Homili Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo dalam Misa Kamis Putih: "Kita Berasal dari Allah dan Akan Kembali ke Allah"
redaksi - Kamis, 01 April 2021 19:50Suasana Misa Kamis Putih di gereja Katerdal Jakarta pukul 17.00 - 18.15 wib, yang disiarakan oleh Komsos Katedral Jakata (Foto:Sandra)
JAKARTA (Floresku.com) - Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo memimpin perayaan Misa Kamis Putih di gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga, Jakarta. Misa Kamis Putih (1/4) menandai permulaan Tri Hari Suci Paskah 2021 itu berlangsung mulai pukul 17.00 hingga 18.15 wib.
Perayaan Misa Kamis Putih berlangsung dengan protokol kesehatan yang ketat. Hanya 309 umat dibolehkan menghadiri Misa termasuk petugas atau pelayan Misa. Sementara itu,terdapat 150 personel kepolisian bersiaga menjaga keamanan.
Dalam kata pembuka Misa, Mgr. Ignatius mengatakan bahwa kita sepatutnya merasa bersyukur karena dalam suasana pandemi Covid-19 masih dapat merayakan perayaan Ekaristi ini. Kita juga bersyukur karena masih ada orang yang bersedia mengerahkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk mempersiakan perayaan Misa ini. Kita juga patut bersyukur karena ada orang yang menyediakan diri untuk menjaga keamanan agar perayaan Misa dapat dilangsungkan dengan sebagaimana mestinya.
Kemudian, dalam homilinya, Mgr. Ignatius mengatakan, kisah tentang Perjamuan Akhir dan Pembasuhan Kaki Para Murid oleh Yesus yang kita dengar dari bacaan Injil Yohanes 13:1-15 adalah kisah yang sudah sering kita dengar.
Kisah Pembasuhan Kaki sering dimaknai sebagai ajakan dan keteladanan Yesus untuk umat agar saling melayani. Namun, sesungguhnya pesan dari peristiwa pembasuhan kaki murid-murid oleh Yesus, jauh lebih dalam dari itu. Sebab, peristiwa pembasuhan kaki yang dilakukan Yesu sebagaimana dikisahkan oleh Injil tadi merupakan hal yang tidak biasa.
Menurut Mgr. Ignatius dalam tradisi Yahudi, membasuhi kaki dilakukan sebelum orang memasuki rumah. Membasuhi tangan pun dilakukan sebelum orang makan. Tapi apa yang dilakukan Yesus sungguh berbeda. Ia justru membasuh kaki para muridNya ketika perjamuan makan sedang berlangsung.
Yesus melakukan hal yang tidak biasa alasan berikut. ‘Yesus tahu bahwa, BapaNya telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya, dan bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
Atas tasar kesadaran seperti itu, maka Yesus mulai membasuh kaki murid-muridNya. Dengan membasuh kaki murid-muridNya, Yesus ingin menunjukan bahwa ia mencintai mereka secara penuh dan melayani mereka secara tuntas.
Pertanyaannya, lanjut Mgr. Ignatius, untuk maksud apa Yesus membasuh kaki para muridNya? Tujuannya, memang tidak jelas bagi para muridNya. Itu sebabnya Petrus mula-mula menolak untuk dibasuh kakinya.
Tujuan pembasuhan baru jelas apabila kita mencermati tanggapanYesus kepada Petrus yang menolak untuk dibasuh kakinya. Jawab Yesus, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak akan mendapat bagian dalam Aku”.
Artinya, apabila Petrus tidak dibasuh kakinya, dia tidak akan menjadi bagian dari Yesus yang datang Allah dan akan kembali kepada Allah.
Nah, inilah inti atau pesan utama dari peristiwa pembasuhan itu. ‘Dengan membasuh kaki murid-muridNya, Yesus ingin menanamkan keyakinan, bahwa “mereka juga adalah bagian dari diriNya: datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah.”
Jadi, kata Mgr. Ignatius, melalui “Upacara Pembasuhan Kaki” hari ini, Yesus melalui gerejaNya ingin menanamkan keyakinan itu dalam diri setiap kita, “Bahwa kita datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah.”
Setiap orang yang memiliki keyakinan seperti, jelas Mgr. Ignatius, akan menjalani cara hidup yang berbeda, dari mereka yang tak memiliki keyakinan serupa.
Sederhananya, setiap orang yang punya keyakinan seperti itu, kata Mgr. Ignatius, akan berpikir, bertindak dan berperilaku secara berbeda; tidak seperti orang biasa. Mereka akan berperilaku seperti Yesus sendiri yaitu mencintai sesasama secara penuh atau tulus hati, dan melakukan karya pelayanan dengan cara terbaik sampai tuntas.
Pada akhir bacaan yang kita dengar tadi, tambah Mgr. Ignatius, Yesus berpesan, “Nah, jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, kamu pun wajib saling membasuhi kaki.”
“Artinya, Yesus menghendaki, agar setiap kita yang menjadi diri adalah murid Yesus, kita harus selalu meladani Dia, menanamkan keyakinan dalam diri sesama kita, ‘bahwa ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah.”
Sebab, konsekuensi dari keyakinan itu, sangat jelas yaitu kita akan menjadi bagi dari Yesus sendiri: datang dari allah dan akan kembali kepada Allah.
“Selebihnya, seperti Yesus kita pun harus juga mencintai sesama secara penuh dan melakukan karya secara tuntas,” tandasnya. (MAP)