogor, Jawa Barat, oleh Uskup Bogor sekaligus Sekretaris Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM, Bersama Uskup Tanjung Karang Mgr Vinsensius Setiawan Triatmojo.
Mgr Paskalis Bruno Syukur berharap modul atau bahan ajar pendidikan tersebut dapat digunakan murid-murid dan para guru.
“Semoga mereka akan bertumbuh dan berkembang menjadi manusia-manusia ekologis dan terus-menerus menjalankan dan melakukan pertobatan ekologis, mencintai Tuhan, mencintai sesama, dan mencintai alam ciptaan,” ujar Uskup Paskalis.
Peluncuran buku tersebut dilaksanakan bertepatan dengan momen Perayaan 10 Tahun Laudato Si’ di Padepokan Voli dan Graha Bina Humaniora, Sentul City, Bogor selama 3 hari, yakni 5-7 September. Kegiatan dihadiri 150 peserta pertemuan nasional animator Laudato Si’ dari 11 Keuskupan seluruh Indonesia.

Koordinator Tim Kerja Nasional Gerakan Laudato Si' Indonesia (TKN GLSI) Cyprianus Lilik K.P. menjelaskan Gerakan Laudato Si’ Indonesia (GLSI) sendiri merupakan gerakan dan jaringan global yang terinspirasi oleh ensiklik Laudato Si’ dari mendiang Paus Fransiskus tahun 2015.
Laudato si, dia menaabhakan, adalah sebuah dokumen yang menyerukan kepedulian terhadap lingkungan dan keadilan iklim.
GLSI mendorong adanya pertobatan ekologis dan perubahan gaya hidup, menginspirasi dan mengaktifkan komunitas-komunitas untuk merawat bumi, rumah kita bersama, untuk mencapai ‘keadilan iklim dan ekologis’ (climate and ecological justice).
Ensiklik Laudato Si adalah salah satu ensiklik besar yang gaungnya bukan hanya di dalam gereja, tetapi juga di luar gereja, melampau batas-batas konvensional.
Laudato Si menjadi pendorong penting bagi gerakan lingkungan saat ini, dan mengundang seluruh umat manusia di planet ini untuk bersama bergerak dalam semangat dialog merawat ibu bumi.
Sr. Vincentia HK, yang menjadi koordinator penyusunan Modul Pendidikan LS tersebut, mengatakan pendidikan adalah pintu masuk yang sangat penting, yang sejak awal menjadi prioritas mendiang Bapa Suci Paus Fransiskus sebagaimana dicantumkan dalam ensiklik Laudato Si’.
“Sektor Pendidikan sangat strategis, dalam menyemai benih kesadaran dan praksis ekologis, ruang pembentukan karakter manusia kedua setelah keluarga,” ujarnya.
GLSI sektor pendidikan secara aktif membangun kerja sama dengan Lembaga Pendidikan Katolik melalui MNPK, unit-unit sekolah, yayasan pendidikan Katolik. Dalam proses animasi dan edukasi inilah muncul kebutuhan panduan sistematis dan materi khusus yang bisa membawa semangat dan nilai-nilai Laudato Si’.
Berangkat dari kebutuhan ini, juga semangat Jubelium dan 10 tahun Ensiklik Laudato Si, GLSI sektor pendidikan, dengan arahan Pater Darmin Mbula OFM, sebagai ketua presidium MNPK, memulai proses pembentukan tim melibatkan guru-guru dari unit-unit sekolah di bawah yayasan.
Penyusunan modul pendidikan ini melibatkan 32 guru dari berbagai lembaga pendidikan Katolik, seperti Kanisius, Tarakanita, Ursulin, HK, Strada, dan lain-lain. Penyusunan modul Pendidikan LS ini didukung sepenuhnya oleh Komisi Pendidikan KWI.
“Selama 9 bulan proses dijalani dengan ketekunan dan tak kenal lelah dari para guru, hingga hari ini kita dapat mempersembahkan, modul pendidikan Laudato Si’, di momen 10 tahun ensiklik Laudato Si’,” ujar Sr. Vincentia HK.

