HOMILI, Minggu XXX: Kebahagiaan Sejati Kita Temukan dalam Tuhan                      

redaksi - Sabtu, 26 Oktober 2024 16:10
HOMILI, Minggu XXX: Kebahagiaan Sejati Kita Temukan dalam Tuhan                        Pater Gregor Nule (sumber: Dokpri)

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD

 Homili Minggu XXX: Yer 31:7-9; Ibr 5:1-6. Mrk 10:46-52               

KETIKA manusia jatuh ke dalam dosa, ia jauh dari Allah dan hidup dalam penderitaan dan kehinaan. Kenyataan inilah yang dialami oleh bangsa Israel di Babilonia. Mereka alami aneka penderitaan karena mereka hidup sebagai orang buangan. 

Nasib mereka laksana orang buta dan lumpuh yang sungguh menderita dan tersisihkan. Mereka  hidup bergantung pada belaskasihan orang lain. Tetapi Allah tidak pernah melupakan mereka. Allah selalu memperhatikan dan mendengarkan keluh kesah mereka. 

Nabi Yeremia tampil sebagai utusan Allah untuk memberikan harapan baru. Yeremia menyampaikan berita gembira bahwa Tuhan akan membebaskan orang-orang Israel dari pembuangan Babilonia, memulihkan kembali nasib mereka dan membawa mereka pulang ke Yerusalem. 

Dengan demikian, martabat mereka  sebagai umat Allah dan orang-orang bebas dapat terpulihkan kembali. 

Injil Markus menampilkan Bartimeus, orang buta di kota Yerikho, yang selalu duduk di pinggir jalan untuk meminta uluran tangan orang-orang yang lewat. 

Hari itu kebetulan Yesus berjalan lewat di jalanan itu diiringi banyak orang. Kendatipun Bartimeus buta, tidak pernah melihat Yesus, tetapi sepertinya ia sudah kenal siapa itu Yesus. 

Maka ia memanggil dengan suara keras, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku”, (Mrk 10:47). Mungkin ada yang terganggu dengan suara Bartimeus. Karena itu, mereka menegurnya agar diam. Namun, ia terus-menerus memanggil dengan suara keras meminta bantuan, “Putera Daud, kasihanilah aku!”, (Mrk 10:48). 

Seruan Bartimeus menghentikan langkah Yesus. Yesus menyuruh orang memanggilnya, lalu Ia bertanya kepadanya, “Apa yang engkau kehendaki Aku perbuat bagimu?”, (Mrk 10:51).

Jawabnya, “Rabuni, semoga aku dapat melihat.” Tanggapan Yesus sangat positif dan sungguh sesuai dengan kerinduan dan harapan Bartimeus selama ini, yakni supaya matanya menjadi sembuh dan ia dapat melihat. Yesus berkata, “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau”, (Mrk 10:52). 

Dan, sejak saat itu mata Bartimeus terbuka dan ia dapat melihat dengan jelas. Kini Bartimeus memiliki mata fisik dan mata hati yang sangat jelas untuk melihat dan menyelami karya agung Allah di dalam diri dan hidupnya sendiri. 

Ia dapat melihat dan mengenal Yesus sebagai Mesias Terjanji, yang datang untuk mencelikkan mata orang-orang buta dan membuat orang-orang lumpuh dapat berjalan. 

Dan sebagai ucapan syukur atas kebaikan dan kasih yang telah dialaminya maka ia mengikuti Yesus dengan iman yang teguh. 

Sebagai manusia kita tidak sempurna. Tentu kita tidak miliki segala sesuatu yang kita perlukan dalam hidup. Mugkin saat ini kita alami persoalan-persoalan tertentu, seperti sakit, penderitaan, kematian seorang kerabat; konflik dengan pasangan, masalah dengan orang tua atau dengan anak. 

Soal yang belum terselesaikan dengan seorang adik atau kakak, atau dengan tetangga. Mungkin ada soal-soal lain. Dan berhadapan dengan semuanya, kita butuhkan jalan keluar.

Mari kita belajar dari orang-orang Israel yang kendatipun alami aneka penderitaan di pengasingan, tetapi mereka tetap berharap pada janji keselamatan dari Allah. Kita juga belajar dari Bartimeus yang tidak pernah putus asa. Ia terus minta belas kasihan dari Yesus.

Ia terus berdoa,“Kasihanilah aku, ya Tuhan”. Karena ia tetap tekun dan terus membuka diri kepada belaskasihan Allah serta membiarkan Allah menyatakan kehendak-Nya di dalam dirinya, maka Allah penuhi kerinduannya. Bartimeus dapat melihat. Ia alami hidup baru, hidup sebagai seorang beriman sejati.

Mari kita belajar berdoa secara benar, seperti Bartimeus, khususnya dalam situasi-situasi sulit. Kita serahkan diri dan seluruh persoalan hidup kepada belaskasihan dan kehendak Allah. 

Kita tidak pantas ngotot minta ini dan minta itu. Kita hendaknya membiarkan Tuhan melakukan yang terbaik untuk kita. Kita mesti yakin bahwa  Tuhan selalu menaruh perhatian terhadap kebahagiaan kita dan merencanakan yang terindah untuk kita, umatNya. Sebab inilah kehendak keselamtan Allah bagi seluruh umat manusia. Amen. 

Kewapante, 27 Oktober 2024. ***

 

 

 

Editor: redaksi

RELATED NEWS