HOMILI, Hari Minggu Biasa XVII B: Tegeraklah Hati oleh Belaskasihan

redaksi - Sabtu, 27 Juli 2024 15:22
HOMILI,  Hari Minggu Biasa XVII B: Tegeraklah Hati oleh BelaskasihanPater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

Oleh: Pater Gregor Nule SVD

 TERGERAK HATI OLEH BELASKASIHAN 
 (Minggu Biasa XVII B: 2Raj 4:42-44; Ef 4, 1 – 6; Yoh 6, 1 – 15)

Ilustrasi
Ada seorang pemuda yang baru saja bekerja di sebuah Toko Makanan.  Jumlah uang di dompet  sangat terbatas, hanya cukup untuk transportasi dan makan siang. 

Setiap pulang kerja ia beli soto di dekat kostnya dan  supaya hemat maka ia minta kuah yang banyak. 

Saat  perayaan Tahun Baru bos memberinya hadiah Rp 500.000,- karena ia terkenal bekerja keras, tepat waktu, lucu, ramah tamah, mau kerja apa saja dan di mana saja, ia tidak pilih-pilih dan mau membantu kapan pun. 

Hatinya deg-degan ketika menerima hadiah itu. Menurutnya, Rp 500,000 itu sangat banyak. Ia mulai berpikir bisa makan enak berhari-hari. Di situ ia  menyadari betapa membahagiakan jika kita diberi. 

Dia juga pernah menerima sekotak roti istimewa yang mahal dan gurih. Ada  5 roti, satu ia makan, satu dibwa ke rumah dan satunya ia beri seorang anak miskin yang sedang minta-minta di jalan.  Dari belakang ia perhatikan anak itu. Betapa bahagianya anak itu ketika menikmati roti itu.

Sejak saat itu pemuda itu bertekad  untuk  banyak memberi jika ia sukses kelak. Dia juga berkata dalam hatinya, “jika ingin memberi sesuatu kepada sesama, berikanlah barang yang baik dan berharga, bukan sisa.  Karena memberi sesuatu yang baik secara tulus akan menciptakan momen tak terlupakan bagi dia yang menerima. 

Dan, ketika memberi sesuatu kepada orang lain dengan tulus kita memberikan kebahagiaan dan pengalaman indah yang sulit dilupakan. Hal itu pun akan membuat hidup kita indah dan bermakna…..”.

Refleksi

Banyak orang mengikuti Yesus untuk mendengarkan pengajaran dan pewartaan-Nya. Setelah tiga hari Yesus tidak rela membiarkan mereka pulang begitu saja. Mungkin mereka sudah lapar karena kehabisan bekal.

Yesus bertanya kepada para murid, “Di mana kita dapat membeli roti supaya mereka dapat makan”?, (Yoh 6,5). Jumlah mereka sangat banyak, sekitar lima ribu laki-laki, tak terhitung perempuan dan anak-anak. Tentu saja mereka butuhkan banyak sekali roti.

Tetapi, ada seorang anak yang luar biasa yang rela memberikan bekalnya, lima ketul roti dan dua potong ikan, kepada Yesus dan para murid-Nya. 

Yesus minta agar orang-orang itu dipersilakan duduk. Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecahkan lalu minta para murid agar  membagi-bagikannya kepada mereka sesuai kebutuhan. Demikian juga dengan kedua potong ikan itu.

Mereka semua makan sampai kenyang. Yesus juga minta para murid agar mengumpulkan sisa roti dan ikan sehingga tidak ada yang terbuang.

Pengalaman serupa terjadi di masa nabi Elisa. Dengan duapuluh ketul roti jelai dan gandum baru, Elisa menyuruh memberi makan kepada seratus orang. Mereka semua makan sampai kenyang dan bahkan masih ada sisanya. Elisa lakukan itu karena ia sungguh yakin akan sabda Tuhan yang mengatakan, “Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya”, (2 Raj 4, 43).

Mukjizat perbanyakan roti yang dilakukan baik oleh abdi Allah, Elisa, maupun oleh Yesus, pertama-tama terjadi karena rasa prihatin dan belaskasihan kepada orang-orang yang sedang lapar. 

Kita semua tahu bahwa makan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Manusia hidup bukan untuk makan, tetapi makan untuk hidup. Sedangkan, rasa lapar terjadi karena seseorang belum makan atau tidak punya makanan. Rasa lapar mesti diatasi dan dipuaskan.

Jika  tidak  maka bisa terjadi masalah sakit atau yang lebih parah adalah mati. 

Mukjizat perbanyakan roti juga mau menyadarkan para rasul dan kita sekalian bahwa masalah kelaparan dan kekurangan makanan mesti menjadi masalah bersama semua manusia.

 Kita semua mesti merasa prihatin terhadap mereka yang lapar dan miskin karena ketiadaan bahan makanan. Kita juga mesti terlibat aktif untuk mencari jalan keluar, menyediakan bahan makanan serta memberi makan kepada mereka yang membutuhkan dan lapar. 

Yesus sungguh peduli dan memberi perhatian untuk mengatasi masalah manusia dan mencari jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan manusia. Yesus tidak hanya memperhatikan keselamatan kekal pada akhir zaman. Tetapi Ia terlibat aktif mencari jalan keluar dan melakukan sesuatu yang nyata untuk menolong manusia.

Kita pun mesti tergerak hati oleh belas kasihan dan merasa bertanggung jawab terhadap nasib dan keselamatan  orang-orang lapar, miskin dan berkebutuhan khusus. Sebab mereka  ada bersama dengan kita dan menjadi tanggung jawab kita. Kita mesti berbela rasa dan merasa senasib dengan mereka. 

Karena itu, kita mesti punya hati seperti nabi  Elisa, Yesus, para rasul dan seorang anak kecil yang bersedia memberikan bekalnya atau semua yang ia miliki untuk Yesus, dan selanjutnya dibagikan kepada semua orang yang lapar. 

Santo Paulus minta kita supaya hidup sesuai dengan martabat kita sebagai anak Allah. Maka kita mesti hidup selaras dengan panggilan, artinya,  kita mengenakan sikap rendah hati, lemah lembut, saling membantu dan berusaha memelihara kesatuan Roh dalam damai sejahtera.

Semoga Yesus memberkati kita agar memiliki hati yang terbuka, mudah berbela rasa dan mau berbagi dengan mereka yang lapar, sakit, miskin dan sungguh berkekurangan.
Kewapante, Minggu, 28 Juli 2024
P. Gregorius Nule, SVD ***
 

Editor: redaksi

RELATED NEWS