HOMILI, Minggu, 12 September 2021: Tunjukkanlah Imanmu dalam Hidup Sehari-hari

redaksi - Sabtu, 11 September 2021 19:17
HOMILI, Minggu, 12 September 2021: Tunjukkanlah Imanmu dalam Hidup Sehari-hariPater Gregorius Nule SVD (sumber: Dokpri)

Minggu Biasa XXIV B: 

Bacaan: Yes, 50: 5 – 9a; Yak 2: 14-18; Mark 8:27 – 35

Ilustrasi: Ada seorang pemuda berusia 30 tahun.  Tetapi, ia memiliki kemampuan berpikir layaknya anak berusia di bawah 10 tahun oleh karena cacat mental. Ibunya dengan penuh kasih sayang memelihara dan mendidiknya agar kelak ia bisa hidup mandiri. 

Suatu hari si anak berkata, “Ibu, aku sangat senang melihat ibu tersenyum. Wajah ibu begitu cantik dan bersinar. Bagaimana caranya supaya aku bisa membuat ibu terus tersenyum setiap hari”. Kata ibunya, “anakku, berbuatlah baik setiap hari, maka ibu pasti akan terus tersenyum.”

 Anak itu berkata lagi, “Bagaimana caranya berbuat baik setiap hari?”  Kata ibunya, “Cara berbuat baik setiap hari adalah melalui sikap dan tekad untuk bekerja sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab. Bantulah orang lain terutama orang tua, orang lanjut usia, orang sakit, orang miskin atau orang-orang yang kesepian. Perlakukanlah orang-orangdi sekitarmu seperti kamu membantu ibumu. Catatlah di buku harian kebaikan-kebaikan yang kamu lakukan setiap hari”. 

Beberapa waktu kemudian setelah ibunya meninggal, pemuda itu ingin melihat ibunya tetap tersenyum di surga.  Maka setiap hari sepulang kerja dia tinggalkan rumah dan mengunjungi orang-orang di kampungnya: membantu orang2 lanjut usia, memperhatikan anak-anak  miskin dan terlantar, menemani mereka yang sendirian dan kesepian,  dan membantu orang-orang sakit yang butuhkan uluran tangannya. Setelah lakukan sesuatu yang baik, ia selalu tulis di Buku Hariannya.  Dan sesudah itu ia berkata dalam hati, “ibuku pasti melihat aku berbuat baik dan tersenyum bahagia di atas sana”.  

Saudara-saudari terkasih,

Dalam hidup sehari-hari sering terjadi bahwa ada umat yang merasa cukup dengan menerima sakramen-sakramen. Ada yang melangkah lebih jauh, antara lain, menerima sakramen dan berusaha ungkapkan imannya lewat doa di rumah, misa di gereja, doa Rosario pada bulan Maria, berziarah ke gua Maria dan lain-lain. Sebaliknya, ada juga umat yang lebih mengutamakan perbuatan tanpa harus berdoa, ke gereja atau menjalankan kegiatan-kegiatan rohani lainnya. 

Rasul Yakobus dalam bacaan kedua menantang kita dengan berkata, “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku” (bdk. Yak 2:18). 

Di sini, santo Yakobus mau menasehati kita sekalian agar mengusahakan hidup harian yang sungguh selaras atau sejalan dengan  pengakuan iman kita. Iman yang benar tidak bisa hanya ditunjukkan melalui ucapan bibir atau kata-kata pengakuan iman, doa dan penyembahan kepada Allah, melainkan harus menyata di dalam perbuatan-perbuatan. 

Pengakuan iman hendaknya ditunjukkan lewat tindakan nyata. Atau, perbuatan merupakan buah dari iman, seperti melakukan perbuatan kasih, mendamaikan orang yang bermusuhan, menyelesaikan konflik, menolong orang miskin, dan lain-lain. Dan, hanya iman yang nampak dalam perbuatan dapat membebaskan dan  menyelamatkan. Karena  iman tanpa perbuatan pada hakekatnya sia-sia dan mati.   

Penginjil Markus juga menampilkan cara hidup yang benar menurut iman kepada Yesus sebagai Mesias, Abdi Allah, yang mengorbankan seluruh hidupNya dan rela mati di salib untuk menyelamatkan umat manusia. Selama tiga tahun Yesus mewartakan Sabda Allah, berkeliling sambil berbuat baik, menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh jahat, memberi makan dan minum kepada yang lapar dan haus, serta memberikan kelegaan dan ketenangan hati kepada mereka yang lelah dan berbeban berat. 

Semua hal baik ini merupakan ungkapan penyerahan diri Yesus kepada kehendak Bapak di surga dan cintaNya yang total dan tanpa syarat  kepada manusia. Karena itu, semua murid  Kristus atau semua orang yang percaya kepada Kristus dan mengikutiNya, hendaknya meneladani Kristus, serta hidup dan berlaku seperti Kristus. Apa yang diajarkan, dihidupi dan dilakukan Yesus kristus hendaknya diikuti oleh para muridNya. 

Itulah sebabnya Yesus menghardik Petrus, katanya, “Enyahlah iblis”, (Mrk 8:33). Mengapa Yesus memarahi Petrus dan menyebutnya sebagai iblis atau setan? Karena Petrus sebagai pengikut Kristus, tetapi sekaligus seorang Yahudi justeru merindukan seorang Mesias, raja, pahlawan, yang datang untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan orang Roma. 

Yesus marah karena Petrus sepertinya mau membujukNya untuk menyimpang dari jalan yang dikehendaki Bapa, yakni jalan salib sebagai pilihan Allah untuk menyelamatkan umat manusia melalui PuteraNya. Dan, para murid dipanggil untuk mengikuti jalan Yesus. Para murid juga harus mengikuti jalan salib yang sama. Maka Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikuti Aku”, (bdk. Mrk 8: 34). 

Ini berarti menjadi murid Kristus hanya dapat mencapai kepenuhannya dalam semangat salib, semangat rela berkorban dan penyangkalan diri. “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya”, (Mrk 8:35). Inilah jaminan dan harapan kita.

Saudara/iku yang terkasih…

Si anak yang cacat mental dalam ilustrasi di atas selalu bertekad berbuat baik dan benar, karena yakin bahwa ibunya yang melihat perbuatannya yang baik dan benar itu pasti merasa bahagia dan tersenyum manis. Karena itu, mari kita biasakan diri untuk melakukan satu kebaikan setiap hari, meskipun kecil, tetapi itu merupakan buah dari iman kita.  Sebab setiap perbuatan baik dan benar akan menjadikan hidup kita semakin berkenan kepada Tuhan dan berarti bagi keluarga dan masyarakat sekitar. 

Kita melakukan sesuatu yang baik dan benar  bukan untuk mendapatkan imbalan yang pantas, pujian atau sanjungan dari manusia, tetapi terutama untuk kemuliaan nama Allah dan agar orang lain mengalami sukacita, hidup bahagia dan selalu tersenyum. Sebab  Yesus, Guru dan Tuhan, telah menunjukkan teladan dan jalan hidup yang baik dan benar bagi kita. Amen. 

Kewapante, 12 September 2021.

P. Gregorius Nule, SVD

 

 

RELATED NEWS