HOMILI, Hari Minggu, 04 Agustus 2024: Yesus, Roti Hidup Kekal
redaksi - Sabtu, 03 Agustus 2024 11:52Oleh: Pater Gredor Nule, SVD
YESUS, ROTI HIDUP KEKAL
(Minggu Biasa 18 B: Kel 16:2-4.12-15; Ef 4:17.20-24; Yoh 6:24-35)
Tema pokok bacaan-bacaan hari ini adalah roti yang menghidupkan.
Orang-orang Israel di padang gurun menggerutu dan bersungut-sungut terhadap Musa dan Harun saat mereka lapar dan haus. Mereka persalahkan Musa dan Harun.
Mereka lebih memilih dibiarkan tinggal menetap dan hidup sebagai budak belian di Mesir, kerja kasar, tidak punya kebebasan, asalkan di mata mereka ada kuwali,piring dan mangkuk penuh makanan, daripada mesti mati kelaparan di padang gurun.
Tetapi, Allah punya rencana lain. Allah menghendaki agar umat pilihan-Nya hidup di tanah terjanji sebagai orang-orang bebas dan menikmati kelimpahan susu dan madu.
Inilah salah satu janji Allah kepada Abrahan dan turunnya saat dipanggil untuk meninggalkan kampung halamannya. Maka Allah menjawab keluhan mereka dengan memberikan manna, roti dari langit dan daging burung puyuh yang berkelimpahan sehingga mereka dapat melanjutkan perjalanan.
Ketika Yesus melintasi wilayah Palestina dan sekitarnya, banyak orang mencari Dia dan ingin bertemu, dengan macam-macam alasan. Ada orang yang ingin sembuh dari sakit. Ada yang ingin bebas dari roh jahat, ada yang mau mencari kebenaran dan kepastian hidup, ada yang ingin mendengarkan dan belajar daripada-Nya. Dan ada juga yang mau makan karena mereka miskin dan terlantar dll.
Setelah Yesus membuat mukjizat dan memberi makan kepada lebih dari lima ribu orang, mereka ingin jadikan Yesus sebagai raja agar terus menjamin kebutuhan perut mereka dengan roti sehari-hari.
Maka Yesus menyingkir ke gunung dan menghilang dari hadapan mereka. Ketika menjumpai-Nya di seberang danau, mereka sangat bersukacita dan bertanya, “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?”, (Yoh 6,25).
Tetapi, Yesus mempertanyakan alasan atau motivasi mereka mencari-Nya. Karena itu, Yesus berkata, “Kamu mencari Aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu sudah makan roti itu dan kamu kenyang”, (Yoh 6,26).
Yesus ingin mengingatkan orang-orang di zaman-Nya dan kita agar hidup dan bekerja bukan sekedar untuk dapat makanan yang bersifat sementara dan mudah binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai ke hidup yang kekal. Makanan itu dijamin dan diberikan oleh Putera Manusia kepada kita.
Dengan kata lain, sebagai pengikut Kristus, kita harus berjuang, bekerja dan berkorban membaktikan diri untuk hidup yang kekal, dan bukan hanya untuk urusan perut di dunia ini.
Karena itu, umat beriman mesti melihat mukjizat perbanyakan roti sebagai tanda yang menghantar kepada iman akan Yesus yang berkuasa menganugerahkan kelimpahan hidup kepada umat manusia. Dan, orang yang mengalami mukjizat perbanyakan roti harus membangun iman dan keyakinan akan Allah sebagai penjamin dan pemelihara hidup.
Selain itu, perlu kita ingat bahwa Yesus datang ke dunia untuk menghantar umat beriman kepada hidup yang kekal. Tetapi, apa yang mesti dibuat untuk mencapai hidup yang kekal? Jawabannya adalah melakukan pekerjaan yang dikehendaki Allah, yakni percaya kepada Dia yang telah diutus Bapa, yang tidak lain adalah Yesus Kristus sendiri, (Yoh 6, 29).
Lalu, apa itu hidup kekal? Hidup kekal artinya mengenal Bapa sebagai satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang diutus oleh Bapa.
Mengenal dalam bahasa KS berarti mengasihi. Maka syarat supaya seseorang sampai ke hidup yang kekal yakni, mengasihi Bapa sebagai satu-satunya Allah yang benar dan mengasihi Yesus kristus yang diutus-Nya.
Dan, mengasihi berarti percaya dan taat. Orang yang mau memperoleh hidup kekal harus percaya dan taat kepada Allah Bapa, serta percaya dan taat kepada Yesus Kristus, yang diutus Bapa.
Selain itu, Yesus menyebut diri sebagai roti hidup. Yesus berkata, “Akulah roti hidup. Barang siapa datang kepadaKu ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepadaKu ia tidak akan haus lagi”, (Yoh 6, 35).
Yesus adalah roti hidup yang diutus Bapa untuk memberi hidup kepada umat manusia. Nenek moyang bangsa Israel makan manna dari surga di padang gurun yang membuat mereka kuat sampai masuk dan hidup di tanah terjanji turun-temurun. Allah juga memberi mereka makanan kebijaksanaan yakni hidup yang baik menurut kehendak Allah.
Yesus Kristus jauh lebih tinggi daripada roti manna. Yesus adalah makanan rohani, sumber hidup yang menghantar umat manusia sampai kepada hidup yang kekal, yakni, hidup dalam persekutuan dengan Allah selama-lamanya.
Dalam hidup sehari-hari, kita butuhkan makanan dan minuman. Dan, kita yakin bahwa Allah menjamin semuanya dengan memberikan kita hidup, tenaga dan kesehatan untuk bekerja, otak untuk berpikir, tanah yang subur, musim panas dan musim hujan, dll. Degan demikian, kita yakin bahwa Allah menjamin kesejahteraan hidup kita di dunia ini dan keselamatan kekal pada akhir zaman.
Karena itu, santo Paulus ingatkan bahwa seluruh hidup kita telah diredapi dan dijiwai oleh Sabda Allah. Maka bukan lagi kita yang hidup melainkan Kristus sendiri yang hidup di dalam kita: kata-kata, sikap dan perilaku kita mesti menampakkan kehendak Yesus sendiri.
Yesus undang kita untuk selalu datang kepadaNya. Ia menjamin hidup kekal dengan memberikan Tubuh dan Darah-Nya. Yesus juga ajak kita untuk memurnikan motivasi, tidak seperti orang-orang Israel.
Kapan kita mau datang kepadaNya? Kita datang kepada Yesus bukan hanya ketika kita lapar, haus, dan berkekurangan, atau ketika sakit dan alami kesulitan, dll. Tetapi, ketika kita baik-bak saja, kita tidak butuhkan Tuhan. Kita mohon agar Yesus mengubah kita menjadi manusia baru yang hidup dalam kebenaran dan kekudusan. Amen.
Kewapante, Minggu, 04 Agustus 2024. ***