HOMILI, Minggu, 29 Desember, Pesta Keluarga Kudus

redaksi - Sabtu, 28 Desember 2024 15:57
HOMILI, Minggu, 29 Desember, Pesta Keluarga KudusKeluarga Kudus dari Nasaret: Yesus, Maria dan Yusuf (sumber: Katolikku.com)
Pater Gregor Nule SVD, Pastor Paroiki Ratu Rosari Kewapante, Keuskupan Maumere

KELUARGA KUDUS NAZARET MENJADI MODEL KELUHURAN HIDUP KELUARGA KRISTEN
 (Pesta Keluarga Kudus, 1Sam 1:20-22.24-28; 1Yoh 3:1-2.21-24; Luk 2: 41`-52)

Keluarga Kudus Nazaret sebetulnya merupakan keluarga biasa, sebagaimana keluarga-keluarga lain pada umumnya di Nazaret. 

 Tetapi, Keluarga Nazaret  sungguh menonjol dalam hal iman dan kepasrahan kepada Allah. Karena itu, keluarga Nazaret  patut menjadi model bagi keluarga-keluarga lainnya.

Bukti iman Yosef dan Maria tampak dalam lika-liku hidup mereka sebagai suami-isteri, khususnya ketika mereka bisa mengatasi aneka tantangan dan cobaan. 

Yosef sanggup keluar dari kebingungan dan niat untuk meninggalkan Maria ketika mengetahui bahwa Maria sudah mengandung padahal keduanya belum hidup bersama sebagai suami-isteri.  

Yosef juga taat pada perintah Allah untuk segera berangkat ke Mesir guna menyelamatkan Bayi Yesus dari ancaman kekejaman Herodes yang memerintahkan untuk membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya. 

Sedangkan, Maria pada pihaknya menghadapi misteri karya agung Allah dengan sikap penuh keterbukaan dan pasrah. Kendatipun Maria bingung mendengarkan khabar Malaekat Gabriel, tetapi ia menyatakan kesediaannya untuk menerima tawaran menjadi ibu Tuhan dengan berkata, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu”.   

Dan tatkala Maria tidak memahami jalan-jalan Tuhan ia selalu menyimpan  semuanya di dalam hati dan merenungkannya. Inilah bukti kepasrahan Maria kepada kehendak Allah.

Sebagai suami-isteri, Maria dan Yosef membawa bayi Yesus ke Yerusalem untuk mempersembahkan-Nya kepada Allah. Mereka juga membawa Yesus yang berusia 12 tahun untuk beribadah di Bait Allah sesuai tuntutan Hukum Taurat. 

Dan, perhatian penuh kasih dari Maria dan Yosef membuat Yesus terus bertumbuh menjadi besar dan kuat, semakin dicintai oleh manusia dan penuh hikmat serta kasih karunia di hadapan Allah.

Ketika membandingkan Keluarga Kudus Nazaret dengan keluarga-keluarga kita, ternyata kita temukan kenyataan-kenyataan yang sungguh berbeda, bahkan bertolak belakang. 

Sering kita jumpai  keluarga-keluarga yang menampilkan gambaran buram, seperti kekerasan dalam rumah tangga, baik dalam bentuk fisik (saling pukul, penyiksaan), verbal (kata-kata kasar, ancaman, kutukan), dan kekerasan psikologis (penelantaran, pisah ranjang suami dan isteri), dan lain-lain.  

Akibatnya hidup suami, isteri dan anak-anak jadi berantakan dan suasana rumah menjadi kacau-balau, bernatakan, suram laksana neraka. Tetapi kita tidak perlu putus asa. Kita mesti percaya bahwa di balik kegelapan pasti menyinging fajar harapan.

Bagi kita, hal istimewa yang membuat  keluarga Nazaret menjadi model dan teladan bagi keluarga-keluarga kristen adalah  kehadiran Yesus sebagai Tuhan dan penyelamat di dalamnya. 

Kehadiran Yesus justeru memungkinkan keluarga yang biasa-biasa dan manusiawi mendapat status ilahi, yakni menjadi keluarga kudus. 

Keterbukaan Maria dan Yosef membiarkan Tuhan terlibat dan berkarya di dalam dan melalui mereka untuk menyelamatkan umat manusia merupakan syarat dan jalan emas yang  patut diteladani oleh keluarga-keluarga kita. 

Karena itu, Keluarga Nazaret adalah benar-benar sebuah keluarga beriman, yang patut menjadi model bagi keluarga-keluarga kristen lainnya. 

Kita belajar untuk terus beriman dan berpasrah pada kehendak Allah dalam situasi apa pun. Suka maupun duka. Berhasil maupun gagal.

Kita belajar untuk diam, menyimpan semua dalam hati ketika berhadapan dengan hal-hal yang tidak kita pahami, serta membiarkan Tuhan berbicara kepada kita  dan menunjukkan jalan hidup yang baik dan benar bagi kita. 

Sebab ketika kita terdiam kita bisa mendengarkan suara Tuhan dan suara orang-orang di sekitar. Sebaliknya jika kita banyak bicara maka kita hanya bisa dengar suara sendiri, lalu telinga dan hati kita tertutup untuk dengarkan suara Tuhan dan suara sesama.

Kita juga belajar untuk setia menjalankan komitmen dan tanggung jawab, baik sebagai orangtua, anak-anak, suami dan isteri. Memang semuanya menuntut perjuangan dan pengorbanan. 

Tidak gampang menjadi orang tua yang baik dan bertanggungjawab. Tidak gampang menjadi anak-anak yang taat dan takwa. Dan, tidak gampang menjadi suami-isteri yang setia. 

Tetapi, tidak ada yang mustahil bagi orang yang sungguh beriman kepada Tuhan dan berpasrah kepada penyelenggaraan ilahi.

Semoga Tuhan Yesus memberkati dan menjadikan keluarga-keluarga kita kudus.

Kewapante, 29 Desember 2024. ***

 

 

 

Editor: redaksi

RELATED NEWS