HOMILI, Minggu, 08 September 2024
redaksi - Sabtu, 07 September 2024 12:27YESUS MENJADIKAN YANG TULI MENDENGAR DAN YANG BISU BERBICARA
(Minggu Biasa XXIII B: Yes 35: 4-7a; Yak 2: 1-5; Mrk 7:31-37)
Mungkin kita bertanya, mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan dua telinga dan satu mulut?
Alasannya tentu berkaitan dengan fungsi keduanya, telinga dan mulut. Telinga untuk mendengarkan, sedangkan mulut untuk berbicara dan mengkomunikasikan isi pikiran dan hati, serta memberikan umpan balik terhadap apa yang didengarkan.
Mendengar dengan penuh perhatian punya manfaat besar dalam hidup sehari-hari. Orang yang ingin menjadi ahli dalam berkomunikasi awalnya mesti menjadi seorang pendengar yang baik.
Dan sepanjang sejarah kita belum pernah alami bahwa ada orang yang diadili dan dipersalahkan karena ia suka mendengarkan.
Sebaliknya, kita sering lihat bahwa begitu banyak orang dipersalahkan lantaran bicara asal bicara, atau suka berbicara tanpa bukti dan gosip.
Atau, suka berbicara buruk melawan orang lain atau fitnah. Orang yang ingin berhasil dalam hidup adalah dia yang banyak mendengar dan sedikit berbicara.
Seandainya Tuhan tidak sangat bijaksana dan menciptakan manusia dengan dua mulut dan satu telinga maka apa yang bakal terjadi.
Tentu saja orang akan lebih banyak bicara daripada mendengarkan.
Ingatlah, seseorang akan merasa dihargai dan diperdulikan ketika kita menaruh perhatian kepadanya dan mendengarkannya.
Sebaliknya, ketika kita banyak bicara bisa saja kita tidak punya waktu dan minat untuk mendengarkan orang lain. Penulis Kitab Pengkotbah berkata, “Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di surga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu itu sedikit” (Pengk 5:1).
Nabi Yesaya memberikan harapan kepada orang-orang Israel yang patah hati, bahwa akan tiba waktunya Tuhan sendiri akan menyelamatkan mereka. Tuhan akan mencelikkan mata orang buta, membuka telinga orang tuli, menyembuhkan orang lumpuh, serta menjadikan orang bisu berbicara dan bersorak-sorai (bdk. Yes 35:5-6).
Injil Markus menampilkan Yesus sebagai Guru dan Tuhan, yang mewartakan datangnya Kerajaan Allah di atas bumi serta menjadikan segala-galanya baik. orang tuli dijadikan-Nya mendengar dan orang bisu dijadikan-Nya berbicara (bdk. Mark 7:37).
Yesus mengatakan “efata”, terbukalah, kepada orang tuli dan gagap yang dibawa orang kepada-Ny. Maka terbukalah telinga orang itu dan terlepaslah pula pengikat lidahnya sehingga ia dapat berkata-kata dengan baik (bdk. Mrk 7:34-35).
Kini orang tuli dan gagap itu bisa mendengar dan berkata-kata dengan baik. Kini orang yang sakit dan tak berdaya itu mampu mendengarkan Yesus dan berbicara tentang dirinya sendiri, serta memberikan kesaksian tentang pengalaman penyembuhannya kepada orang lain.
Selain itu,Yesus memperlakukan orang tuli dan gagap itu sebagai seorang sahabat, dan bukan sekedar seorang pasien.
Hal ini nampak dalam proses penyembuhan orang itu. Yesus memisahkannya dari orang banyak, memasukkan tangan-Nya ke dalam telinga, meludah dan meraba atau menyentuh lidahnya, lalu berkata “efata”, terbukalah.
Sentuhan dengan tangan merupakan ungkapan kedekatan dan keakraban. Sentuhan tangan Yesus yang penuh kasih dan persahabatan itu membebaskan orang itu dari segala ikatan dan keterbatasannya.
Yesus terus berjalan sambil berbuat baik dan rela menjadi sahabat seperjalanan kita. Ia berkenan memasuki hidup dan lingkungan kita. Ia mewartakan Sabda-Nya dan menghadirkan karya kasih-Nya. Ia membuka telinga dan menyembuhkan lidah kita yang lekat dan bisu.
Kita diajak untuk datang kepada Yesus dan membangun persahabatan dengan-Nya sebagai jalan untuk mengenal, mencintai dan bersatu dengan-Nya. Dan, salah satu jalan untuk mengenal Yesus dan ajaran-Nya adalah mendengarkan SabdaNya, membaca Kitab Suci dan merenungkannya.
Karena itu, seruan “efata” sesungguhnya bukan hanya ditujukan kepada orang tuli dan gagap itu dalam Injil hari ini, melainkan juga kepada kita, yang sekalipun tidak tuli dan gagap, tetapi banyak kali telinga kita tertutup dan tidak siap untuk mendengarkan Sabda Tuhan. Lidah kita pun melekat dan enggan berbicara tentang Injil dan kebenaran Tuhan.
Yesus menyembuhkan telinga kita untuk mendengarkan Sabda-Nya. Yesus juga membebaskan lidah kita yang lekat dan gagap sehingga mampu mewartakan Sabda Allah dan memberi kesaksian tentang kebenaran iman kita.
Semoga Tuhan Yesus senantiasa melindungi, menyembuhkan dan menyelamatkan kita. Amen!
Kewapante, 08 September 2024.