Gunung Inerie: 'Dikawal' Warga Pewaris Sejarah dan Budaya Megalithik
redaksi - Jumat, 07 Mei 2021 11:59SELAIN menawarkan panorama pegunungan yang indah, Inerie seakan melengkapi dirinya dengan sejumlah situs sejarah dan budaya zaman batu. Ya, seakan-akan gunung itu dikawal oleh warga yang mewarisi sejarah dan budaya tradisional megalithik.
Betapa tidak, persis di kaki gunung Ineria bagian timur, terdapat ngarai terjal yang ekstrem dengan kedalamam sekitar 100 meter. Ngarai itu memisakan gunung Inerie dan kampung megalitikum Gurusina yang terletak di Kecamatan Jarebu’u.
Kampung yang baru saja mengalami musibah kebakaran itu sangat unik karena di tengah-tengahnya terdapat banyak batu megalitikum yang meningatkan kita pada kehidupan manusia zaman batu. Selain itu, warga Kampung Gurusina tetap mempertahankan adat istiadat nenek moyang dari ratusan tahun lalu.
Di dekat kampung itu terdapat sumber air panas, tetpatnya di Malanage. Air panas itu mengalir lalu bepadu dengan air sungai Bela hingga ke kampung Deru. Air panas yang berpadu dengan air biasa sangat digemari pengunjung untuk mandi sekadar melepas kepanatan. Bahkan air hangat dengan kadar belerang yang cukup tinggii itu sangat cocok bagi siapa saja yang ingin merawat kulitnya supaya menjadi lebih sehat dan bebas dari berbagai penyakit kulit.
Sementara itu jika Anda bergeser ke arah barat tepat di lereng Inerie, Anda akan menemukan perkampungan Maghilewa dan kampung Tololela. Di kampung-kampung ini, Anda akan kembali menemukan situs megalitikum. Peninggalan ini menjadi amat menarik karena berbeda dengan peninggalan megalitikum di beberapa tempat di Indonesia yang hanya berupa puing-puing dan tidak digunakan lagi. Situs megalithikum di Maghilewa tampak utuh dan hidup, dalam arti masih digunakan dan menjadi bagian dari dinamika kehidupan masyarakat pemiliknya, mulai dari saat mereka lahir hingga meninggal.
Beberapa kilometer ke arah utara kampung Maghilewa, Jerebuu terdapat kampung megalitikhum lainnya yaitu Kampung Bena yang sudah dikenal sebagai salah satu kampung tradisional paling tua di Flores.
Upcara Adat dan Tradisi Warga Lokal
Selain menikmati kemegahan alam dan menjelajah beberapa situs kuno, Anda juga dapat dengan berkenalan dengan adat dan tradisi warga lokal. Penduduk lokal sekitar Gunung Inerie memiliki banyak upcara atau pesta adat dan tradisi yang unik. Salah satu pesta adat yang paling populer adalah Reba, pesta terbesar tahun orang-orang Ngada yang di adakan setahun sekali pada sekitar awal tahun baru.
Menurut anthropolog kelahiran Ngada, Pater Dr. Hubert Muda SVD, Reba memiliki tiga makna penting melalui simbol "Su'a", yaitu Su'a Usu Nua, Sua Rau Uma, Zua Kaza tua.
Simbol "Su'a" dalam Reba, kata Pater Hubert, secara umum menggambarkan tentang tanggungjawab dalam suatu komonitas sosial, dan konsekuensi hidup bermasyarakat, yang didalamnya ada begitu banyak perbedaaan dan karena perbedaan itu semua manusia harus saling menghormati satu sama lain.
Hubert menjelaskan, Su'a Usu Nua, mengajarkan kepada manusia tentang bagaiman hidup bersama dalam kampung atau rumah dan selanjutnya ketempat kerja. Sedangkan simbol Su'a Rau Uma, mau mengajarkan tentang kewajiban manusia jika ingin hidup lebih baik, harus bekerja dengan baik atau dengan kata lain harus mempunyai kebun, namun dalam mengerjakannya harus etis.
Sedangkan Su'a Kaza tua, melambangkan kemurnian hidup manusi dimana dalam hidup manusi harus percaya kepada Tuhan.
Hubert menambahkan, ketiga Su'a melambangkan relasi manusia, baik relasi dengan sesama, relasi dengan Tuhan dan relasi dengan lingkungan. Dan, ketiga relasi tersebut harus benar-benar dijalankan dalam setiap kehidupan manusia.
Di saat Reba akan banyak upacara adat, tarian, nyanyian yang menghibur, dan tentu saja kita akan di undang ke rumah-rumah adat untuk makan secara gratis
Saat berkunjung ke Inerie dan singgah di kampung megalitikum Bena, Maghilewa dan Gurusina, Anda akan menemukan bahwa di masing-masing Sa'o (rumah adat), para pemiliknya menggelar beragam cenderamata khas. Cindera mata yang paling umum adalah kain tenun dengan beragam motif yang indah namun dengan harga yang relatif terjangkau. Ini akan menjadi oleh-oleh yang pas untuk dibawa pulang baik untuk digunakan sendiri atau diberikan kepada orang-orang terkasih yang menunggu kepulangan Anda. ( MLA) (Selesai).