HOMILI, Minggu Paskah VII, 29 Mei 2022: Doa Yesus untuk Kita

redaksi - Sabtu, 28 Mei 2022 21:25
HOMILI, Minggu Paskah VII, 29 Mei 2022: Doa Yesus untuk KitaPater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

DOA YESUS UNTUK KITA

 (Minggu  VII Paska C: Kis, 1:15-17.20a.20c-26; 1Yoh 4:11-16; Yoh17:11b-19)

Yesus mengakhiri seluruh nasehat atau wejangan perpisahanNya dengan satu peringatan kepada murid-muridNya bahwa akan tiba saatnya mereka akan dicerai-beraikan dan bahkan mereka akan meninggalkan Yesus seorang diri.. (bdk.Yoh 16:32).

Ilustrasi: Yesus berdoa (Sumber: www.youtube.com)

Maka Yesus menengadah ke langit dan berdoa agar murid-muridNya menjadi satu dalam Dia dan BapaNya, dan agar mereka berada di mana Yesus berada. 

Dengan kata lain, Yesus berdoa supaya para muridNya menjadi satu sama seperti Yesus dan Bapa adalah satu. Dia berdoa agar kita pun bersatu dengan Bapa dan Putera. Yesus berseru,”Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepadaKu oleh karena pemberitaan mereka, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa ada di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga ada di dalam Kita”, (bdk Yoh 17:20-21).  

Dari doa Yesus ini kita belajar tiga hal:

Pertama, menjadi tokoh yang mempersatukan. Yesus setia kepada kehendak Bapa dengan setia melaksanakannya. Dengan itu Dia tetap membangun relasi yang baik dengan Bapa. 

Yesus juga berniat tetap bersatu dengan para murid dengan menunjukkan kasih yang luar biasa kepada mereka dan berharap agar mereka pun saling mengasihi seorang kepada yang lain.

 Ia mencintai mereka semua dengan bobot cinta yang sama, sekalipun ada yang mengkhianati dan menyangkalNya seperti Petrus, dan bahkan Yudas Iskariot menjualNya dengan harga 30 keping perak. Meski demikian kasih Yesus tetap utuh kepada semua. 

Ketika kita hidup dalam persatuan yang erat serta merasa sehati, sejiwa dan sepenanggungan sebagai pengikut Yesus maka kita menunjukkan contoh kesatuan Yesus dan Bapa-Nya. 

Hal ini sekaligus merupakan kasaksian hidup supaya dunia melihatnya dan percaya. Hidup dalam persatuan yang demikian menunjukkan hidup dalam kasih sebagai hukum baru yang menjadi tanda pengenal para murid Yesus. “Jika kita saling mengsihi, Allah tetap tinggal dalam kita dan kasihNya sempurna dalam kita”, (1Yoh 4:16). 

Karena itu, sebagai murid Yesus, kita belajar untuk menjadi sosok  atau pribadi yang mempersatu-kan. Kita hidup di tengah dunia yang makin terkoyak dan dikotak-kotakkan oleh pelbagai ideologi, kecenderungan, keinginan dan perjuangan yang memecahbelah serta mengutamakan kepentingan diri dan kelompok.

Kita diundang untuk menjadi pemersatu. Itu berarti, kita mesti belajar untuk membedakan antara yang baik dan jahat, antara yang benar dan salah, antara yang kotor dan bersih. Kita berusaha mengembangkan sikap cinta damai sehingga kita mampu menjadi tokoh yang membawa damai dan  kesatuan di tengah masyarakat dan dunia, yang terpecah dan tercerai-berai.

Kedua, berusaha membawa, mendekatkan dan menyatukan manusia dengan Tuhan. Yesus berdoa agar para murid senantiasa bersatu dengan Allah Bapa dan Yesus yang adalah jalan, kebenaran dan hidup, yang membuka pintu menuju persatuan kekal dengan Bapa di surga. 

Bagaimana caranya kita membawa orang lain kepada Tuhan? Kita diharapkan memberikan kesaksian tentang iman melalui hidup, karya dan kata-kata kita.  

Kita memberikan kesaksian tentang Allah yang senantiasa menyertai dan mencintai kita, umatNya. Jika Allah senantiasa bersatu dengan kita, maka kita pun hendaknya hidup dalam persatuan, persaudaraan dan kerukunan dengan orang lain, termasuk mereka yang berbeda pendapat atau bahkan yang memusuhi kita. 

Hidup kita sebagai umat Allah akan menjadi indah apabila kita berhasil mempersatukan yang beranekaragam dan berbeda-beda. Keanekaragaman dan perbedaan hendaknya  semakin memperkaya dan memperindah kebersamaan kita sebagai umat Allah. 

Maka sebagai pengikut Kristus, kita punya misi untuk menjadi orang yang mempersatukan sesama dengan Tuhan. Kita berusaha untuk mendekatkan orang lain kepada Tuhan agar semakin banyak orang  semakin mengenal dan mencintai Tuhan. 

Sebaliknya kita akan gagal mendekatkan dan membawa orang kepada Allah jika kita cenderung memicu konflik dan permusuhan, menyebarluaskan fitnah, kebohongan dan cerita-cerita palsu yang merugikan orang lain dan kehidupan bersama umat  Jika kita tidak hidup dengan baik, maka kita menjerumuskan dan menjauhkan orang dari Tuhan.

Ketiga, Yesus juga berdoa agar para murid dikuduskan. Para murid dikuduskan artinya  dikhusukan untuk tugas yang direncanakan oleh Allah. Maka setiap orang yang mau melayani Allah yang kudus, dia sendiri mesti kudus. 

Dan, sebagai orang kristen, kita dipanggil dan dikuduskan atau dianugerahi dengan rahmat dan kekuatan ilahi untuk menjadi saksi Kristus dan duta kasih Allah. 

Kita dikhusukan untuk memperlihatkan cara hidup Kristus di tengah dunia. Kita menjadi “Kristus yang lain” bagi sesama dan dunia. Artinya, kita menjadi mulut, kaki, tangan dan diri Yesus Kristus yang menghadirkan cinta Allah di tengah kehidupan sehari-hari. Amen.

Kewapante, Minggu 29 Mei 2022.

 

RELATED NEWS