HOMILI P. Gregor Nule SVD, Minggu 26 Desember 2021: Keluarga Kudus Nazaret Model Keluhuran Hidup Keluarga Kristen

redaksi - Sabtu, 25 Desember 2021 23:02
HOMILI P. Gregor Nule SVD, Minggu 26 Desember 2021: Keluarga Kudus Nazaret Model Keluhuran Hidup Keluarga KristenP Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

KEWAPANTE (Floresku.com) - Hari Minggu ini adalah Pesta Keluarga Kudus. Bacaan untuk hari ini yaitu: 1Sam 1:20-22.24-28; 1Yoh 3:1-2.21-24; Luk 2: 41`-52).

KELUARGA Kudus Nazaret sebetulnya merupakan keluarga biasa, sebagaimana keluarga-keluarga lain pada umumnya di Nazaret.  Tetapi, Keluarga Nazaret  sungguh menonjol dalam hal iman dan kepasrahan kepada Allah. Karena itu, keluarga Nazaret adalah benar-benar sebuah keluarga beriman, dan patut menjadi model bagi keluarga-keluarga lainnya.

Bukti iman  Yosef dan Maria nampak dalam lika-liku hidup mereka sebagai suami-isteri, khususnya ketika mereka bisa melewati dan mengatasi aneka tantangan dan cobaan. Yosef sanggup keluar dari kebingungan dan niat untuk meninggalkan Maria ketika mengetahui bahwa Maria sudah mengandung padahal keduanya belum hidup bersama sebagai suami-isteri.  

Yosef juga taat pada perintah Allah untuk segera berangkat ke Mesir guna menyelamatkan Kanak-kanak Yesus dari ancaman  kekejaman Herodes yang memerintahkan untuk membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya. 

Dan masih banyak contoh lain yang menampilkan Yosef sebagai sosok suami dan bapak yang sederhana, tapi luar biasa, karena ia taat  dan setia pada kehendak Allah. 

Sedangkan, Maria pada pihaknya menghadapi misteri karya agung Allah dengan sikap penuh keterbukaan dan pasrah. Kendatipun Maria bingung mendengarkan khabar Malaekat Gabriel, tapi ia menyatakan kesediaannya untuk menerima tawaran menjadi ibu Tuhan dengan berkata, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu”.   

Dan tatkala Maria tidak memahami jalan-jalan Tuhan ia selalu menyimpan  semuanya di dalam hati dan merenungkannya. Inilah bukti kepasrahan Maria kepada kehendak Allah.

Sebagai suami-isteri, Maria dan Yosef membawa bayi Yesus ke Yerusalem untuk mempersembahkanNya kepada Allah sebagai perwujudan iman seperti yang dititahkan dalam Hukum Taurat. Mereka juga membawa Yesus yang berusia 12 tahun untuk beribadah di Bait Allah sesuai tuntutan Hukum Taurat. 

Selanjutnya oleh perhatian penuh kasih dari orangtuaNya, Yesus terus bertumbuh menjadi besar dan kuat, semakin dicintai oleh manusia dan penuh hikmat serta kasih karunia di hadapan Allah. 

Melalui Keluarga Kudus Nazaret Allah sungguh-sungguh solider dengan manusia dan siap  menjadi Terang sejati bagi dunia serta Tuhan yang membawa keselamatan manusia. 

Ketika membandingkan Keluarga Kudus Nazaret dengan keluarga-keluarga kita, mungkin kita temukan kenyataan-kenyataan yang sungguh berbeda, bahkan bertolak belakang. Gambaran buram keluarga-keluarga kristen dewasa ini mungkin dapat saya lukiskan  dalam ilustrasi berikut ini. 

Ilustrasi. Ada sebuah keluarga yang hampir selalu hidup dalam kekacauan. Suatu sore terjadi perkelahian antara ayah dan ibu. Keduanya saling berteriak. Anak-anak yang masih kecil itu hanya terdiam dalam ketakutan. 

