HOMILI Pater Gregor Nule SVD, Minggu, 11 Juni 2023: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus

redaksi - Sabtu, 10 Juni 2023 10:49
HOMILI Pater Gregor Nule SVD, Minggu, 11 Juni 2023: Hari Raya Tubuh dan Darah KristusPater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

  TUBUH DAN DARAH KRISTUS, SUMBER HIDUP SEJATI

  (Hr. Tubuh dan Darah Kristus: Ul 18:2-3;14b-16a; 1Kor 10:16-17; Yoh 6:51-58)

Ilustrasi

IBU Ani sangat cemas melihat Dani, anaknya, yang tidak suka makan bubur dan minum susu. Dani lebih suka menikmati  mie instant dan makanan ringan lain yang dapat dibeli di toko dan kios-kios. 

Karena didesak terus-menerus untuk makan bubur dan minum susu, maka dalam nada agak kesal, Dani bertanya, “Ibu, mengapa kita harus makan nasi tiga kali sehari dan minum susu? 

Ibunya dengan suara lembut penuh kasih sayang menjawab, “Dani harus makan bubur dan minum susu supaya bisa hidup sehat, kuat, pintar dan cepat besar”. 

Refleksi:

Semua makluk hidup, khusunya manusia, harus makan dan minum supaya bisa hidup dan punya masa depan yang cerah. Orang makan bukan semata-mata untuk memenuhi kenikmatan lidah dan mencari kepuasan perut, melainkan terutama untuk hidup. 

Bacaan-bacaan suci hari ini menampilkan kata “roti” sebagai kata kunci. Kata roti diulang sebanyak 16 kali. Ini berarti tindakan makan roti atau makanan apa saja dan minum air atau susu sangatlah penting di dalam kehidupan kita. 

Apa yang akan terjadi jika seseorang tidak makan dan tidak minum apa pun selama beberapa hari? Mungkin yang dialaminya adalah rasa lemah, lemas dan akhirnya bisa mati. 

Orang-orang Israel yang kehabisan makanan dan ketiadaan air di padang gurun mulai protes kepada Musa dan Yahweh, karena mereka lapar dan haus.

 Mereka takut mati. Dan, mereka hanya dapat mempertahankan hidup ketika  memuaskan rasa lapar dengan makan manna atau roti yang turun dari langit dan menghilangkan dahaga dengan minum air segar yang keluar dari batu karang. 

Orang Israel makan dan minum sepuasnya oleh karena kemurahan dan kebaikan hati Tuhan sehingga mereka tetap hidup dan bisa melanjutkan perjalanan menuju Tanah Terjanji. 

Yesus menegaskan bahwa Dialah hidup itu sendiri. Ia bersabda, “Akulah roti kehidupan yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia”(Yoh 6:51). 

Yesus adalah roti hidup yang lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan manna yang dimakan oleh orang Israel lalu mereka lapar lagi dan mati.  

Sebaliknya roti hidup yang diberikan oleh Yesus adalah TubuhNya sendiri yang menjamin hidup sejati dan kekal bagi setiap orang yang memakanNya.

Oleh karena itu, hari Raya Tubuh dan Darah Kristus atau Corpus Christi (bahasa Latin) yang kita rayakan hari ini menawarkan sejumlah pesan berharga untuk kita sekalian. 

Pertama, roti atau makanan yang kita makan, sekalipun merupakan sesuatu yang bersifat jasmani-duniawi, tetapi menunjuk dan menghantar kepada sesuatu yang rohani, yaitu Allah sendiri sebagai sumber hidup.  

Orang yang mencintai hidupnya akan berusaha untuk makan makanan dan minum minuman yang sehat. Sebaliknya orang yang kurang menghiraukan hidupnya bisa saja tidak mau makan, atau makan dan minum apa saja yang dapat merugikan hidupnya sendiri. 

