HOMILI P Gregor Nule SVD: Minggu, 27 November 2021: Adventus Memberi Harapan Menantikan Kedatangan Tuhan
redaksi - Sabtu, 27 November 2021 19:37KEWAPANTE (Floresku.com) - Hari ini, Minggu, 14 November 2021, Pater Gregor Nule SVD, Pastor Paroki Ratu Rosari, Kewapante, Keuskupan Maumere kemabli menyapa kita dan menyajikan bagi kita sebuah Homili yang memberikan peringatan sekaligus meneguhkan.
Pater Gregor meramu Homili tersebut berdasarkan bacaan Hari Minggu Adven I : Yer, 33: 14-16; Tes 3: 12:4:2; Luk 21:25-28.34-36.
Selamat memasuki Masa Adventus dan mereguk pengalaman iman dari Homili Pater Gregor SVD berikut ini!
ADVENTUS MEMBERI HARAPAN MENANTIKAN KEDATANGAN TUHAN
HARI INI kita memulai masa Adventus, suatu masa liturgi yang berlangsung selama 4 (empat) pekan. Masa Adventus adalah momen istimewa bagi kita melaksanakan segala periapan yang perlu, khususnya secara spiritual, untuk: pertama, merayakan kenangan dan peringatan pesta kelahiran Yesus di Betlehem 2000-an tahun lalu.
Kedua, membangun harapan untuk menyambut kedatangan Yesus yang kedua pada akhir zaman sebagai Hakim agung bagi segala makluk. Dan terakhir, menyambut kedatangan Yesus yang lahir setiap saat di dalam hati dan hidup kita masing-masing.
Karena itu, adventus adalah saat berahmat di mana Allah mau menyatakan DiriNya dan melawati kita, umatNya.
Maka kita diajak membuka diri dan mengangkat hati di hadapan Allah untuk memohonkan rahmat-Nya agar masa liturgi ini menjadi kesempatan di mana kita dapat mengalami kehadiran Tuhan yang menyelamatkan.
Mari kita tenangkan hati, pikiran dan seluruh diri, membiarkan Allah dan RohNya masuk dan meresapi seluruh hidup kita. Dan pada saat yang sama, kita coba menghindarkan dan membuang jauh-jauh segala sesuatu yang dapat menutup hati, budi dan seluruh diri kita terhadap kehadiran dan karya keselamatan Allah di tengah kita.
Kita jauhkan segala kebisingan, kemalasan, sikap masa bodoh, kesedihan, masalah-masalah dan konflik-konflik yang mengganggu kita.
Bacaan-bacaan hari ini mengartikan adventus sebagai masa menanti dan berjaga-jaga. Nabi Yeremia mengajak para pendengarnya untuk menantikan Tuhan sebagai Tunas Keadilan yang datang untuk mempersatukan yang tercerai-berai dan menegakkan keadilan, kebenaran serta pembebasan dari segala belenggu.
Sedangkan Injil mewartakan tentang menantikan kedatangan Anak Manusia, dengan segala kekuasaan dan kemuliaan yang berkuasa menghakimi dunia dan seluruh bangsa manusia.
Dalam hidup sehari-hari ada banyak sekali hal yang menuntut sikap menanti dan berjaga-jaga. Para petani menantikan musim hujan sambil menyiapkan kebun masing-masing. Para guru, dosen, siswa dan mahasiswa menantikan hasil kerja selama satu semester.
Orang sakit harapkan kesembuhan. Orang yang sedang jatuh cinta dan berpacaran menantikan pertemuan dengan sang kekasih. Seorang isteri menantikan kembalinya suami dari kantor atau tempat kerja.
Dan, ada yang menantikan terwujudnya rencana dan janji tertentu. Dan tentu ada banyak penantian lainnya. Setiap penantian menuntut kesabaran, ketekunan dan kerja keras untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sebagai umat Allah kita berjalan sambil menyiapkan diri untuk menyambut Tuhan yang datang. Sto. Basilius melukiskan orang kristen sebagai dia yang terus berjalan sambil tetap berjaga setiap saat dengan kesadaran bahwa Tuhan akan segera datang.