Ada 9 topik utama dalam modul pendidikan LS ini, yakni air, tanah, udara, hewan, pohon, tubuh, makanan, rumah, damai. Buku modul ini memberikan pemahaman setiap topik serta ekopraksis yang bisa dilakukan peserta didik. Modul ini jadi panduan yang dapat digunakan atau diterapkan secara fleksibel.
Buku Modul Pendidikan LS terdiri dari 4 buku, yang diperuntukkan bagi jenjang pendidikan TK, SD, SMP serta SMA/SMK. Sr. Vincentia HK mengatakan modul pendidikan LS ini menanamkan karakter kepedulian terhadap lingkunghan.
“Ini sebetulnya bukan urusan sekolah-sekolah Katolik. Seluruh sekolah mestinya terlibat. Ensiklik Laudato Si’ kan bukan cuma untuk orang Katolik tapi untuk seluruh bangsa/umat manusia,” ujarnya.

Rm. Darmin Mbula, OFM, Ketua Presidium MNPK, mengatakan dalam artikelnya berjudul ‘Ekopedagogi Cinta Semesta Dalam Spirit Ekologi Integral dari Laudato Si’ yang dimuat dalam buku Berziarah Membangun Harapan Ekologis mengatakan bahwa bahan ajar Laudato si’ lahir sebagai respons nyata terhadap krisis ekologis dan sosial yang diangkat dalam ensiklik Laudato Si’ karya Paus Fransiskus.
Modul atau bahan ajar ini dirancang untuk menerjemahkan semangat integral ecology ke dalam proses pendidikan yang menyeluruh dan transformatif. Ia mengajarkan bahwa manusia, alam, dan Tuhan saling terhubung dalam jejaring kehidupan yang tak terpisahkan.
“Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya fokus pada aspek kognitif dan teknis, tetapi juga pada dimensi moral, spiritual, dan relasional antara peserta didik dan seluruh ciptaan,” ujarnya.
Bahan ajar ini mendorong peserta didik untuk memahami akar penyebab krisis ekologis, seperti konsumerisme, individualisme, dan ketimpangan struktural, sambil mendorong solusi berbasis keadilan dan keberlanjutan.
Melalui studi kasus, proyek lingkungan, dan refleksi spiritual, murid diajak untuk membangun kesadaran ekologis yang menyatu dengan nilai-nilai iman dan tanggung jawab sosial ekologis.
Ciri utama bahan ajar ini, lanjutnya, adalah pembentukan karakter ekologis. bahan ajar ini tidak sekadar mentransfer pengetahuan, tetapi membentuk sikap peduli, empati, dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan sesama.
Murid dilatih menjadi agen perubahan baik dalam komunitas lokal maupun dalam jaringan global. “Nilai seperti kesederhanaan, keadilan sosial, solidaritas, dan spiritualitas ekologis menjadi inti dari pendidikan ini,” lanjut Rm. Darmin Mbula, OFM.
Pertemuan Animator Laudato Si’
Pertemuan nasional para animator Laudato Si’ selama tiga hari di Bogor bertujuan merefleksi peziarahan 10 Tahun Ensiklik Laudato Si. Pertemuan diawali Misa Pembukaan pada Jumat (5/9), yang dipersembahkan Rm Ignatius Ismartono, SJ.
Kemudian disusul 3 sesi diskusi panel, yang melibatkan beberapa pembicara kunci, yakni Rm Martin Harun OFM, RD Yoseph Irianto Segu dan Bruder Timur OFM. Lalu panel diskusi yang melibatkan Bpk. Sonny Keraf, mantan menteri Lingkungan Hidup sekaligus anggota Dewan Pakar gerakan Laudato Si Indonesia, Rm Marthen Jenarut, Pr, S. Fil, SH, MH, Rm. Ferry Sutrisna Wijaya dan Rm Ignatius Ismartono SJ.

Perayaan 10 Tahun Ensiklik Laudato Si’ ini juga diisi dengan workshop, talkshow, pameran produk ramah lingkungan, bazaar produk UMKM pada hari Sabtu dan Minggu (6-7 September) serta penanaman pohon di depan Graha Bina Humaniora oleh Mgr Uskup Paskalis Bruno dan Sekretaris Utama Kementerian Lingkungan Hidup Rosa Vivien Ratnawati.

Adapun 150 peserta berasal dari 11 keuskupan, yakni, Medan, Palembang, Lampung, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Manado dan Balikpapan. Pada akhir pertemuan, para animator membuat sebuah komitmen bersama menjadi pegangan menjalankan kegiatan atau aktivitas dalam 1-3 tahun ke depan. Komitmen tersebut akan dilaksanakan dan dievaluasi setiap tahun. (Tim Media & Publikasi Panitia Pelaksana Perayaan 10 Tahun Ensiklik Laudato Si’ -Rofinus Kurniawan . ***