HOMILI, Pater Gregor Nule SVD: Meneladani Yesus Mengalahkan Godaan Setan dalam Hidup
redaksi - Sabtu, 05 Maret 2022 20:08(Minggu I Prapaskah C: Ul 26:4-10; Rom 10:8-13; Luk 4:1-13)
SETELAH dibaptis di sungai Yordan Yesus mengasingkan diri ke padang gurun. Menurut tradisi, padang gurun adalah tempat yang kering, panas terik di siang hari dan dingin pekat di malam hari.
Padang gurun juga adalah tempat yang seram dan menakutkan. Tidak ada seorang pun yang berani tinggal di sana, kecuali ular dan binatang buas. Padang gurun identik dengan iblis atau setan (Yes 13:21).
Itulah sebabnya, setelah Yesus laksanakan puasa selama 40 hari Ia digodai setan untuk mengutamakan roti, karena Ia lapar, dan mendapatkan harta kekayaan serta kuasa atas dunia.
Tetapi, Yesus tidak menyerah. Ia mengalahkan cobaan setan. Mengapa? Karena Yesus sungguh sadar akan identitas dan tugas perutusanNya. Ia fokus pada kehendak BapakNya. Dan, Yesus sungguh percaya kepada Bapak dan berpegang teguh pada FirmanNya.
Sebagai orang katolik kita ingin mengikuti teladan Yesus mau menjalankan puasa selama 40 hari. Maka bagi kita masa prapaskah adalah masa untuk kita semakin mengidentifikasikan diri dengan Yesus serta mengintensifkan hidup doa, puasa-pantang dan amal.
Tetapi, sering kita gagal karena apa yang menjadi niat luhur pada awal masa prapaskah tidak dapat kita laksanakan dengan baik. Mengapa? Karena kita masih hidup dan berkarya di tengah dunia. Dan, seperti Yesus kita pun tidak luputdari godaan setan. Sebab setan atau iblis ada di mana-mana.
Dan menurut santo Petrus, setan terus berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum dan mencari orang yang dapat ditelannya, (bdk. 1Ptr 5:8).
Maka santo Petrus menasehati kita agar melawan setan dan cobaannya dengan iman yang teguh (bdk.1Ptr 5:9). Sebab hanya dengan iman teguh kita mampu melawan godaan setan, “bapa segala dusta” dan “pembunuh sejak awal”.
Ketiga cobaan yang dialami Yesus menjadi contoh atau model godaan pokok yang dialami manusia sepanjang zaman. Yesus dicobai, tetapi Ia menang terhadap setan karena Ia tegas tanpa kompromi. Yesus mengalahkan setan karena Ia sungguh percaya dan tidak mau mencobai kesetiaan Allah BapaNya.
Dalam hidup sehari-hari setan membujuk kita untuk menjadi egois dan hanya mementingkan diri sendiri, akibatnya kita bisa lupa akan Tuhan dan sesama.
Setan menggoda kita untuk berjuang menjadi besar dan terkenal dengan ambisi mengummpulkan harta kekayaan dunia sebanyak-banyaknya. Ambisi memperkaya diri bisa menghalalkan cara apa pun, termasuk cara yang tidak benar, seperti menipu, mencuri, pungli dan korupsi.
Setan membujuk kita untuk lebih mengandalkan kemampuan diri daripada pecaya akan kemahakuasaan Allah dalam hidup dan karya kita.
Sering kita berjuang mengusahakan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dengan mengandalkan kemampuan kita sendiri sambil melupakan janji Allah bahwa Ia senantiasa menyertai kita, umatNya, sebagaimana Ia telah membimbing bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir dan mengantar mereka memasuki tanah terjanji, tanah yang kaya akan susu dan mandu.
Allah senantiasa setia menyertai dan melundungi bangsa Istrael, kendati pun terkadang mereka tidak setia dan ingkar janji.
Setan juga menggoda kita untuk cepat lupa akan kebaikan Allah serta bertindak melawan Allah. Dengan melawan Allah, kita pun dibujuk untuk melawan sesama dan melawan diri sendiri.
Ketika setan mengusai kita maka hati dan pikiran menjadi buta sehingga kita lupa akan identitas sebagai orang yang diberkati Tuhan serta diutus untuk menyalurkan berkat Tuhan kepada dunia dan sesama. Kita juga lupa bahwa kita adalah orang yang dikasihi Tuhan dan diutus untuk mengasihi orang lain.
Karena itu, Yesus yang telah menang dalam pencobaan di padang gurun, memotivasi dan menjadi teladan bagi kita untuk menjalani hidup sehari-hari, khususnya masa prpapaskah ini.
Kesetiaan kepada Sabda Tuhan dan iman akan kemahakuasaan Allah menjadi pegangan dan kekuatan kita untuk mengatasi godaan setan dalam bentuk apa pun. Iman yang teguh menuntut ketekunan dalam doa dan karya kasih sebagai senjata melawan kuasa setan. Amen.
Kewapante, 06 Maret 2022; P. Gregorius Nule, SVD ***