Tetapi, kita bertanya, apa yang harus kita buat selama masa penantian ini? Mungkin ada yang sudah punya rencana tertentu. Pada prinsipnya, masa adventus adalah masa persiapan diri dan berjaga-jaga yang tidak hanya menuntut disposisi bathin atau sikap hati yang siap selalu, melainkan terutama tindakan nyata seperti bertobat, berdoa dan berbuat kasih. Tiga kata kerja ini menunjukkan bahwa adventus menekankan sikap aktif, kreatif dan dinamis.
Dan penantian yang bersifat aktif berarti kita menanti sambil melaksanakan tugas dan tanggungjawab sehari-hari.
Menanti tidak berarti berhenti dari segala aktivitas, berdiam diri, duduk-duduk saja tanpa buat apa-apa sampai Tuhan datang, melainkan terus bergiat.
Martin Luther mengatakan, “Jika Tuhan datang besok pagi, aku tetap menyiapkan kebun dan menanam anggur dan apel hari ini”. Ini berarti, kita menantikan Tuhan dalam hidup dan kegiatan sehari-hari sampai Tuhan mendapati kita sedang bekerja dan menjalankan tugas sehari-hari.
Terinspirasi pada pesan bacaan-bacaan hari ini, ada beberapa makna adventus yang perlu kita renungkan. Pertama, masa adventus yaitu panggilan untuk bertobat agar hati kita tidak sarat dengan pesta pora, kemabukan dan kepentingan-kepentingan duniawi.
Selama masa adventus kita diminta untuk membenahi diri, menghayati pola hidup sederhana serta berusaha membaharui hati sehingga sungguh siap untuk menerima Dia yang datang sebagai Raja dan Tuhan kita.
Bertobat bukan sekedar menyesali dosa dan salah dengan kata-kata, melainkan terutama tekad untuk membaharui diri dan hidup dalam Roh Kudus sehingga dapat tampil sebagai manusia baru.
Maka, hendaknya kita hayati pertobatan yang iklas, tidak dipaksakan. Dan, buah pertobatan adalah sukacita dan kegembiraan yang sejati. Kita bergembira karena telah bersatu kembali dengan Allah, sesama dan dunia ciptaan lainnya.
Kedua, adventus juga menjadi kesempatan untuk merenungkan makna hidup kita sebagai orang beriman. Yesus datang untuk mengasihi dan melayani. Ia tidak hanya berkotbah tentang cinta dan pelayanan kasih.
Dia melakukan apa yang diajarkan, dan mengajarkan apa yang dilakukanNya, Dia mengajar dengan hidupNya sendiri, demi kebaikan, kebahagiaan dan keselamatan umat manusia.
Kata-kata, hidup dan tindakan Yesus berjalan seiring. Selama masa adventus kita coba untuk membangun hati dan hidup yang selaras dengan cara hidup Yesus, Tuhan kita.
Ketiga, adventus membangun dan meneguhkan pengharapan kita. Umat Israel hidup dari pengharapannya. Mereka yang tercerai-berai sebgai akibat ulah dan dosa berharap bersatu kembali dengan Allah dan di antara mereka sebagai bangsa pilihan karema iman akan Allah yang senantiasa setia.
Gereja pun hendaknya hidup dalam pengharapan. Kita punya alasan untuk selalu berharap karena Allah senantiasa setia pada janjiNya. Kendati pun banyak kali kita kurang setia dan mudah ingkar janji yang bisa berakibat munculnya banyak kesulitan, tantangan dan masalah hidup.
Allah yang kita imani adalah Allah yang senantiasa setia pada janjiNya. Maka kita hendaknya tetap berharap padaNya.
Oleh karena itu, merayakan adventus berarti kita mau teguhkan kembali harapan dan iman kita kepada Allah. Sebab Allah senantiasa setia melawati umatNya pada waktunya dan tidak pernah terlambat.
*Kewapante, 28 November 2021. ***