HOMILI, Minggu, 05 Januari 2025: Kita Dipanggil Menjadi Saksi Kristus, Raja Terang di Dunia
redaksi - Sabtu, 04 Januari 2025 14:53Oleh: Pater Ggegor Nule SVD
(Pesta Penampakan Tuhan: Yes 60:1-6, Ef 3:2-3a.5-6; Mat 2:1-12)
Hari ini Gereja merayakan pesta Epifani atau Penampakan Tuhan. Ketiga orang Majus atau Raja dari Timur melambangkan semua bangsa manusia yang merindukan dan mencari sang Raja yang telah lahir.
Bintang, penunjuk arah dan jalan ke tempat sang Raja, melambangkan identitas Raja yang telah lahir itu yakni Raja Terang, yang berkuasa menghalau kegelapan.
Sang Raja Terang yang telah lahir punya daya membebaskan orang-orang Israel dan seluruh bangsa manusia dari kegelapan dosa dan maut.
Ketiga raja dari Timur dipanggil oleh sang Raja Terang supaya hidup dalam terang-Nya dan sekaligus menjadi saksi Terang kepada orang lain.
Nabi Yesaya bernubuat tentang kedatangan terang dan mengundang Yerusalem untuk menjadi saksi terang bagi bangsa lain. Yesaya berkata, “Bangkitlah, dan menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu”, (Yes 60:1).
Terang inilah yang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel. Melalui terang inilah bangsa Israel tidak akan tinggal lagi di dalam kuasa kegelapan dan maut. D
an Yerusalem dan bangsa Israel selurunya diundang untuk menjadi terang dan sekaligus saksi Terang bagi bangsa-bangsa lain.
Injil hari ini juga berbicara tentang terang atau cahaya bintang kejora yang bersinar di langit, namun tidak terlihat oleh semua orang lain, kecuali para Majus dari Timur.
Mengapa demikian? Mengapa Herodes dan orang-orang Yerusalem lainnya tidak sanggup melihat cahaya bintang di langit?
Alasannya adalah karena mata dan hati mereka telah dibutakan oleh pelbagai kepentingan dan urusan duniawi lain serta ambisi untuk berkuasa.
Hanya para Majuslah yang memiliki mata yang bening, yakni keiklasan hati untuk mencari, menemukan dan memberikan hadiah yang paling berharga kepada Yesus, sang Raja Israel yang telah lahir.
Itulah sebabnya ketika menemukan sang Bayi bersama ibu-Nya, hati mereka dipenuhi sukacita lalu menyembah-Nya. Mereka menyerahkan seluruh hidup dan milik kepunyaan kepada Yesus.
Bagi para Majus dari Timur, Yesus kini bukan sekedar seorang Raja Israel, melainkan terutama, Anak Allah, yang patut disembah dan dimuliakan.
Dan perjumpaan dengan Yesus telah mendatangkan sukacita yang luar biasa, serta telah mengubah hati, cara pikir dan arah hidup ketiga Majus itu.
Karena itu, “mereka kembali ke negeri masing-masing melalui jalan lain”, (bdk. Mt 2:12). Artinya, mereka telah menjadi manusia baru karena telah berjumpa dengan Yesus.
Bagaimana dengan kita? Apa pesan pesta Penampakan Tuhan hari ini untuk kita?
Sebagai orang beriman, hidup kita merupakan sebuah perjalanan menuju perjumpaan dan persatuan dengan Tuhan.
Sebagaimana para Majus, kita pun ingin bertemu dengan sang Raja yang baru lahir, tetapi bukan di Betlehem, melainkan di dalam hidup dan karya kita sehari-hari. Kita mau bertemu dengan Yesus di Betlehem keluarga, komunitas,sekolah, toko dan kios, pasar ikan, kebun sayur, dan di pelbagai tempat.
Mungkin terkadang kita tidak sanggup menemukan Yesus, sang Terang, lantaran kesibukan dan kebisingan hidup, atau karena kita tidak memiliki hati yang tulus. Kita bersikap dan bertindak seperti Herodes dan para pemuka agama Yahudi yang bicara suci dan bermulut manis, tapi berhati busuk.
Maka kita perlu belajar dari para Majus yang dengan penuh iman dan ketulusan hati mencari Yesus sehingga pada waktunya kita boleh menjumpai-Nya, bersimpuh di hadapan-Nya dan mempersembahkan diri kepada-Nya sebagai lambang cinta kita yang ikhlas.
Pesta penampakan Tuhan mengajak agar seperti para Majus dari Timur, setelah bertemu dengan Tuhan yang lahir, kita mampu mengubah hati, cara pikir dan cara hidup sehingga bisa tampil sebagai manusia baru.
Selain itu, pesta Penampakan Tuhan menuntut kita menjadi misionaris di tengah dunia ini atau menjadi saksi Terang kepada orang lain.
Kita dipanggil untuk menjadi saksi terang, artinya menjadi Kitab Injil yang hidup, berjalan dan bertindak walaupun ia tidak pernah berbicara atau berkotbah sambil mengutip salah satu ayat Kitab Suci.
Teladan terpuji orang kristen akan menjadi satu-satunya Injil atau Khabar Sukacita yang akan dibaca, dimengerti dan dimaknai siapa saja termasuk mereka yang buta huruf sekalipun.
Ini berarti menjadi misionaris tidak berarti diutus oleh Kristus dan Gereja untuk omong atau berkotbah tentang Injil dan iman kita, melainkan terutama untuk hidup, bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai Injil yaitu cinta kasih, persaudaraan, pengampunan, solidaritas, kerukunan dan damai sejahtera. Kita jauhkan kebencian, iri hati, saling bermusuhan dan terus-menerus bertengkar.
Sebab semua bangsa di bumi berduyun-duyun mencari damai yang hanya bisa ditemukan di Yerusalem, kota Allah, kota keselamatan, kota terang yaitu Gereja, di mana Kristus menjadi Kepala dan Pemandu hidup bagi semua orang yang mencari-Nya. Semoga! Amen.
Kewapante, 05 Januari 2025. ***