Tiba-tiba anak sulung yang berumur sekitar 13 tahun pergi keluar rumah, meminjam HP seorang temannya dan menelpon ayahnya. Ayahnya segera mengangkat Hpnya dan merasa kaget ketika mendengar suara seorang wanita muda yang berkata, “Selamat sore pak.

Maaf pak, saya adalah seroang wartawan dan sedang mengadakan penelitian dan wawancara untuk sebuah Majalah Keluarga. Apakah pak mencintai isteri?  Bapak itu yang ditanya secara tiba-tiba, terbata-bata menjawab”Ya,ya,,,tentu nona…seperti biasa”.

Suara itu berkata lagi, “Apakah saya bicara dengan isterimu?” “Baiklah”, lalu ia berkata kepada isterinya, “Mery, datanglah kemari sebentar”. Suara itu berkata, “Maaf ibu, saya sedang mengumpulkan data untuk penelitian saya. Bisakah ibu menyampaikan kepada saya apakah ibu sungguh mencintai suami”.  

Pada saat sang ibu menjawab “Ya”, dia mengenali suara anak perempuannya sendiri, lalu menundukkan kepala dan meneteskan air mata. Kata suara itu lagi, “Terimakasih, ibu”. Sesudah itu, sang suami mengambil sapu tangannya dan menghapus keringat di dahinya, lalu duduk di kursi dan berkata,”Mery, yang kita perlukan adalah secangkir teh hangat”. Ia memeluk isterinya  dan membisikkan sesuatu di telinganya. 

Mungkin ilustrasi di atas sangat berlebihan. Tetapi terkadang kita jumpai keluarga-keluarga yang demikian akibatnya hidup suami, isteri dan anak-anak jadi berantakan dan suasana rumah mereka laksana neraka. 

Hal yang sama pernah diungkapkan oleh Paus Fransiskus dalam sebuah kotbahnya. Paus berkata, “Tidak ada satu keluarga pun yang sempurna. Tidak ada orang tua, bapak dan mama yang sempurna. Kita semua tidak sempurna. 

Tidak seorang pun menikah dengan seorang pasangan yang sempurna, dan juga tidak ada keluarga yang mempunyai anak-anak yang sempurna. Kita mengeluh satu sama lain dan saling mengecewakan. 

Oleh karena itu, tidak pernah akan ada  keluarga yang sehat tanpa latihan dan niat luhur untuk saling mengampuni. Pengampunan adalah syarat utama bagi kesehatan perasaan dan kelangsungan hidup sebuah perkawinan dan keluarga. Tanpa pengampunan keluarga berubah menjadi arena terjadinya konflik-konflik dan kubangan kesedihan. Tanpa pengampunan keluarga sakit. Dan pengampunan akan mendatangkan kegembiraan dan kedamaian.

Hari ini kita merayakan pesta Keluarga Kudus Nazaret yang menjadi model dan teladan bagi keluarga-keluarga kita. Namun, mungkin ada yang berkecil hati dan merasa bahwa hidup Keluarga Nazaret  hanya menjadi ideal atau cita-cita yang mustahil dan tak mungkin diikuti.

Meski demikian, kita perlu sadari bahwa Keluarga Nazaret merupakan keluarga biasa yang dibangun oleh Maria dan Yosef, manusia-manusia biasa yang diciptakan Tuhan seperti pasangan-pasangan lainnya. 

Lalu, apa yang membuat  keluarga Nazaret istimewa dan luar biasa. Alasannya adalah Yesus sendiri, kehadiran Yesus sebagai Tuhan dan penyelamat di dalam keluarga Nazaret.  

Keterbukaan Maria dan Yosef membiarkan Tuhan terlibat dan berkarya di dalam dan melalui mereka merupakan syarat dan jalan emas yang patut diteladani oleh keluarga-keluarga kita. 

Kehadiran Yesus justeru memungkinkan keluarga yang biasa-biasa dan manusiawi mendapat status ilahi, yakni menjadi keluarga kudus. Semoga Tuhan memberkati dan menjadikan keluarga-keluarga kita kudus.

Kewapante, 26 Desember 2021. P. Gregorius Nule, SVD. *** 

 

 

RELATED NEWS