HOMILI, Minggu, 29 Agustus 2021: Inti Keagamaan adalah Setia Melaksanakan Firman Allah

redaksi - Sabtu, 28 Agustus 2021 19:13
HOMILI, Minggu, 29 Agustus 2021: Inti Keagamaan adalah Setia Melaksanakan Firman  AllahP. Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

Bacaaan, Minggu 21 Agustus 2021:

(Ul 4:1-2.6-8; Yak 1: 17-18.21b-22.27;  dan Mark 7:1-8.14-15.21-23)

Oleh P. Gregor Nule SVD

INJIL hari ini menceritakan tentang kecaman Yesus terhadap cara berpikir dan cara pandang orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mereka menilai Yesus dan murid-muridNya tidak setia memelihara Hukum Taurat karena makan tanpa mencuci tangan sebelumnya. Sebaliknya orang-orang Yahudi pada umumnya tidak akan makan kalau tidak membasuh tangan lebih dahulu. 

Mengapa mencuci tangan itu sangat penting bagi orang-orang Yahudi? Karena bagi mereka, makan dengan tanpa cuci tangan sebelumnya tidak hanya berarti tidak sehat, melainkan terutama najis, kotor dan dosa. Tangan najis yang menyentuh makanan akan menajiskan makanan itu. Dan orang lain yang memakannya akan menjadi najis pula. Maka orang yang makan dengan tangan tanpa dicuci akan menajiskan dan menjadikan orang lain  berdosa. 

Dengan demikian, Yesus dituduh membiarkan murid-muridNya makan tanpa membasuh tangan. Artinya, Yesus melanggar hukum Taurat dan harus disingkirkan karena menjadi batu sandungan bagi orang-orang Yahudi. Yesus dan murid-muridNya dianggap sebagai penghalang datangnya Kerajaan Allah dan  Mesias ke atas bumi untuk menyelamatkan manusia sesuai janji Allah.

Tetapi, Yesus menanggapi tuduhan mereka dengan berkata, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik. Sebab ada tertulis: ‘Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripadaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu sebab  ajaran yang mereka ajarkan adalah perintah manusia’. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat manusia”, (Mrk 7:6-7). 

Di sini, Yesus ingatkan para pendengarNya, khususnya orang Farisi dan ahli Taurat, untuk perhatikan hal yang paling utama dalam hidup beragama.  Sebab orang bisa saja bersih secara lahiriah, (tangan, kaki. wajah, pakaian, dll), tetapi  hatinya tidak bersih bahkan najis dan berdosa. Hati yang najis membuat orang jauh dari Allah. Dan hati yang  najis atau berdosa menjadi sumber ke-9 dosa pokok yang disebutkan Yesus, yaitu pikiran jahat (karena punya itikad buruk), percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan (menjadi bibit korupsi dan kolusi), kejahatan, kelicikan (atau tipu daya untuk mencelakakan orang), perbuatan tak senonoh (yang tak menghargai perasaan orang lain), iri hati, hujat atau fitnah (untuk menjatuhkan dan memburukkan nama orang lain), kesombongan, dan kebebalan (karena tidak mampu bedakan mana yang boleh dan mana tidak boleh,  mana yang baik dan mana yang tidak baik, semuanya sama saja). 

Yesus ingatkan bahwa kedekatan dengan Allah tidak terletak pada ketaatan buta terhadap peraturan tentang najis dan tidak najis, melainkan terutama hati dan pikiran yang bersih dan suci. Yesus melihat bahwa aturan najis dan tahir, haram dan halal, yang bersifat lahiriah semata telah menjadi tembok pemisah antara orang Yahudi dengan orang bukan Yahudi, antara orang berdosa dengan orang saleh, serta menutup pintu Kerajaan Allah bagi orang-orang bukan Yahudi. 

Yesus juga  mengecam cara pandang  mereka yang salah tentang jalan kepada keselamatan. Sebab kebersihan badan atau lahiriah tidak menjamin kelayakan di mata Tuhan dan keselamatan kekal. Yang menyelamatkan manusia bukannya ketaatan terhadap peraturan dan hukum Taurat, tetapi tindakan mendengarkan dan melaksanakan Firman Allah.

