GMNI Desak Pemda Flotim Salurkan Makanan di Tengah Peningkatan Aktivitas Lewotobi

redaksi - Rabu, 23 April 2025 08:42
GMNI Desak Pemda Flotim Salurkan Makanan di Tengah Peningkatan Aktivitas LewotobiPengungsi Lewotobi Laki-laki di tenda darurat di Kabupaten Flores Timur, NTT. (sumber: Paul Pemulet)

LARANTUKA (Floresku.com) - Ribuan pengungsi Gunung Lewotobi Laki-laki di camp darurat kekurangan bahan makanan dengan hanya mendapat jatah beras 1 mug per jiwa untuk satu minggu.

Kondisi ini dirasakan pengungsi di Pos Lapangan (Polsop) Kobasoma, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur. 

Sejak 13 sampai 23 April 2025, di tengah peningkatan letusan Gunung Lewotobi Laki-laki, pengungsi bertahan hidup dengan stok beras 1 mug per jiwa untuk satu minggu.

Pengungsi selama ini memenuhi kebutuhan hidup dengan memanen hasil bumi di kampung mereka yang berada di zona kawasan rawan bencana (KRB). 

Namun, saat Lewotobi Laki-laki terus meletus, mereka terpaksa bertahan dalam keadaan pasrah.

Kondisi memprihatinkan itu membuat GMNI Cabang Flores Timur angkat bicara. Krisantus Kenato, Ketua GMNI Flores Timur, mendesak Pemda Flores Timur harus segera mengambil tindakan cepat dan sigap untuk mengatasi kondisi memilukan itu.

"Krisis makanan yang dialami pengungis ini tentunya merupakan kondisi yang sangat memilukan, Pemda harus bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya, terutama yang terkena dampak erupsi Gunung Lewotobi," ujar Krisantus, Rabu, 23 April 2025.

Dia mendesak Pemda meningkatkan bantuan logistik kepada pengungsi, termasuk bahan makanan, air bersih, dan fasilitas kesehatan.

"Jangan biarkan rakyat menderita karena kelalaian Pemda," pungkasnya.

Selain itu, Krisantus Kenato meminta Pemda untuk transparan dalam penyaluran bantuan dan memastikan bahwa bantuan tersebut tepat sasaran. Pemda harus memastikan bantuan yang disalurkan benar-benar untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Menipisnya stok makanan, jelas Krisantus, mengafirmasi buruknya manajemen yang dilakukan Pemda untuk menangani pengungsi yang terdampak erupsi. Hal ini juga bisa dilihat dari beberapa kasus yang menyita perhatian publik dengan penanganannya dinilai sangat lamban, yaitu pencurian dan penjualan beras.

"Secara tidak langsung kami menilai menipisnya stok makanan ini juga merupakan dampak dari tindakan oknum yang melakukan tindakan tak terpuji dengan menjual beras donasi bagi para pengungsi. Ironisnya hingga saat ini, pelaku yang diduga melakukan tindakan tidak manusiawi tersebut belum di proses secara hukum dan kasusnya masi terendap di meja penyidik Polres Flores Timur hingga saat ini," ujarnya.

"Hal ini menunjukan tidak adanya itikat baik dari pihak terkait terhadap para pengungsi dan masyarakat Flores Timur secara keseluruhan. Bagaimana mingkin beras yang didonasikan oleh masyarakat dan para donatur lainya untuk para pengungsi bisa dijual. Hingga saat ini kasusnya tak kunjung menuai kejelasan? Belum lagi ada isu yang menyatakan bahwa dugaan tindakan penjualan tersebut, ada oknum aparat yang terlibat di dalamnya? Jika itu benar maka tentu saja hal ini sangat melecehkan rasa kemanusian masyarakat Flores Timur," tambahnya.

Dia mengkritik kunjungan Bupati Flores Timur yang hanya sekedar berkunjung dan kurang berdampak bagi pengungsi.

"Dengan menipisnya stok makanan di camp pengungsi ini juga mengafirmasi bahwa persoalan-persoalan krusial menyakut sumber kehidupan seperti stok pangan luput dari pandangan Bupati Flores Timur saat berkunjung ke pos pengungsi," sebut Krisantus.

Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GMNI Flores Timur, Maria Margareta Masa Baodai menambahkan, krisis makanan bagi pengungsi sangat mengguhah rasa kemanusiaan.

"keadaan ini tentunya sangat memprihatinkan dan menggugah rasa kemanusiaan kita, di tengah suasana damai Paskah ada saudara-saudari kita yang mengalami kondisi memilukan ini. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana pergumulan Ibu-Ibu di camp pengungsian yang harus mengelola jatah beras hanya dengan 1 mug per minggu," katanya. (Paul Pemulet). ***

RELATED NEWS