Cinta akan hidup sendiri menjadi tanda cinta kepada Allah yang hidup. Dan orang yang selalu mengusahakan hidup yang baik, sehat dan sejahtera, baik hidupnya sendiri maupun hidup orang lain,  adalah orang beriman sejati, yang sungguh mematuhi perintah cinta kasih, yakni mencintai Allah dan sesama manusia dengan tulus.  

Usaha ibu Ani dalam ilustrasi di atas dan semua ibu lainnya agar buah hati mereka makan dan minum menjadi tanda cinta tulus kepada anak dan masa depan yang lebih baik. 

Kedua, hadiah yang paling berharga dalam setiap perayaan Ekaristi kudus adalah Yesus sendiri. Yesus memberikan diriNya melalui Sabda yang kita dengarkan dan renungkan, dan melalui Tubuh-DarahNya sebagai santapan rohani untuk memuaskan kelaparan dan kehausan kita akan Allah. 

Penulis Kitab Ulangan menegaskan bahwa “manusia hidup bukan dari roti saja, melainkan dari segala sesuatu yang disabdakan Tuhan” (bdk. Ul 8:3). 

Yesus sendiri berkata, “Siapa saja yang makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman”, (Yoh 6:54). 

Sabda Allah dan kehadiran Yesus dalam hati dan hidup kita tidak pernah usang, rusak, kedaluwarsa atau hilang. Mungkin kadang-kadang kita merasa seperti Allah jauh dari kita atau bahkan hilang. 

Tetapi sebetulnya kita sendirilah yang sering menjauhkan diri dari Allah. Kita meninggalkan Allah dan menjauhkan ajaran Yesus dari hati dan hidup kita. Sebab sesungguhnya Yesus adalah Imanuel, Allah yang senantiasa ada bersama kita kapan, di mana saja dan dalam siatuasi apa pun. 

Ketiga, panggilan kepada kita sekalian untuk melaksanakan pesan Yesus kepada para Rasul pada Malam Perjamuan Terakhir, “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku”.

 Sebagai murid-murid Yesus kita punya kewajiban untuk terlibat secara aktif di dalam perayaan-perayaan liturgi, seperti berdoa, ikut ibadat Sabda dan perayaan Ekaristi. 

Kita diajak untuk membangun hubungan yang intim dengan Yesus seumur hidup, dalam untung dan malang, ketika sehat atau sakit, ketika masih anak-anak, remaja, orang muda atau sudah menginjak usia lanjut. 

Ketika kita berdoa atau beribadah serta ketika kita merayakan Ekaristi kudus dan menerima Tubuh Kristus berarti kita membangun kebersamaan hidup sebagai satu tubuh dengan Kristus, dan pada saat yang sama, kita semua membangun Tubuh Mistik kristus, yakni Gereja sendiri. 

Santu Paulus berkata, “Karena roti itu hanya satu, maka kita biarpun banyak, menjadi satu tubuh, sebab kita semua mengambil bagian pada roti yang satu itu”, (1Kor 10:17). 

Maka, sebagai murid-murid Kristus yang hidup menurut Roh Allah kita hendaknya memiliki semangat cinta damai, giat membangun hidup bersama yang didasarkan atas kasih, persaudaraan, persahabatan,  bebas dari sikap ingat diri, kecurigaan tanpa alasan, konflik dan permusuhan yang memecah-belah dan menghancurkan diri sendiri dan orang lain. 

Mari kita memasrahkan diri kepada Yesus, sang Roti Hidup, yang memberikan hidup yang sejati dan kekal kepada kita sebagai anugerah cuma-cuma, yang menguatkan, menghidupkan dan menjamin perjalanan kita menuju Tanah Terjanji Abadi, yakni hidup dalam persekutuan dengan Allah untuk selama-lamanya. Amen. 

Kewapante, Minggu 11 Juni 2023. ***

 

P. Gregorius Nule, SVD

 

Editor: redaksi

RELATED NEWS