Karena itu, bagi Yesus agama yang benar terletak pada sikap dan kesediaan untuk mendengarkan dan memelihara perintah Allah, yaitu perintah mengasihi Allah dan sesama. Hari ini Yesus mau menunjukkan kepada kita nilai mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya lewat perbuatan-perbuatan. Hal yang sama diungkapkan oleh Rasul Yakobus, bahwa seorang murid Kristus hendaknya menjadi pelaku Firman, bukan hanya pendengar! 

Sebab jika tidak demikian, kamu menipu diri sendiri, (bdk. Yak, 1:22).  Ini berarti, seorang murid Kristus dapat mewujudkan imannya dalam cinta yang tulus dan ikhlas, yang secara nyata terungkap lewat tindakan melayani orang-orang kecil, miskin dan menderita, mengunjungi yatim-piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, serta menjaga diri dan hati di tengah dunia yang sarat dengan kekerasan, penindasan, dan penyelewengan-penyelewengan moral, (bdk Yak 4:27) serta godaan-godaan roh jahat. Kasih yang sejati kepada Allah dan sesama merupakan ibadah yang benar dan jalan kepada keselamatan. 

Bagi kita, Firman Allah adalah sumber hidup sejati. Santo Yakobus mengajak kita untuk menjadi pelaku Firman Allah, dan bukan sekedar pendengar Firman Allah, sebagai jalan tepat yang menghantar kepada kebahagiaan sejati. Tetapi, menyaksikan kenyataan dan pengalaman hidup sehari-hari, muncul hal-hal yang tidak masuk akal, aneh tapi nyata, antara lain:

Aneh, bagaimana kita sering lebih percaya pada berita2 di surat khabar, youtube, dan  internet… tetapi ragu-ragu dan terkadang mempersoalkan Sabda Allah di dalam Kitab Suci. Maka ada yang tidak suka baca Kitab Suci.

Aneh, bagaimana setiap orang rindu masuk surga, tetapi banyak sekali yang tidak beriman, hidup sesuka hati dan tidak melakukan apa yang Kitab Suci katakan……

Aneh, bagaimana orang katakan, “Aku percaya kepada Tuhan”.  Tetapi dalam hidup sehari-hari ia cenderung ikuti petunjuk setan, ketika menghadapi masalah, ia lebih  percaya kepada dukun dan tukang ramal, padahal orang2 itu juga sering percaya kepada Tuhan dan berdoa untuk minta petunjuk Tuhan. 

Aneh, bagaimana kita dapat mengirimkan 1000 lelucon melalui fb, WA, twitter dan dengan segera tersebar ke mana-mana, tetapi bila kita ingin mengirimkan berita tentang Tuhan dan ajaran iman, sering kita berpikir berkali-kali sebelum melakukannya.

Aneh, bagaimana hal-hal cabul, kotor, kasar dan jorok tersebar luas melalui internet, tetapi pembicaraan tentang Tuhan dan ajaranNya dibatasi hanya di gereja atau rumah ibadat dan saat-saat berdoa bersama.

Aneh, bahwa sering kita rindu dan berjuang membangun persaudaraan dan kekeluargaan di antara kita, tetapi terkadang tanpa sadar kita menyebarkan gosip dan fitnah yang merusakkan persahabatan, persaudaraan dan kekeluargaan.

Aneh, bahwa sering kita lebih prihatin dan peduli akan pandangan dan penilaian orang tentang diri dan perbuatan kita, ketimbang apa pandangan dan penilaian Tuhan tentang kita….. 

Semoga Allah melindungi kita terhadap semua hal aneh di atas sehingga hidup kita berkenan di hati Allah dan sesama. Amen.

Kewapante, 29 Agustus 2021

*P. Gregor Nule SVD adalah Pastor ParokiReinha Rosari dan dosen STFK Ledalero

Editor: Redaksi

RELATED NEWS