HOMILI, Minggu Paskah III C: Bersukacita Menanggung Derita Demi Tuhan

redaksi - Sabtu, 03 Mei 2025 14:49
HOMILI, Minggu Paskah III C: Bersukacita Menanggung Derita Demi TuhanPara murid mentaati perintah itu dan mereka menangkap banyak sekali ikan besar. (sumber: Katolikku.com)

Oleh: Pater Gregor Nule SVD

BERSUKACITA MENANGGUNG DERITA DEMI TUHAN
(Minggu Paskah III C: Kis 5:27b-32.40b-41; Why 5:11-14; Yoh 21:1-14)

Ilustrasi 
Burung elang merupakan jenis unggas yang punya umur paling panjang di dunia, yakni dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40. 

Sebab ketika berumur 40 tahun cakar elang mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya lebat dan tebal sehingga sangat sulit waktu terbang. 

Kini ia punya dua pilihan: menunggu kematian atau menjalani satu proses transformasi yang panjang selama kurang-lebih 5 bulan. Untuk melakukan transformasi itu elang harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung batu untuk membuat sarang,  dan tinggal di sana selama proses transformasi berlangsung.

Elang itu harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruhnya terlepas dari mulutnya. Kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. 

Dengan paruh baru itu ia harus mencabut cakar-cakarnya satu demi satu, dan ketika cakar yang baru tumbuh ia akan mencabut bulunya satu demi satu. Inilah proses yang panjang dan menyakitkan. 

Lima bulan kemudian bulu-bulu yang baru mulai tumbuh. Dengan demikian elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru elang mulai menjalani tambahan tiga puluh tahun kehidupan dengan penuh energi. 

Refleksi
Penampakan Yesus kepada para rasul setelah kebangkitan-Nya menjadi momen yang menentukan dalam hidup dan karya mereka. Kisah Injil Yohanes 21:1-14 sangat mirip dengan kisah Injil Lukas 5:1-11.

Penampakan Yesus di danau Tiberias di pagi hari ketika para murid kembali dari kerja sepanjang malam yang sia-sia. Mereka tidak menangkap seekor ikan pun. 

Tetapi, ketika mereka mendakati pantai, keheningan penuh kekecewaan dipecahkan oleh sapaan penuh keakraban dari seseorang yang tidak mereka kenal, “Hai anak-anak, apakah kamu punya ikan?” 

“Tidak”, jawab mereka. “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka kamu akan peroleh”, (Yoh 21:5-6). 

Para murid  mentaati perintah itu dan mereka menangkap banyak sekali ikan besar. Mukjizat penangkapan ikan itu meyakinkan murid yang dikasihi Yesus untuk mengungkapkan imannya dan berkata kepada Petrus, “Itu Tuhan”, (bdk Yoh 21:7). 

Petrus mengenakan jubahnya dan terjun ke dalam danau untuk menjumpai “Orang”itu.  Petrus dan teman-teman lain sungguh yakin bahwa Orang itu adalah Yesus yang telah bangkit. Dia adalah Guru dan Tuhan.  

Penampakan Yesus ini menjadi awal keputusan Petrus dan rasul-rasul lain untuk menyatakan komitmen mereka dengan misi khusus sebagai saksi Kristus yang bangkit. Sebab mereka sungguh yakin bahwa itulah tugas perutusan yang dipercayakan Yesus kepada mereka. 

Oleh karena itu, tanpa takut sedikit pun mereka menjalankan karya pewartaan Injil dan kesaksian iman, apa pun yang bakal terjadi. Kenyataannya para Rasul bersukacita karena dianggap pantas menderita penghinaan demi Nama Yesus, (bdk Kis 5:41).

Lebih lagi, Petrus dan rasul-rasul lain bukan hanya rela berkorban dan menderita demi Tuhan dan Injil. Tetapi, mereka justeru berbangga karena mengalami penderitaan dan penganiayaan sebagai akibat perjuangan mereka mewartakan Injil dan memberikan kesaksian tentang  iman mereka akan Yesus yang bangkit dan hidup.

Para rasul dengan berani dan terus terang mengungkapkan kesalahan para pemimpin Agama Yahudi, serta menuntut pertobatan dan iman kepada Kristus, Tuhan, apabila mereka ingin selamat. Inilah buah dari iman teguh akan Yesus yang bangkit.

Sebagai pengikut Kristus, kita pun menjalani proses kebangkitan dan hidup sebagai manusia baru. 

Untuk itu, kita juga harus melakukan keputusan yang sangat berat guna memulai suatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang kebiasaan lama yang mengikat.

 Mungkin kebiasaan-kebiasaan itu memikat,  menyenangkan dan menggiurkan.  Tetapi, kita perlu tinggalkan kebiasaan yang jahat dan tidak berkenan.

Kisah elang tua  di atas mengajarkan kita agar berani dan rela meninggalkan perilaku lama sehingga kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan. 

Apabila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, terutama membuka hati terhadap Roh Yesus, maka kita mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang terpendam, mengasah keahlian baru serta menatap masa depan dengan penuh semangat dan energi baru.

Kita akan hidup sebagai manusia Paskah. Kita rela berkorban dan berani menderita demi perkara-perkara Tuhan serta kebaikan dan kebahagiaan banyak orang. Kita bangga dan bersukacita menderita demi Tuhan dan orang lain. Kita tidak hanya hidup untuk diri sendiri, melainkan juga untuk Tuhan dan sesama.

Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu!

Kewapante, 04 Mei 2025. ***
 

 

RELATED NEWS